—Terkadang memang diperlukan waktu untuk mengulang semua yang pernah berlalu—Karina.
***
"Aku nggak pernah mau putus sama kamu." Jeno mencekal lengan perempuan berambut blonde di depannya. Matanya menyorotkan luka. Siapapun yang melihatnya pasti akan terbawa suasana ikut terhanyut dalam peran yang dimainkan Jeno. Jeno atau yang kini dikenal dengan sebutan Castrian.
"Ini semua demi kamu Al. Kamu harus pergi, demi masa depan kamu." Perempuan berambut blonde itu melepaskan tangannya dari genggaman Castrian. Dia pergi.
"Cut!" Sutradara akhirnya menyelesaikan syuting yang melelahkan malam ini. Castrian mengusap matanya yang terasa berair. Seharusnya Castrian lebih professional. Dia lalu melangkah mendekat ke arah sutradara untuk melihat bagaimana hasil syuting hari itu. Cukup memuaskan.
"Castrian! Mau makan malam bersama tidak?" tanya perempuan berambut blonde yang menjadi lawan mainnya di drama yang dia mainkan tadi, Greynda.
"Nggak. Gue capek." Mempunyai nama panggilan baru membuat Jeno juga memiliki sikap yang baru.
Dulu dingin itu semu, sekarang menjadi nyata. Jeno benar-benar berubah menjadi pria dingin seperti yang keliatan di permukaannya. Jeno yang dulu lebih suka menggunakan kata baku pun sudah tidak ada lagi. Semuanya berubah, bersamaan dengan hatinya.
Setelah 5 tahun berlalu...
Semuanya mengubah pemikiran Jeno. Yaa semuanya tanpa sisa. Sisi dewasannya lebih terlihat daripada sisi lembutnya. Siapa Jeno waktu SMA? Bukan, sekarang hanya ada Castrian. Nama tengah yang digunakan Jeno untuk memulai kehidupannya yang baru. Lima tahun itu bukan waktu yang cukup singkat tapi Jeno masih belum sepenuhnya berhasil melupakan Karina. Mengingat namanya saja masih membuat dada Jeno merasa sesak.
Setiap momen yang mereka lewati setiap cerita ketika harus beradegan ditinggalkan seperti tadi, Jeno akan tetap sama. Emosinya akan sangat terlihat dalam memainkan peran. Ditinggalkan itu tidak akan pernah dia lupakan. Sampai saat ini tidak ada seorang pun yang bisa melepaskan Jeno dari masa lalunya. Tidak sahabatnya tidak juga Vanessa. Semuanya tetap berakhir sama, Jeno akan menolak untuk dikenalkan.
"Gue mau ngenalin lu ke salah satu artis di agensi gue." Vaniel masuk ke dalam mobil Jeno.
Dua tahun lalu Vaniel membuka salah satu agensinya karena Jeno yang terjun ke dalam dunia hiburan. Awalnya laki-laki itu hanya menajdi manager Jeno karena tidak ada kerjaan. Berhubung passion Vaniel memang di dunia entertainer, akhirnya dia berani membuka agensinya sendiri dan Jeno menjadi salah satu artis dengan kontrak ekslusif.
"Gue udah ketemu semuanya kalik." Jeno menjawab dengan sewot.
"Castrian dengerin gue. Ini model baru, masih SMA. Sangat-sangat menawan."
"Buat lo sendiri aja kenapa?" Jeno tidak mengidahkan Vaniel, dia tetap memilih fokus dengan aplikasi trading saham yang ada di layar ipadnya.
"Lihat." Vaniel mengangkat jari manisnya yang sudah terdapat cincin tunangan. "Ayla mau gue kemanain hah?"
"Halah, katanya lu nggak suka sama Ayla kan? Ya tinggalin aja ganti sama anak agensi lu itu." Vaniel memukul kepala Jeno dengan kuat. Laki-laki itu entah belajar darimana kata-kata tidak berakhlak seperti itu karena ya sebelumnya Jeno orangnya sangat sopan. Sepertinya putus cinta merubah segalanya.
"Kalau ngomong dijaga Jen."
"Lah lu aja denial mulu. Gue cuma ngingetin aja sih sama lu."
"Lo masih nungguin Karina? Apa sih yang lu tunggu? Sampe gue dan yang lainnya udah pada punya anak baru lu mau nikah hah? Atau mau ngejomblo mulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
With you ✓
Fanfiction[Completed] Kesan pertama yang dapat diambil dari seorang Jevano ketika pertama kali bertemu adalah laki-laki berparas tampan dengan aura dingin dan berwawasan luas, tapi sayangnya Jevano tidak peka. Tampannya Jevano itu lengkap, manis, ganteng, coo...