Pagi ini langit begitu cerah, suara kicauan burung melengkapi pagi yang indah. Saat ini adalah musim semi, bunga-bunga yang bermekaran membuat pagi ini terasa lengkap dan menawan.
Seorang gadis menatap pantulan dirinya dicermin. Wajahnya terpoles make up natural. Tubuhnya terbalut dengan setelan gaun berwarna putih menjulang yang tampak sederhana namun elegan.
Kaki jenjangnya terbalut stiletto berwarna senanda. Rambut panjangnya tergerai indah dengan sedikit curly di ujung rambutnya. Serta sebuah tiara yang tersemat diatas kepalanya.
"Apakah kau sudah siap?"
Suara lembut ibunya itupun menyadarkan ia dari lamunannya. Lantas ia menoleh kemudian menampakkan senyumnya.
"Ah, sudah waktunya ya?" tanya gadis itu. Ia menunduk, merasa gugup.
"Geurae, ayahmu sudah menunggu di depan pintu altar. Kajja!"
Sang ibu pun menuntun putrinya menuju pintu altar dimana tempat ayahnya sudah menunggu. Terlihat siluet ayahnya yang masih tampak gagah namun sedikit ringkih itu.
"Aigoo, uri ttal." ucap pria itu dengan sedikit bergetar. "Kau sungguh cantik hari ini," lanjutnya.
"Kamsahamnida, aboeji." lagi-lagi gadis itu menundukkan wajahnya.
Tangan ayahnya terulur mengusap surainya dengan lembut. "Terimakasih sudah mau menerima pernikahan ini. Aku yakin kau pasti akan bahagia dengannya, kau percaya kan pilihanku tidak mungkin salah?"
"Nde aboeji."
Pria itu menahan tangis, mengingat sikapnya yang begitu keras terhadap putrinya. Namun ia melakukannya semata-mata hanya agar putrinya menjadi orang yang kuat, seperti sekarang ini.
"Mianhae karena sudah terlalu keras mendidikmu, namun kau harus tahu bahwa kau adalah satu-satunya putri yang paling aku sayangi."
Gadis itu menatap ayahnya dengan tatapan berkaca-kaca. "Aboeji," lirihnya.
Sungguh, ayahnya sangat jarang mengungkapkan perasaannya. Namun dirinya sama sekali tidak merasa kekurangan kasih sayang. Cara orang tuanya mendidik, ia yakin bahwa itulah bentuk kasih sayangnya.
Ibunya yang lembut dan penuh perhatian, ayahnya yang keras namun selalu melindungi ia dari bahaya apapun. Dirinya merasa bersyukur memiliki keduanya.
Kemudian ayahnya mengulurkan tangannya. "Kajja, mereka yang di luar sana pasti sudah menunggumu."
"Eomma?" Sunhee, gadis itu menatap ibunya.
"Pergilah," ucapnya meyakinkan putrinya.
Akhirnya Sunhee menerima uluran tangan tersebut kemudian berdiri di balik pintu altar. Dirasa semua persiapan sudah lengkap, pintu altar pun terbuka lebar.
Sunhee berjalan dengan anggun bersama sang ayah. Lengannya menggenggam erat lengan ayahnya menandakan kegugupannya. Namun pasti, tatapannya lurus kedepan dengan yakin. Menatap pria yang terbalut tuxedo hitam menawan yang tengah menunggunya di ujung altar.
Sampai di ujung altar, sang ayah pun menyerahkannya kepada pria itu. Lengannya yang dingin berpindah tempat, menggenggam telapak tangan hangat pria itu.
"Ku harap kau dapat menjaga putriku," ucap ayahnya.
"Nde aboeji, akan aku jaga dia dengan segenap nyawaku." jawab pria itu mantap.
Kemudian lengannya menarik lengan Sunhee untuk naik ke atas altar. Tubuh jangkung itu berbalik menghadap Sunhee, begitupun gadis itu.
Tidak ada percakapan apapun. Hanya lengan yang saling bertaut juga mata yang saling menatap. Sunhee dapat menyelami netra pria itu yang menatapnya dengan sorot tajam namun tidak menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin - Rocky Astro
FanfictionDijodohkan oleh idol? Menikah dengan salah satu member Astro? Hidup bersama dengan Rocky? Daebak! Manusia super swag yang kini harus menanggung tanggung jawab sebagai seorang suami, seperti apakah Rocky menangani ini? . . Rate : M 17+ (Dikarenakan a...