24. Completion of Escape

581 85 0
                                    

Dibuka dulu sama foto gantengnya dedek Jeno yang gumush-gumush ini. Fresh baru tadi pagi. Hehe.

 Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. media

🐶Enjoy the story🐶


Apa yang Jeno lakukan selalu tersorot oleh kamera. Tidak ada yang bisa menghentikan paparazi yang selalu mengintai tiap kegiatan artis. Pagi itu semuanya heboh. Heboh dengan berita kencan seorang aktor yang selama ini terkenal dengan kharisma dinginnya. Jeno yang terkenal dengan artis yang bersih dari skandal sekarang tidak lagi. Dimana-mana namanya disebut-sebut.

Jeno ya hanya biasa saja. Dia duduk di ruangan berhias banyaknya foto model di dinding ruangan itu. Santai sambil meminum susu cokelat yang biasanya memang selalu tersedia untuknya. Pegawai Vaniel itu tentu tahu kebiasaan aktor sekaligus sahabat bosnya.

"Jen! Lu dengerin gue gak sih?" Vaniel yang duduk di singgasananya itu merasa teracuhkan akan kegiatan Jeno yang memandangi dinding lalu beralih meminum susu coklatnya. Sama sekali tidak menyahuti perkataannya.

"Iya gue dengerin padahal." Laki-laki bermata sipit itu menatap tidak berdosa pada Vaniel. Padahal di luar gedung agensi sedang terjadi kekacauan akibat skandal yang kini menimpa dirinya.

"Terus bisa-bisanya lo bawa Karina ke tempat syuting. Mana tengah malem lagi lu masih sama dia. Duh Jen, lo tuh sekalinya bikin gara-gara bikin gue pusing banget sampe pengen nikah aja gue daripada ngurusin satu artis kek elo."

Jeno menatap Vaniel dengan sinis. "Lo kan emang mau nikah lima bulan lagi." Lagi, Jeno masih menatap Vaniel dengan wajahnya yang tanpa dosa. Sama sekali tidak pernah menyesali perbuatannya.

"Duh sumpah ya. Capek gue ngadepin lo. Terus ini lo mintanya gue klarifikasi apaan?" tanya Vaniel tidak sabar. Susah kalau ngomong sama Jeno memang. Laki-laki itu kadang kelewat santai.

"Bilang aja dia pacar gue. Tunangan gue juga gak papa." Jeno masih membalas dengan santai, seperti tanpa beban.

"LO GILA?! GUE BISA DIBANTAI ANJIR SAMA FANS LO!" Laki-laki dengan kacamata yang bertengger di hidungnya itu telah kehabisan kesabaran. Bahkan dia berdiri dan memukul meja tanpa sadar. Refleks dari keterkejutannya mendengar sohibnya berbicara.

"Santai kenapa." Jeno mengetuk tiga kali meja Vaniel. "Gue mau berhenti sama pekerjaan ini."

Vaniel kembali membulatkan matanya dan bersiap untuk melabas laki-laki di depannya. "Sebelum lu teriak lagi. Gue mau jelasin dulu." Vaniel akhirnya meredakan amarahnya dan kembali duduk di tempatnya. "Lo tahu sendiri gimana abang gue nggak pernah setuju sama keputusan gue di bidang ini. Bahkan sampai gue akhirnya milih buat pindah ke apartemen biar nggak selalu ketemu sama bang Mark. Tapi gue nggak bisa egois lagi. Bang Mark bener, gue nggak selamanya bisa berkarir di bidang ini. Jadi gue mutusin buat ngambil salah satu tawaran dari perusahaan multinasional yang udah lama nungguin gue."

With you ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang