Hana mengernyitkan dahinya, mendapati Adam yang geleng-geleng kepala kepadanya. Sekali-kali Hana mencubit tangannya ketika Adam menatap mata Hana sekilas. Ayolah, Hana sangat terbawa perasaan dengan suasana yang Hana sendiri ciptakan.
"Jangan diulangin lagi, laki-laki itu gak gampang baperan. Sekarang, Hana sendiri, kan yang malu," kata Adam, mengulas senyuman kecil di bibirnya. Membuat Hana ingin mencubit lengan Adam sekarang juga. Tapi sekali lagi, tidak mungkin.
Hana menggaruk kepalanya yang tak gatal, seraya menyengir kuda. Hana kehabisan topik kali ini untuk berbicara dengan Adam, karena rasa malunya yang menggebu di dalam dirinya.
"Gak usah malu, biasanya juga malu-maluin, Han." Setelah berucap, Adam beranjak keluar dari perpustakaan dengan membawa novel milik Hana yang belum selesai Hana baca.
Hana menatap punggung Adam, semakin lama semakin menjauh dari letaknya. Hana beranjak, mengambalikan buku yang Hana ambil dari rak tadi lalu mengerjar Adam yang kini tengah berjalan ke gasebo di tengah taman sekolah.
"Jangan tinggalin Hana kayak gitu tadi, Kak. Capek tau ngejar Kakak, apalagi Hana belum sarapan," adu Hana sambil duduk di samping Adam yang duduk di gasebo, berjarak sekitar lima jengkal tangan saja.
"Ya udah sarapan sana!" Adam membenarkan dasinya yang miring, lalu melihat jam di gasebo.
"Gak usah deh, udah jam sepuluh juga. Bukan sarapan lagi namanya, tapi makan siang." Hana merapikan kerudungnya yang sedikit miring itu lalu menatap siswa dan siswi yang berlalu lalang di depan gasebo.
"Ya udah, makan siang sana," kata Adam lalu sedikit menghela napas.
"Kak Adam, dari tadi jawabnya 'Ya udah' terus. Kapan coba kayak gini 'Yok, Han. Makan bareng' kapan Kak? Kapan?" cerocos Hana lalu menatap Adam dari arah samping. Ketampanannya masih terpampang jelas, tak berkurang sedikitpun.
Adam menghela napas sebentar, memasang tatapan sedikit dalam kepada Hana yang kini menatapnya sinis. Sangat menggemaskan!
"Yok, Han. Makan bareng." Hana tertawa kecil, mendengar ajakan Adam yang kini tak sedingin dulu.
Adam menatap ke arah depan lagi, terlihat dari Hana yang menatap Adam dari samping, bahwa Adam kini sedang tertawa kecil. Seperti tertahan tawanya, jakun Adam kini naik turun.
"KAK ADAM BOHONG, YA?!"
Dengan refleks, Hana mencubit lengan Adam dengan gemas. Hana mencubit lengan Adam habis-habisan. Adam mencoba menghindar, tapi tangan Hana bergerak lincah nan cepat mencubit lengannya.
Adam beranjak dari gasebo, berlari menuju pohon rindang di tepi taman dengan Hana yang mengejarnya. Bibir Hana tak berhenti mengerucut seiringan dengan mengejar Adam. Sedangkan Adam, ia terkekeh puas. Sampai di mana Adam tiba di bawah pohon rindang itu, Adam duduk di bawah pohon. Napasnya tak beraturan.
Hana menghela napas, mendapati Adam yang sudah menyerah saja untuk dikerjar Hana. Hana duduk di ayunan pohon, menghela napas berat. Sedangkan Adam, ia kali ini duduk di tanah, mendogak, menatap daun yang rimbun nan hijau.
"Kak Adam capek? Padahal Hana ngejar Kak Adam lari sekalian bakar kalori tadi, biar gak banyak lemak. Hana tersiksa sama lemak ini, astaga!" Hana menangkup pipinya sendiri yang terkesan banyak lemak menurut Hana. Menurut orang lain, itu adalah sebuah keunikan.
"Bakar kalori? Kamu belum sarapan, aneh." Adam beranjak dari duduknya, berjalan meninggalkan Hana sendirian di ayunan.
"Argh! Iya juga, sih." Hana memutar bola matanya "pengen ikut Kak Adam pergi, tapi Hana gak kuat jalan. Kaki Hana gemetar, perut Hana keroncongan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me to Jannah (END)
عشوائي📒Spiritual - Romance "Tapi, seenggaknya luka-luka kecil ini, jadi saksi bisu perjuangan Hana buat ngemilikin Kak Adam seutuhnya." Hana memasang senyuman manis, menatap Desi yang wajahnya sinis itu. "Han, dengerin Desi dulu. Kak Adam itu enggak akan...