Hal yang membuat gempar hari itu untuk seluruh penggemar Jeno. Mereka menemukan akun instagram Jeno dan hanya dalam satu jam akun itu sudah mendapatkan dua puluh ribu followers, melebihi punya Vaniel yang baru sepuluh ribu.
"Wah gilak ini fansnya si Nono. Udah ngalahin followers gue aja padahal baru juga sejam bikin," gumam Vaniel yang agak tidak terima jika Jeno mengalahkan followersnya.
"Ya maklumlah orang si Jeno mah udah paket lengkap. Famous, ganteng, pinter, tinggi, hidung mancung, bibir sexy, atletik, gagah, apalagi dah? Pokoknya itulah, istilahnya kalau dinovel-novel tuh tokoh yang enggak lazim karena gantengnya kelewatan kayak sempurna gitulah." Jammy menyebutkan alasan mengapa Jeno bisa sepopuler itu yang kini berhasil membuat Vaniel merasa terkianati oleh Jammy.
"Iya bener dah tuh kata Jam, udahlah Niel nggak udah iri sama Jeno. Tau sendiri kan tu anak gimana famosunya. Haha." Kini Rama semakin menipali.
"Iya iya hemm."
"Eh anjir." Rama langsung terduduk dari rebahannya. "Ini temen lo waras kagak sih?" tanya Rama sambil memperlihatkan instastory Jeno.
Akun bernama jn_castrian itu menampilkan wajah Karina yang sedang duduk sambil melamun. Vaniel dan Jammy lalu membuka aplikasi instagramnya. Mereka kembali terkejut melihat postingan yang baru diunggah Jeno. Ada lima foto Jeno dengan Karina yang diunggah Jeno dengan caption tanda love merah. Ketiga orang itu langsung kembali syok seketika. Mereka berpandangan dan saling melempar pertanyaan lewat mata mereka masing-masing. Serempak, ketiga orang itu lalu mengambil tasnya dan keluar dari ruangan. Mereka berlari ke arah parkiran untuk mengambil motor dan menuju ke arah rumah Jeno.
***
"Jen," panggil Karina yang terduduk di depan sepedanya.
"Ya?"
"Makasih ya sama dessertnya. Makasih juga udah nraktir seblak."
"Iya. Sama-sama."
Jeno menghentikan laju sepedanya saat melewati jembatan gantung yang di samping kanannya terdapat pemandangan senja yang sangat indah. Karina pun berdiri dari boncengannya. Dia terpesona dengan keindahan senja yang sudah lama tidak dia lihat.
"Aku sudah lama tidak melihat pemandangan ini." Ada rasa sedih bercampur rindu ketika melihat senja sore itu. Karina sudah lama tidak meliaht matahari berwarna orange ketika sore atau melihat langit berwarna jingga sebelum kembali ke peraduannya. Karina mendekat ke arah besi yang membatasi sisi kiri jembatan.
"Kenapa?" pertanyaan itu meluncur begitu saja ketika mendengar perkataan Karina.
"Karena aku sibuk dengan duniaku sendiri sampai tidak pernah melihat hal indah yan ada di sekelilingku Jen." Karina menatap Jeno, dia lalu tersenyum dengan lebar seolah berterima kasih karena Jeno mengajaknya pulang bersama sore ini.
"Kamu bisa melihat hal indah lainnya kalau kamu naik sepeda Kar." Jeno tersenyum sambil memeamerkan gigi putihnya yang rapi.
"Apa aku harus berangkat dan pulang naik sepeda?" tanya Karina sambil tertawa.
"Kenapa enggak? Biar kamu bisa melihat dunia di sekeliling kamu."
"Seperti kamu?"
"Iya, seperti aku."
Sore itu mereka menghabisakna waktu selama tiga puluh menit sampai langit benar-benar hampir tenggelam dan akan tergantikan oleh malam. Jeno lalu mengantar Karina pulang dengan selamat. Di depan rumah Karina disambut dengan kedatangan Ajun yang baru turun dari mobilnya.
"Wah... ada apa ini?" tanya Ajun menggoda adiknya yang seketika membuat pipi Karina memerah.
"Hallo Kak," sapa Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
With you ✓
Fanfiction[Completed] Kesan pertama yang dapat diambil dari seorang Jevano ketika pertama kali bertemu adalah laki-laki berparas tampan dengan aura dingin dan berwawasan luas, tapi sayangnya Jevano tidak peka. Tampannya Jevano itu lengkap, manis, ganteng, coo...