3. Perpustakaan dan Kamu

1.4K 218 10
                                    

Karina akan ke perpusatakaan seperti biasa jika ada banyak tugas yang harus dikerjakannya. Ponsel Karina bergetar sedari tadi tapi belum dia buka karena fokusnya ada di depannya saat ini mencari buku sosiologi. Tapi karena tak kunjung menemukan bukunya, Karina akhirnya membuka ponselnya, ternyata notif dari akun instagramnya. Ada banyak komentar buruk yang dia dapat di postingan terakhir yang dia pos. Foto terakhir itu adalah fotonya yang sedang berfoto di bawah sinar matahari ketika menikmati siang hari di Perancis setelah pemotretan selesai. Ternyata ada banyak akun kosongan yang sengaja memprovokasi beberapa pihak untuk membuatnya terlihat buruk.

"Apaan sih?! Ini akun siapa coba?" Karina menggerutu sambil mematikan fitur kolom komentarnya.

Karina lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ketika dia mendongak ke atas, dia menemukan buku sosiologi yang dicarinya. Rak itu terlalu tinggi untuk Karina. Dia melihat ke sebrang, ada laki-laki yang sedang membaca buku. Karina lalu berjalan menghampiri laki-laki itu.

"Hallo!" Karina menyapa laki-laki yang membelakanginnya ini. Begitu menengok dia terkejut karena laki-laki itu adalah Jeno. Jeno tersenyum sambil menutup buku yang tadi dibacanya.

"Karina! Ada apa?" tanya Jeno berbasa-basi.

"Aku boleh minta tolong nggak?" tanya Karina ragu-ragu.

"Boleh. Ada apa?"

"Bisa ambilin buku di rak sana nggak Jen? Aku ga nyampe." Karina meringis sambil menunjuk rak yang dia maksud.

Jeno diam tapi laki-laki itu melangkah menuju ke arah rak yang ditunjuk Karina. Karina menunjuk buku yang diinginkannya lalu Jeno meraih buku itu dengan mudah. "Kamu sering ke perpustakaan?"

"Nggak juga sih Jen. Paling kalau lagi banyak tugas baru ke sini. Lagipula aku jarang ke sekolah."

"Kenapa? Pantes aku nggak pernah melihat kamu." Jeno ikut mendudukkan dirinya pada meja yang sudah ditempati Karina sebelumnya.

"Aku sering keluar kota untuk pemotretan gitu."

Jeno menganggukkan kepalanya. Dia lalu berdiri dan meninggalkan Karina. Karina hanya tersenyum melihat punggung Jeno yang menjauh dari tempat duduknya. Karina membuka buku sosiologi dan mulai mencari jawaban yang dia butuhkan utnuk menjawab soalnya.

Ketika Karina berhasil menemukan satu jawaban untuk soal pertama, Jeno kembali datang dan duduk di depannya seperti sebelumnya. Hanya saja Jeno membawa buku, laptop, beserta tas dan jaket yang dibawanya. Karina menelan ludahnya tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Jeno saat ini.

"Aku boleh duduk di sini kan?" tanya Jeno sambil menata barang-barangnya.

Karina mengangguk dibalik buku yang kini dia angkat agak ke atas untuk menyembunyikan wajahnya yang terasa memanas. Pipinya pasti sekarang terlihat berwarna kemerahan karena perlakuan manis Jeno.

Tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Selain karena perpustakaan harus dalam keadaan hening, mereka juga sibuk dengan tugas masing-masing. Karina yang sibuk menyalin jawaban yang dia dapatkan dari buku dan Jeno yang sibuk mengetik tugas essainya.

Jeno meletakkan kacamatanya lalu menatap Karina. Bertepatan dengan itu Karina meletakkan bolpoinnya ke atas meja. Tugas mereka sudah selesai. Perpustakaan juga sudah sepi, penghuninya sudah tidak sebanyak saat pertama kali mereka ke sini.

"Sudah selesai?" tanya Jeno dengan wajahnya yang terlihat sayu karena kelamaan menatap laptop.

"Iya." Karina tersenyum manis lalu memasukkan buku-bukunya.

Mereka berdua keluar dari perpustakaan tepat jam lima sore. Karina berjalan bersisihan di samping Jeno. Tinggi badan mereka tidak terlalu jauh tapi Jeno terlihat lebih tinggi.

"Kamu nggak takut sama Vanessa dan temen-temennya?" tanya Jeno membuka pembicaraan di antara mereka setelah melewati dua kelas yang tentu sudah tidak ada orang.

"Takut sih sebenernya, karena ya... akukan nggak kenal sama mereka. Aku juga jarang bergaul sama yang lain. Jadi ya agak kaget juga tiba-tiba mereka dateng gitu aja."

"Kalau mereka bikin lah lagi, bilang aja sama aku." Jeno mengambil bolpoin yang ada disaku tas ranselnya. Dia lalu menarik tangan Karina dan menuliskan nomor whatsapp miliknya. "Kamu dijemput?"

Karina secara reflek mengangguk ketika dia kaget mendengar suara Jeno yang kembali membawanya ke kenyataan. Entah kenapa apaun yang dilakukan Jeno membuat dirinya terpesona. Tangan Jeno yang besar dan terasa sangat hangat membuatnya ingin berlama-lama menggenggam tangan itu. Sayang sekali dia bukan siapa-siapanya Jeno.

"Karina!" Ajun-kakak Karina yang menjemputnya kini berjalan mendekat ke arah Karina dan Jeno. Ajun ingin tahu siapa yang bersama dengan adiknya itu. Seperti yang Ajun tahu, Karina jarang sekali bergaul dengan teman sekolahnya.

Jeno dan Karina menoleh ke arah Ajun. Begitu Ajun sudah dekat dengan tempat adiknya, Ajun tersenyum lebar. Dia lalu memeluk Jeno dan menepuk pundak laki-laki itu. "Lama nggak ketemu Jen."

"Wah aku nggak tahu ternyata Kak Ajun kakaknya Karina," kata Jeno setelah acara perlukan mereka selesai.

"Gimana kamu bisa tahu kalau kamu aja nggak pernah keluar dari kamar." Ajun tertawa dengan keras.

Sebaliknya dengan Karina yang kini hanya bisa terbengong melihat keakraban yang terjadi antara Jeno dan juga kakaknya. Kemarin ayahnya yang terlihat bercengkarama dengan Jeno, sekarang Kakaknya. Apa hanya dirinya yang tidak mengenal Jeno? Kalau tahu Jeno kenal dengan keluarganya harusnya jalan untuk leih dekat dengan Jeno itu mudah. Kenapa juga tidak dari dulu mereka dikenalkan sih?

With you ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang