Jeno memasuki rumahnya dan langsung disambut dengan hewan gembul berbulu yang tetiba menyambutnya. Padahal biasanya kucingnya itu terlelap di tempat tidur kucing. Jeno mengambilnya dan menggendong kucing gembul itu.
"Tumben Milo tidak tidur." Mama Jeno muncul mengikuti Milo yang tadi bersuara di sekitarnya. Matanya lalu terkejut saat menemukan Karina yang berdiri di samping Jeno. Ternyata Karina yang Jeno maksud itu sama seperti yang dia kira. Mama Jeno lalu memeluk Karina. Jeno yang ada di samping Karina bahkan langsung ditendang begitu saja.
"Sudah lama tante tidak bertemu dengan kamu. Kamu apa kabar Karina?" Mama Jeno bahkan meneteskan air matanya. Dia begitu merindukan teman masa kecil Jeno itu.
"Baik tante." Karina menjawab dengan canggung.
"Oh ya kalian pasti lapar ya? Tante udah nyiapin makanan buat kamu. Spesial."
Jeno yang melihat keakraban Karina dan Mamanya itu hanya bisa mengelus dada. Dia rasa sosok anak kesayangan kini sudah berpindah pada Karina. Apalagi Mamanya memang menunggu-nunggu kedatangan Karina.
"Heh! Ngapain lu natap sebegitunya ke dapur? Kasian tu Milo dah melas banget wajahnya minta makan." Mark yang baru turun dari tangga menatap Jeno dengan heran bersama kucing gembulnya.
"Gapapa Kak, Kak Mark masuk dapur aja. Seketika dunia akan menjadi lebih berbeda." Jeno lalu berjalan menuju taman belakang untuk memberikan makan Milo.
"Dasar aneh." Mark menggeleng tidak habis pikir dengan kelakuan adik pertamanya itu.
***
"Kamu apa kabar Karina?" Keisha menuangkan nasi ke piring Karina sambil terseyum dengan lebarnya.
Karina yang ditatap dengan tatapan saying itu menjadi merindukan Mamanya yang sudah lama tidak dia lihat.
"Tante kenal sama Mama saya?" tanya Karina dengan hati-hati.
"Tentu saja, bahkan kamu masih sering bertukar pesan."
Raut wajah Karina berubah murung. Mamanya bahkan tidak pernah menghubunginya sama sekali. Seingatnya Mamanya pindah ke Amerika tapi ketika Karina berada di sana, dia tidak menemukan informasi apapun tentang Mamanya. Dia pikir mengambil pemotretan di luar negeri akan membawa dia menemui Mamanya, ternyata tidak. Rasanya Karina hanya membuang-buang waktunya saja selama ini. Justru Mama Jeno lebih bisa berhubungan dengan Mamanya daripada dengannya.
"Kamu nggak apa-apa Karina?" tanya Keisha ketika melihat perubahan raut wajah Karina. Gadis di depannya ini terlihat lesu. "Apa Mama kamu tidak pernah menghubungi kamu?" tanya Keisha dengan hati-hati.
"Sama sekali enggak pernah tante. Sejak Papa sama Mama pisah, aku bahkan nggk tahu keberadaan Mama."
Keisha menggenggam tangan Karina. "Tante akan pastikan kamu bertemu dengan Mama kamu."
"percaya sama Mama kamu Karina. Mama kamu sangat sayang sama kamu. Selama ini tante juga berusaha menemukan kamu tapi tante nggak pernah tahu keberadaan kamu."
"Apa Mama masih sayang sama Aku tante?" Karina meneteskan air matanya untuk pertama kalinya setelah tahun perceraian kedua orang tuanya. Dia tidak pernah menangis setelah itu. Semua yang dia lakukan hanya sekedar hidup.
Jeno mendengarnya. Di balik tembok dapur itu dia mendengar semuanya. Isak tangis Karina begitu terasa menyesakkan di dadanya. Dia tidak ingin mendengar suara tangis itu lagi. Dia memang tidak pernah tahu seberat apa yang dilalui Karina beberapa tahun belakangan ini. Yang dia tahu, Karina adalah perempuan manis yang mudah tersenyum dan membuatnya ingin selalu melihat senyum itu setiap harinya.
Jeno lalu melangkah menjauhi dapur. Dia masuk ke dalam kamarnya dan mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumah. Celana pendek selutut dengan kaos berwarna hitam favoritnya. Terlihat sederhana tapi begitu keren ketika menempel pada tubuh Jeno.
"Bang, beliin es krim dong. Habis nih es krimnya. Sekalian beliin jelly, permen, kripik kentang, sama..." belum sempat Jeremi menyelesaikan pesanan terakhirnya mata Jeno sudah terhunus menatap Jeremi dengan tajam. "...biar aku aja yang beli." Jeremi lalu mundur dengan hati-hati agar kakaknya itu tidak berteriak ke arahnya.
Sepeninggal Jeremi, Jeno kembali merenung di depan meja belajarnya. Dia lalu membuka komputer dan melihat wallpapernya yang menampilkan fotonya bersama Karina ketika berada di taman bunga beberapa hari yang lalu. Senyum Karina sangat manis dan membuatnya ingin selalu melihat senyum itu. Jeno lalu membuka folder berisi foto-foto hunting mereka. Ada satu foto favoritnya. Dia lalu mencetak foto itu dan memasukkannya ke dalam plastik kecil seukuran foto.
Jeremi kembali ke masuk ke kamarnya dan duduk disamping meja belajarnya tanpa berkata-kata. Dia membuka komputer game milik Jeno dan fokus memainkannya tanpa permisi terlebih dahulu.
"Udah jadi belie s krim Jer?"
"Hmmm." Jeremi hanya menggumam karena sekarang dia sedang berperang dengan lawan mainnya.
Jeno bangkit berdiri dan melangkah menuju dapur. Di sana masih ada Karina bersama Mamanya.
"Mau es krim nggak Kar?" tanya Jeno sambil membawa 2 es krim cornetto yang baru dibeli Jeremi tadi.
"Jangan lupa anterin Karina. Mama keluar dulu." Jeno mengangguk patuh lalu duduk di tempat Mamanya duduk sebelumnya.
Jeno membuka es krimnya dan memberikannya pada Karina. Lalu membuka es krimnya sendiri. "Mau pulang sekarang?" tanya Jeno sambil memakan es krimnya.
"Boleh."
Mereka lalu bangkit berdiri dan melangkah keluar rumah. Di tangan mereka masih terdapat es krim cornetto yang tinggal setengah. Jeno lalu melahap semuanya dengan cepat dan masuk ke dalam mobil berwarna hitam milik Mark yang biasa dia gunakan. Maklum, Jeno belum dibelikan mobil sendiri. Alasannya karena Jeno pasti akan sangat jarang memakainya. Jangankan mobil, motor saja bisa terhitung jari Jeno memakainnya makanya Papapnya tidak ada niatan untuk membelikannya mobil.
"Mulai sekarang kalau kamu ada apa-apa bisa cerita ke aku. Aku bakalan ada buat kamu." Jeno menatap Karina disela-sela perhatiannya menyetir. Es krim di tangan Karina sudah hampir habis. "Kamu mau es krim lagi?"
Karina menggeleng lalu menatap Jeno dengan senyum manisnya. "Makasih ya Jen. Aku seneng ketemu sama Mama kamu."
"Mama pasti bakal mempertemukan kamu sama Mama kamu."
"Semoga saja."
Untuk menemukan kamu saja susah Jeno, apalagi bertemu dengan Mama, batim Karina tersenyum pahit. Dia rasa dia tahu kenapa dia sama sekali tidak bisa menghubungi Mamanya.
***
Halo Haloo...
Apa Kabar?
Ada yang menantikan cerita ini tidak ya?
Jika ada maaf sekali aku baru bisa update karena dua minggu yang lalu sibuk sebelum UTS juga waktu UTS sangat padat dan aku tidak punya waktu untuk melanjutkan cerita.
Terima kasih ya yang udah mau baca sejauh ini. Thank you. Mungkin cerita ini juga jadi pertama dan terakhir aku menulis ff. Aku bukan penulis ff dan hanya mencoba menulisnya. Tapi aku rasa ff ini tidak sebagus ff yang lain yang mampu membawa kalian berkeliling imajinasi yang luar biasa. Maaf atas kekurangan itu. Terima kasih sekali sudah membaca karya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
With you ✓
Fanfiction[Completed] Kesan pertama yang dapat diambil dari seorang Jevano ketika pertama kali bertemu adalah laki-laki berparas tampan dengan aura dingin dan berwawasan luas, tapi sayangnya Jevano tidak peka. Tampannya Jevano itu lengkap, manis, ganteng, coo...