31. With You

1.7K 97 5
                                    

Langit berwarna biru cerah yang terlukis di angkasa bagaikan lukisan alam yang menjadi latar belakang seorang laki-laki berjalan menapak tanah kelahirannya setelah pergi ke negri paman san selama satu bulan. Wajahnya terlihat lesu karena jetlag yang terasa membuat pusing kepalanya. Matanya melihat warna biru indah ciptaan Tuhan di langit itu. Suasananya seolah mendukung pasangan yang sebentar lagi akan mengucapkan janji suci. Laki-laki itu harus bergegas menuju gedung tempat sahabatnya akan melangsungkan pernikahan.

Di sepanjang perjalanan laki-laki itu mengganti semua pakainnya. Tidak ada waktu untuk bersiap-siap di tempat mempelai pria. Mobilnya langsung menuju ke gedung tempat Vaniel berada. Jeno menyisir rambutnya dan menggunakan gel. Sudah selesai semua persiapannya. Dia dengan langkah tegap keluar dari mobil dan menatap sederetan manusia berkelas sosialita itu mengantri masuk ke dalam gedung. Ada pengecekan di pintu masuk untuk menghindari para wartawan yang menyusup. Sejak pagi tadi gedung itu sudah ramai dengan banyaknya wartawan yang berkeinginan untuk meliput acara sakral itu.

"Ayo masuk Castrian!" Greynda, perempuan itu mengamit lengan Jeno dan menyeretnya masuk menuju pintu samping gedung. Jika tidak seperti itu mereka akan dihentikan oleh para wartawan. Bahkan beberapa artis sengaja datang lebih dahulu agar tidak bertemu wartawan sebanyak keadaan siang ini.

"Makasih udah bantuin gue Grey." Perempuan itu melepaskan tangan Jeno dan tersenyum dengan manis. Sudah lama dia tidak melihat Jeno. Apalagi berbicara dengan laki-laki itu.

"Gue seneng bisa bantu lo. Pekerjaan gue udah selesai, sekarang gue mau pergi dulu." Greynda meninggalkan Jeno. Perempuan jangkung itu berjalan menuju salah satu meja yang berisi bebrapa artis dari agensi Vaniel.

Jeno berjalan tiga langkah, berhenti. Kemudian iris matanya mengelilingi setiap inchi area gedung itu. Dia menemukannya, perempuan dengan gaun berwarna hitam yang duduk di salah satu meja yang terlihat fokus memandangi dekorasi gedung itu. Mata cantiknya bahkan tidak terpengaruh dengan cahaya lampu yang menusuk mata.

Pasangan merpati akan selalu menempati janjinya. Sejauh apapun pergi tetap akan kembali ke tempat rumahnya berada dan Jeno akan selalu mendatangi rumahnya. Tempat dia bisa menghabiskan waktunya tanpa peduli waktunya akan habis. Tanpa peduli bagaimana rasanya dunia luar yang mengikis. Sendu dan sedan memang terkadang menghampiri tapi tidak untuk berhenti. Maju selangkah-langkah sambil menikmati waktu yang berputar membawanya sampai ke meja tempat tiga orang sedang duduk.

"Wuihh, pulang juga lo sob. Gue tungguin juga." Tubuh tegap itu dihadang oleh laki-laki bertubuh tegap lainnya. Netra perempuan bergaun hitam itu tidak pernah memandang lepas sedari tadi menatap interaksi keduanya yang kini saling melemparkan tawa.

"Yoi. Lupa gue sebenernya kalau ada acara ini."

"Hallo Van!" sapa Jeno sambil menatap Vanessa yang duduk menyandar. Perutnya sudah keliahatan lebih besar dari terakhir kali mereka bertemu. "Udah mau lahiran?"

"Iya, seminggu lagi kata dokter."

"Terus kenapa datang ke sini?" tanya Jeno dengan heran harusnya ibu hamil itu lebih banyak beristirahat karena mendekati persalinan.

"Aku mau melihat sahabat aku nikah juga dong Jen." Vanessa mengelus perutnya yang terasa agak sesak karena tendangan anaknya. Sedangkan Caca yang sudah lebih mengerti itu hanya tenang sambil memakan rotinya.

Belum sempat Jeno menyapa Karina, dirinya dikejutkan dengan kedatangan sahabatnya yang sudah lima tahun tidak terlihat lagi. Sahabat yang baikan ditelan oleh bumi kini berdiri di depannya bersama dengan seorang perempuan cantik bermata sipit khas orang Jepang.

"Wahh si genius udah pulang ke tanah air nih!" Jammy dengan rasa senang yang membuncah di dadanya itu langsung memeluk sahabatnya. Dia menepuk punggung Rama cukup keras, melampiaskan kekesalannya akibat putusnya kontak mereka.

With you ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang