"Ini milik Kak Adam, dari aku! Tolong kembalikan, tidak sepantasnya ada di tangan Kakak." Hana mengernyitkan dahinya, menatap perempuan yang memakai kartu peserta OSIS di lehernya.
"Rumaisha." Hana memabaca tulisan tersebut pada kartu nama yang ia kenakan. Hana menghela napas, menyodorkan sapu tangan kepada Rumaisha, lalu tersenyum.
"Terima kasih ya, Kak. Aku pikir, Kakak enggak akan balikin sama Ruma. Tapi, Kakak baik. Jadi Kakak balikin." Rumaisha tersenyum lalu mengulurkan tangannya.
"Rumaisha Syasakwa, asal Jakarta." Rumaisha memperkenalkan diri, Hana menjabat uluran tangan Hana.
"Hana Hellyora, asal Malang. Tinggal di Yogyakarta." Hana ikut memperkenalkan dirinya, lalu Hana melepas jabatan tangannya.
"Kak Hana, boleh enggak Ruma ajak Kakak bicara di taman? Ada yang mau Ruma bicarain." Rumaisha tersenyum canggung setelahnya, Hana menatap jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya sebelah kiri.
Jam menunjukkan pukul satu siang, acara MOS pun sudah selesai dan dilanjutkan besok. Besok adalah sesi out door. Sesi tersebut dilakukan di luar ruangan. Seperti di taman kota, tempat wisata atau tepi danau. Hana mengangguk, karena ia tak ada kerjaan di jam ini. Mungkin, jam dua nanti ia akan pergi ke SMA lain untuk menyewa guru pengisi materi di out door nanti bersama Adam dam Fahsya.
"Boleh, kebetulan aku juga lagi gak ada kerjaan," kata Hana lalu mengulas senyuman.
"Alhamdulillah, mari Kak Hana kita ke taman," ajak Hana mengajak Hana keluar menuju taman.
•••
Adam memutar bola matanya kepada Fahsya yang baru saja membuka pintu ruangan OSIS bersama dengan dengan dua rekan OSIS yang lain. Fahsya mendekat kepada Adam yang jarinya sibuk di papan ketik laptop, Fahsya menyerahkan tumpukan kertas kepada Adam kemudian menaruhnya di samping laptop Adam.
"Biodata peserta MOS, Dam." Fahsya duduk di bangku yang agak jauh dari Adam. Membuka laptop lalu jarinya mulai bergerak lihai di papan ketik.
"Gue sama Nata ke depan dulu, ya? Mau cari angin, sambil ngerapiin tali lompat peserta MOS tadi," pamit Maya, Fahsya dan Adam mengangguk singkat.
Fahsya kembali sibuk dengan laptopnya, begitupula dengan Adam. Mereka sama-sama membuat laporan untuk kepala sekolah. Tak ada pembicaraan di antara keduanya, Fahsya memang enggan untuk memulai pembicaraan dengan si batu berjalan itu. Tapi, Fahsya harus bertanya kepada Adam, menyangkut Hana. Sebenarnya, Fahsya tak ingin ikut campur. Tapi ketika mendengar Hana menangis kuat di kamar mandi, hati Hana ikut panas. Pasti, alasan Hana menangis adalah Adam dan peserta MOS yang bernama Rumaisha Syasakwa tadi.
Sebelum membuka pembicaraan, Fahsya menyimpan dulu apa yang baru saja ia ketik. Fahsya menutup laptop yang ia pakai, menoleh ke kanan kiri, tidak ada satu pun orang kecuali Adam.
"Dam? Aku mau ngomong soal Hana." Fahsya membuka pembicaraan, tetap duduk di bangku yang ia tempati.
"Apa? Kalau gak penting, jangan sekarang. Mending nanti aja, Adam lagi sibuk," sarkas Adam terkesan dingin, Fahsya menghela napas pelan.
"Menurut kamu, Hana gak sebegitu pentingnya? Perasaan Hana enggak penting? Air mata Hana enggak penting?" cerocos Fahsya, setelah itu Fahsya membuka laci meja, meletakkan buku diary milik Hana yang jatuh ketika berpapasan dengan Fahsya dengan keras di meja.
"Fahsya?! Kamu bisa diam? Jangan memperkeruh suasana," tegas Adam menatap sekilas mata Fahsya yang mulai sinis kepada Adam.
"Memperkeruh suasana? Aku cuman nanya, Dam. Aku enggak ada niatan buat memperkeruh suasana. Apa, kamu sama Hana sekarang lagi berantem?" selidik Fahsya, mulai mengeluarkan nada tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me to Jannah (END)
De Todo📒Spiritual - Romance "Tapi, seenggaknya luka-luka kecil ini, jadi saksi bisu perjuangan Hana buat ngemilikin Kak Adam seutuhnya." Hana memasang senyuman manis, menatap Desi yang wajahnya sinis itu. "Han, dengerin Desi dulu. Kak Adam itu enggak akan...