5. Manusia Kutub yang Lucu

1.2K 185 18
                                    

Pesona seorang Jeno bak seperti model papan atas yang mencerahkan pemandangan. Begitu dia memasuki kantin dengan kaki jenjangnya dan menatap lurus-lurus ke depan menjadi pusat perhatian. Jeno memasuki kantin sendirian tanpa teman satupun di sampingnya. Wajahnya yang terkesan dingin dan cuek itu mampu membius semua tatapan yang ada di sana. Apalagi pesonanya yang kuat, tak ada yang tidak bisa menolak pemandagan itu.

Karina yang duduk di kantin di depan warung mie ayam pun ikut melongo menatap sosok laki-laki yang baru memasuki kantin itu. Begitu mata mereka bertemu, Karina tersedak kuah mie ayam yang tiba-tiba ditelannya. Dia lalu mengalihkan pandangannya mencari jus alpukat yang sudah dia pesan sebelumnya.

"Ahh ciee diliatin gebetan sampe keselek." Adinda yang mengaati perubahan mimik wajah Karina ketika sosok Jeno memasuki kantin membat dia tersenyum-senyum sendiri. Akhirnya bisa menggoda teman sebangkunya itu.

"Aku duduk di sini boleh kan?" tanya Jeno yang tiba-tiba meletakkan satu piring siomay dan susu vanila yang dibawanya di samping Karina.

"Boleh tentu saja." Adinda mengatakannya dengan senang hati sementara Karina kini menatapnya dengan isyarat yang tidak setuju.

"Kar, Mamaku pengen ketemu sama kamu."

"Uhukk uhukk..." Karina kembali tersedak dengan kuah mie ayamnya tapi kini lebih terasa menyakitkan. Sialnya jus alpukatnya habis dan dia belum sempat memesan kembali. Jeno mendorong susu vanilanya kearah Karina dan langsung diminum Karina sampai setengahnya.

Dengan wajah tanpa dosanya Jeno menatap Karina yang meminum susu vanilanya. Ditatap seperti itu dengan senyuman yang terukir dibibir Jeno membuat Karina kembali tersedak. Dia lalu menurunkan gelasnya dan meletakkannya di atas meja kembali.

"Kenapa tiba-tiba saampai ke Mamamu?" tanya Karina dengan canggung, dia tidak nyaman berada di dekat Jeno. Apalagi kini menjadi pusat perhatian seluruh orang yang berada di kantin.

"Mama kemarin bilang kalau aku dulu punya temen waktu kecil namanya Karina. Jadi aku bilang kalau aku punya temen juga namanya Karina dan Mama pengen kenal sama kamu gitu." Jeno lalu memakan siomaynya dengan lahap tanpa peduli tatapan kedua perempuan yang satu meja dengannya itu.

"Jen, serius?" tanya Karina yang masih tidak percaya dengan kalimat Jeno.

Jeno hanya mengangguk sambil memakan siomaynya yang sedikit demi sedikit mulai menyusut. Jeno seperti tidak ingin diganggu saat ini. Begitu siomay itu tandas, Jeno lalu mengelap mulutnya dengan lucu. Mungkin memang benar kalau Jeno ini berwajah dingin tapi beberapa kali Karina melihat kelucuan dari laki-laki itu layaknya seperti anak kecil.

"Aku sudah selesai makan. Aku pergi dulu." Jeno lalu berdiri dan membayar makanannya. Dia lalu kembali ke meja Karina dan meletakkan 2 dessert box ukuran kecil yang dibelinya saat membayar tadi. "Jangan lupa makan yang manis-manis setelah makan berat."

Jeno tersenyum lalu meninggalkan kantin membuat beberapa perempuan yang melihatnya merasa iri. Karina dan Adinda bertatapan, mereka kemudian tertawa mengingat perlakuan manis Jeno beberapa saat yang lalu.

"Lucu ya dia," kata Karina di tengah-tengah tawanya.

"Ekhmm." Adinda ikut merasa senang dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Jarang sekali dia melihat Karina bisa tersenyum lepas seperti ini.

***

"Abang Nono kemana aja baru ke sini?" tanya Jammy yang menyambutnya di pintu tempat mereka nongkrong.

"Paling ngegodain cewek ituloh yang kemarin," sahut Vaniel yang berada di depan kulkas, sibuk memilih minuman.

"Eh tapi serius Jen itu cewek siapa sih namanya?" tanya Rama yang duduk di kursi yang terbuat dari bantal sambil menyecroll akun media sosialnya.

With you ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang