32

3K 412 92
                                    

Perlahan Soobin membuka matanya, mengedipkan berkali-kali karena silau lampu ruangan seperti menusuk bola matanya.

Soobin baru ingat, dia ada di rumah sakit. Ia melirik ke sebelah kiri dan menemukan Yeonjun yang tertidur lelap di sofa.

Dan ketika Soobin melirik ke sebuah ranjang kecil di dekatnya. Air matanya langsung menetes.

Anaknya sudah lahir, ya?

Soobin menyentuh jari-jari kecil itu dengan telunjuknya yang besar dan menyapanya, "Hai sayang, ini Papa."

Dan Soobin melirik kembali ke sofa karena Yeonjun terjatuh dari tempatnya.

Ia bergumam jengkel, "Memang orang kaya sepertiku tidak cocok tidur tak layak seperti ini."

Dan saat Yeonjun menoleh ke arah ranjang Soobin, betapa kagetnya dia saat mendapati kedua netra Soobin menatapnya penuh haru.

Seolah mengatakan, 'Lihat, anak kita sudah lahir.'

Dari sesuatu yang awalnya mereka pikir sebuah kesalahan, namun ini berubah menjadi anugerah.

Soobin sehat, anak mereka juga sehat. Sudahlah jangan dibahas, Yeonjun lelah kalau harus menangis lagi.

"Bagaimana? Dia tampan seperti diriku bukan?" tanya Yeonjun kemudian tertawa sombong.

Soobin memutarkan bola matanya. "Yaah, setidaknya tidak bajingan seperti dirimu."

"Hmph, semoga juga dia tidak toxic seperti kamu, Soobin." Yeonjun kemudian duduk di sebelah ranjang dan menggendong bayinya itu.

"Lihat? Padahal kemarin rewel sekali, sekarang dia lebih tenang. Dan lihat hidung kecilnya astaga imut sekali!" pekik Yeonjun sambil mengayunkan bayi yang ada di pelukannya itu dengan antusias. Dia sangat suka dengan sesuatu yang lucu.

Sementara Soobin terdiam memandangi Yeonjun yang menggendong anak mereka itu. Matanya berbinar sangat bahagia.

"Hiks..." Yeonjun berhenti mengayunkan anaknya dan melirik Soobin yang tiba-tiba menangis.

Ia menatap anaknya yang juga ikut kembali menangis. Yeonjun gelagapan, lalu ia mendekati Soobin dan memberikan anak mereka padanya.

"Apa aku terlalu memonopoli dia? Maaf ya. Kamu boleh peluk dia," ucap Yeonjun sembari membantu Soobin untuk duduk dan bersandar.

Soobin menangis terharu, ia menciumi dahi anaknya dan memeluknya.

Yeonjun memalingkan wajahnya, tak kuat melihat pemandangan di depannya.

Wajah Soobin meskipun terlihat begitu lelah, kantung matanya juga sangat terlihat, lalu rambutnya yang sedikit berantakan. Tapi saat ia menggendong anaknya, Soobin terlihat sangat manis.

Mengingatkan Yeonjun pada ibunya. Yang harus meninggal karena dibunuh.

Kasih sayang seorang ibu, Yeonjun bersyukur anaknya bisa mendapatkan kasih sayang seperti itu dari Soobin. Dan semoga selamanya akan begitu.

"Rawat dia dengan baik, ya?" ucap Yeonjun mendadak.

Soobin menatap Yeonjun. "Tentu... Aku akan merawatnya dengan baik," ucapnya.

Yeonjun mendekati Soobin dan bayinya. Hanya ingin mengatakan beberapa hal untuk jagoan kecilnya sebelum dia benar-benar meninggalkan mereka berdua disini.

"Hai, Ayah mungkin punya sedikit waktu. Tapi tidak selamanya. Ayah harap, kamu bisa menjaga Papa dengan baik. Buat Papa bahagia ya nak?" Yeonjun mengelus pipi bayinya yang halus seperti kapas.

"Jangan terlalu banyak rewel, kasihan kalau Papa harus kewalahan mengurus kamu."

"Kalaupun Ayah benar-benar pergi, tapi Ayah janji akan bertemu denganmu dan melihatmu setiap Minggu." Ia tersenyum. "Meskipun kamu akan tidak tau kalau aku adalah Ayahmu."

"Apakah aku terlalu banyak bicara?" tanya Yeonjun pada Soobin yang kini sudah menangis sampai sesenggukan.

"Oh astaga, hahahaha. Kenapa menangis?" Yeonjun menepuk pelan kepala Soobin. "Soobin yang aku ketahui selama ini itu sangat kuat. Jadilah kuat untuk anak kita."

Yeonjun menghela nafas, berusaha membuat suara senormal mungkin meskipun sedang menahan tangis. "Permintaanmu akan aku turuti. Setelah ini aku akan benar-benar putus status denganmu. Dan kita bukan siapa-siapa lagi."

"Oke, aku akan datang beberapa hari lagi. Aku akan telepon Kakak untuk datang kemari." Yeonjun beranjak dari duduknya, namun sesuatu membuatnya berhenti bergerak.

Jari telunjuknya digenggam oleh anak mereka, dan bayi kecil itu kemudian mulai menangis lagi.

Terdengar pilu, seolah tak membiarkan sang ayah untuk pergi.

Hal itu membuat Yeonjun makin berat hati untuk meninggalkan kedua orang yang ia cintai.

Ya, Yeonjun akui dia sangat mencintai Soobin dan anak mereka. Dari lubuk hati yang terdalam, ia sangat ingin tinggal. Ia sangat ingin merayakan ulang tahun pertama anaknya sebagai seorang ayah dan suami Soobin.

Tapi egonya berkata lain, janji tetap janji. Ia dan Soobin harus berpisah karena alasan masa lalu.

Namun sekali lagi hati Yeonjun mencoba berperang dengan egonya. Tidak, dia tidak ingin berpisah. Dia ingin disini, bersama Soobin, memeluk Soobin, bersama Soobin selama sisa hidupnya hingga ia tiada nanti.

Yeonjun punya apalagi memangnya jika dia meninggalkan Soobin dan buah hatinya?

Taehyun sang cinta pertama sudah pergi, uang dan semua hartanya itu seperti sebuah pajangan tak berarti.

Mencari orang yang baru? Tidak semudah itu mencari cinta sejati.

Karena dia sudah benar-benar luluh dengan si manis di depannya ini, dan jika boleh Yeonjun meminta, "Aku ingin tinggal."

Soobin merasakan nafasnya tercekat. Dia bingung mau bereaksi apa.

Gengsi, Soobin terlanjur mengatakan bahwa mereka harusnya bercerai. Padahal aslinya masih cinta.

"Apakah kau tidak akan mengulangi seperti yang pernah kau lakukan?" cicit Soobin sembari menenangkan anaknya.

Yeonjun menggelengkan kepalanya. "Aku bersumpah, tidak akan mengulanginya."

Soobin tiba-tiba tertawa. "Tapi bukankah ini akan jadi kisah klise?"

Yeonjun tersenyum kesal. "Lalu kamu mau hidup kita lebih problematik begitu? Bodoh."

Dibalas dengan cengiran dari Soobin. Yeonjun tak tahan, ia memeluk Soobin begitu erat dan mencium bibirnya berkali-kali.

"Kamu adalah rumahku, dan selamanya akan begitu," bisik Yeonjun.

"Jadi... Kita tidak akan bercerai?" tanya Soobin sembari memainkan jari tangan kecil milik anaknya.

"Kamu mau lanjut cerai?"

"T-tidak! Aku bertanya padamu!"

"Oh astaga hahaha. Tidak, maaf ya karena dulu sering marah-marah dan sempat mengusir dirimu..." ujar Yeonjun.

"Nah, akhirnya minta maaf juga," celetuk Soobin merasa agak kesal.

"Sekarang lepaskan pelukan ini, perutku sakit tau..."

Beberapa jam sudah Yeonjun lewati dengan mengurus Soobin dan memberikan susu formula untuk anaknya.

Taehyung juga sempat datang, agak kaget saat dia harus menjadi kakek di usia yang terbilang cukup muda.

"Aku akan jadi hot grandfather..." gumam Taehyung.

Sementara Kakek-kakek Soobin alias Kim Namjoon dan Kim Seokjin. Hmm... Dia tidak peduli lagi dengan mereka.

Katanya, jika ingin bahagia harus ada sesuatu yang dikorbankan.

Dan karena kedua orang tua itu juga bukannya membuat Soobin bahagia malah membuatnya semakin tertekan.

Lalu disini Soobin memutuskan. Tidak akan ada perpisahan, tidak akan ada kesedihan. Yang akan mereka lakukan adalah hidup bersama dan melewati semua konflik hidup bersama.

Dan tentunya, bersama anak mereka juga.

"Choi Seonjun, nama yang bagus."

Bersambung.

Plin-plan sekali dua orang ini.

Cerai gak? Cerai gak?

Avunculus ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang