Setelah memalui bujukan yang hebat, Vanessa berakhir menyeret perempuan itu untuk berada di mall sekarang. Euforia kebahagiaan terpancar dengan jelas di wajah Vanessa. Perempuan itu dengan takjub melihat-lihat festival makanan yang diadakan di mall itu. Sebenarnya memang tujuannya ada di sini. Dia ingin mengajak Jammy tapi tidak bisa. Suaminya itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Keknya lu nggak niat mau bikin gue seneng. Tapi niat lu bikin diri lu sendiri seneng." Karina dengan jengah melihat euforia dimata Vanessa yang tak kunjung padam. Perempuan dengan perut buncit itu mengamati sekeliling area untuk menjatuhkan pilihannya.
"Emang." Jawaban yang kelewat frontal itu membuat Karina menggelengkan kepalanya. Harusnya dia dihibur oleh perempuan itu, bukannya malah menghibur dirinya sendiri. "Ke tempat sushi aja." Dengan semangat Vanessa menarik tangan Karina. Dia mengajak masuk ke kedai sushi.
Selama hampir lima jam Vanessa benar-benar menghabiskan waktunya berada di festival makanan itu. Ada total lima kantong yang berada di tangan mereka. Tiga kantong di bawa Karina dan dua kantong lagi di bawa Vanessa. Masalahnya ini semua makanan mau dimakan siapa? Mentang-mentang hamil jadi bisa beli seenaknya dengan alasan, "Aku lagi ngidam Kar." Ngidam atau emang lagi kalap sih?
Begitu mereka keluar dari tempat itu Karina merasa lega. Dia tidak perlu menahan lebih lama mencium bau-bau makanan yang lama kelamaan membuatnya ingin muntah. Dia lama-lama eneg dengan baunya.
"Ini suami lo kalau tahu, apa nggak dimarahin?" tanya Karina sambil menatap kantong-kantong belanjaan di kedua tangannya secara bergantian.
"Hehe." Perempuan itu tersenyum dengan lebarnya. "Pasti dimarahin. Tapi ya santai aja."
Karina menghembuskan napasnya dan kembali menatap lurus. Dia tidak mendengarkan ucapan Vanessa selanjutnya yang meminta pendapat kemana tujuan mereka. matanya justru menajam menatap orang yang berada jauh di depannya. Laki-laki yang baru keluar dari toko baju itu berjalan di samping perempuan yang pernah Karina lihat juga sebelum ini. Tangan Jeno juga menjaga agar perempuan itu tidak tersenggol dengan pengunjung lain ketika berada di keramaian. Hatinya mencelos. Dia sakit melihat pemandangan ini. Seharusnya dia merasa bahagia melihat toko-toko yang berjejer memamerkan koleksi untuk menggoda kantongnya. Tapi apa daya, pemandangan yang sudah hilang di antara keramaian mall itu mengusik relung jiwanya semakin dalam.
Vanessa yang mengikuti arah pandang Karina ikut merasa syok. Dia tidak tahu dan tidak mengerti kenapa Jeno bersama dengan Greynda-mantan lawan mainnya. Dia beralih menatap Karina yang tersenyum miring dengan wajah dingin. Perempuan itu lalu berkata dengan dingin juga. "Pulang sekarang."
Bak titah mutlak yang tidak bisa dibantah. Vanessa hanya mengikuti apa kata Karina. Mereka akhirnya pulang ke apartemen Jeno. Disepanjang perjalanan Karina mengemudikan mobil itu dengan sangat kencang. Tidak peduli dengan penumpang yang sedang hamil di sampingnya. Vanessa juga tidak membantah. Dia diam saja karena baru kali ini melihat perempuan itu semarah ini. Bahkan wajah dingin itu tidak pernah berubah sejak dari mall.
Begitu sampai di apartemen Jeno. Karina memasukkan semua bajunya yang sudah di tata Jeno semalan kembali ke dalam kopernya. Perempuan itu masih tetap diam tanpa ekspresi. Hanya tangan dan tubuhnya saja yang bergerak memasukkan semua barang-barangnya.
"Kamu mau kemana Kar?" tanya Vanessa akhirnya setelah berkutat dengan pikirannya.
"Gue mau pindah. Gue seharusnya nggak ada di sini."
"Kenapa kamu nggak dengerin penjelasan dia dulu?"
"Apa yang perlu dijelasin Van?!" Karina membentak Vanessa saat ini. Matanya berubah berkaca-kaca. Dia tidak habis pikir dengan rencana Tuhan. "Ternyata dia main di belakang gue. Lo liat sendiri kan? Ternyata ketidakpastian yang dia sajikan buat gue itu emang karena hatinya nggak sepenuhnya di gue. Dia punya yang lain. Tuhan terlalu baik nunjukin ini semua ketika gue lagi terpuruk. Gue udah nggak punya siapapun untuk dipercaya." Karina menarik resleting kopernya dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
With you ✓
Fanfiction[Completed] Kesan pertama yang dapat diambil dari seorang Jevano ketika pertama kali bertemu adalah laki-laki berparas tampan dengan aura dingin dan berwawasan luas, tapi sayangnya Jevano tidak peka. Tampannya Jevano itu lengkap, manis, ganteng, coo...