25. Ajun's Wedding

607 78 4
                                    

Hari pernikahan Ajun tepat pada Hari Sabtu ini. Jeno sudah rapi dengan setelan tuxedonya. Hanya saja dirinya berada di rumah sahabatnya. Bermain-main bersama Caca yang sudah rapi. Tidak seperti kedua orang tuanya yang memakai baju rumahan. Yang laki-laki menatap Jeno dengan wajah jengahnya. Jelas dia cemburu karena anak sulungnya itu lebih suka bersama sahabatnya yang bermata sipit itu daripada dengannya yang notabene adalah ayahnya sendiri. Jammy heran mengapa anaknya itu sangat tidak terpisahkan dengan Jeno.

"Lo musuhan banget kalau gue di sini deh. Heran gue wajahnya sepet mulu." Jeno jelas melihat raut wajah Jammy yang tidak pernah bersahabat padanya sekarang. Jeno ya hanya tertawa karena pria beranak satu yang sebentar lagi memiliki anak kedua itu selalu merajuk padanya.

"Gimana nggak sepet kalau anak lo sendiri malah lebih deket sama temennya." Jammy mencebikkan bibirnya. Dia itu cemburu akut dengan Jeno, sudah tidak bisa dijabarkan lagi bagaimana perasaan cemburunya. Tapi menjauhkan Jeno dengan Caca juga tidak akan bisa. Mereka berdua sudah memiliki jadwal untuk bersama setidaknya satu bulan sekali.

"Ya gue mah sobihan sama Caca dari dia piyik banget." Caca yang daritadi tenang dalam pangkuan Jeno itupun menatap Jeno dan menyodorkan satu potong buah melon ke arahnya. "Om Papa, buka mulutnya Caca suapin." Jeno menurut, dia membuka mulutnya dan mengunyah potongan melon itu ketika sudah masuk ke mulutnya.

Semua itu tidak luput dengan pandangan Jammy yang menatap gadis kecilnya selalu bersikap manis dengan Jeno. "Caca kenapa nggak pernah nyuapin Ayah?" Sedangkan Vanessa yang sedari tadi mendengarkan kedua pria yang saling beradu mulut itu hanya menggeleng. Memilih diam saja, sudah terlalu biasa pemandangan ini terjadi.

"Ayah kan sibuk. Jarang di rumah. Kalau Ayah mau sini Caca suapin." Gadis kecil itu lalu menyodorkan buah papaya pada Jammy. Jammy tentu sangat senang dengan itu. Jarang-jarang anaknya mau bersikap manis padanya. Caca itu mempunyai pribadi yang tenang, tidak manja kecuali kalau sama Jeno. Manja setengah mati.

"Gausah cemburu gitu deh Jam. Asal lo tahu ajasih dia selalu ngomongin lo yang sibuk mulu dua puluh empat jam sama kantor. Sekalinya di rumah juga ngantor juga."

Jammy tercekat. Jeno benar, selama ini dia memang selalu sibuk dengan urusan kantor. Semenjak perusahaan itu sepenuhnya beralih ke Jammy, perhatiannya untuk gadis kecilnya itu jarang sekali ada.

"Gue bawa Caca dulu. Entar sore gue anterin. Tapi kalau dia mau tidur di apart ya boleh-boleh aja. Gimana dianya." Jammy mengangguk, Jeno lalu menggendong Caca keluar kediaman sahabatnya itu. Membawa Caca ke acara pernikahan Ajun.

Ajun dan Jammy tidak mengenal satu sama lain. Mereka juga tidak memiliki ikatan bisnis, untuk itu Jammy tidak bisa ikut menemani anaknya. Sejak kemarin Caca menunggu jadwalnya bertemu dengan Jeno. Gadis kecil itu sangat dimanja oleh Jeno. Jeno juga selalu mengajaknya pergi dan hal itu semakin membuat Caca menyukai Jeno. Caca kan bosen kalau harus di rumah terus.

Sesampainya di hotel tempat Ajun mengadakan pernikahan. Dirinya disambut dengan senyum manis Karina yang sedang berbicara dengan kedua orang tuanya. Jeno melangkah mendekat. Tentu dia ingin menyapa sahabat Papanya itu setelah sekian lama tidak bertemu.

"Om. Tante," sapa Jeno dengan ramah. Caca yang ada digendongannya juga ikut tersenyum menyapa kedua orang tua itu.

"Siapa ini?" tanya Varis yang terlihat senang dengan anak kecil. Mungkin sudah ingin menimang cucunya sendiri. Sementara Aria memperhatikan interaksi Jeno dengan anak kecil itu. Dirinya merasa senang dapat melihat situasi ini. Dia bisa melihat kehangatan yang diberikan Jeno pada Caca.

"Caca om." Caca berpindah ke gendongan Varis. Gadis kecil itu senang-senang saja karena memang dia senang bersama Varis.

"Om, Jeno nitip bentar ya. Mau jadi pembawa acara." Jeno merapikan jasnya.

With you ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang