"Hana, bangun. Kita gak ada acara cuti ini. Ayo kita sama-sama berjuang."
Hana membuka matanya, lansung mendapati wajah tampan Adam yang tengah menatap wajah kucel Hana yang berantakan karena habis bangun tidur. Hana menoleh, menatap jam beker yang ada di nakas, lalu bangun.
"Kenapa sehabis sholat shubuh tidur lagi? Kamu kecapekan, Han? Atau kamu sakit, hm?" tanya Adam dengan melipat selimut yang mereka kenakan bersama-sama tadi malam.
"Hana, itu apa ya hoaam. Hana kedinginan, Kak." Hana merenggangkan ototnya, lalu ikut membereskan ranjang bersama dengan Adam.
"Kan, udah saya bilang tadi pagi. Kalau abis subuh jangan ke balkon. Di sana itu dingin banget, Han." Adam berjalan ke kamar mandi, kemudian air kran menyala seiring dengan Hana yang bangkit dari ranjang.
Hana bercermin, sambil memandangi wajahnya. Sekitar sepuluh menit, Adam keluar dari kamar mandi, dan sedikit terkekeh kecil.
"Kenapa? Wajah kamu ada yang hilang? Saya gak ngapa-ngapain kamu, kok semalam. Stay enjoy aja." Adam duduk di ranjang, kemudian memainkan handphone.
"Kata-kata Kak Adam ambigu tau, gak? Lagian, ya Hana gak keberatan kalau Kakak ngapa-ngapain Hana, asalkan itu hal yang baik. Toh, Hana istri Kakak dan Kakak suami Hana." Dengan percaya dirinya Hana mengatakan hal tersebut, Adam hanya geleng-geleng kepala sambil terkekeh kecil.
Adam mendekat kepada Hana. Membuat jantung Hana berdebar kencang. Padahal, Adam hanya mengambil power bank di laci yang ada di belakang Hana.
"Udah, sana mandi. Di bath up sudah ada air hangat. Semoga bisa relaxs dengan air hangat itu. Dan, satu lagi. Kalau mandi jangan lama-lama. Saya gak mau kuliah telat karena nungguin Hana." Hana meneguk salivanya susah payah. Pasalnya, ia ada tipikal orang yang kalau mandi suka lama. Ya ... karena bermanja dengan alat-alat pembersih diri pastinya.
Hana masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Adam ia memilih untuk mengecek tugasnya yang ada di laptop. Biasalah, mereka sama-sama masih berstatus mahasiswa jadi tidak ada acafa cuti atau pun honey moon. Hana juga tidak keberatan, apabila tidak ada cuti atau pun honey moon. Karena, Hana paham jika kondisi keuangan Adam dan Hana belum sepenuhnya cukup untuk kegiatan itu. Apalagi, dengan mereka yang masih sama-sama dinafkahi oleh kedua orang tua. Tapi semalam, Hana dan Adam memutuskan untuk mencari uang sendiri tanpa melibatkan kedua orang tua. Karena, mereka sudah berumah tangga.
•••
"Nanti kalau udah jam pulang, telepon saya. Dan tunggu di depan gedung fakultas. Jangan ada niatan pulang sendirian." Adam mewanti-wanti sambil berjalan di koridor dengan Hana yang membawa buku tebal di tangannya.
Hana berjalan sedikit cepat, lalu mensejajarkan letak tubuhnya dengan Adam sambil mengangguk kecil. Hana meraih tangan Adam kemudian menciumnya. Adam tersenyum tipis kemudian mengusap puncak kepala Hana teratur.
"Semangat, ya. Untuk saat ini kita sama-sama berjuang. Nanti, kita akan sama-sama bahagia." Adam tersenyum, lalu Hana segera memeluk tubuh Adam singkat.
Hana melambaikan tangannya kepada Adam yang kini berjalan kepada gedung fakultasnya. Ketika Adam sudah masuk ke dalam gedung fakultasnya, Hana berbalik badan lalu segera berjalan ke gedung fakultasnya.
"Cie, pegantin baru nih." Hana menoleh kepada sumber suara, ternyata ada Bianca yang bersandar di tembok kelas sambil tertawa renyah.
Hana meneguk salivanya pelan. Bagaimana bisa Bianca tau bahwa Hana baru saja menikah. Padahal, Hana, Adam dan pihak sekeluarha sama sekali tidak mengumbar hal tersebut. Pasti ada yang tidak beres. Rasanya, Hana ingin menghilang begitu saja sekarang dari kelas.
"Wah-wah, jari manisnya udah ada cincinnya astaga. Aku kapan, ya? Han, bagi tips dong supaya bisa cepat nikah. Capek aku kuliah, pengen uwu-uwuan." Ina yang duduk di bangku paling depan menimpali, sambil menopang dagunya di meja. Wajahnya terlihat muram.
"Apa-apaan sih kalian. Udah deh, Hana mau kuliah lho ini. Bukan mau diinterview." Hana ikut menimpali, lalu duduk di bangkunya menatap lurus ke depan.
"Hana, namanya pengantin baru. Ya harus diinterview dong. Biar jadi refrensi kita semua, biar nanti kalau nikah gak ngek ngok doang," tutur Bianca sambil berjalan mendekat kepada Hana, lalu duduk di bangkunya yang kebetulan dekat dengan bangku Hana.
"Btw, malam pertamanya gimana? Lancar, gak? Kebayang gak sih, gimana romantisnya Adam yang dingin-dingin ganteng itu pas malam pertama." Bianca menatap manik Hana lekat, lalu semua mahasiswa yang ada di kelas, cenggesan sendiri menatap Hana.
"Bentar, deh. Kalian tau dari mana kalau Hana nikah?" Hana menyela, sambil bangkit dari duduknya.
"Dari instastory Raga, di sana ada foto kamu sama Adam lagi pasang cincin," cetus Ina dengan lantangnya.
Hana mengusap wajahnya kasar sambil menghela napaa gusar. Hana menoleh kepada kursi belakang sendiri. Di sana ada Raga yang tidur dengan memasukkan kepalanya ke dalam hoddie. Rasanya, Hana ingin menimpuk Raga dengan batu sekarang juga. Pernikahannya bocor di Raga tukang molor itu.
"Aelah, Han. Gak usah marah, dong. Lagian, gak ada masalahnya nikah muda. Memperbanyak keturunan, ya gak?" kata Gina yang sedang memakan snanck ringan dengan lahapnya.
"Apaan sih lo, Gin. Gak jelas deh." Bianca menimpali, sambil mengambil snack ringan milik Gina dengan cekatan.
•••
Hana berdiri di depan gedung fakultasnya, dengan wajah yang acuh tak acuh kepada Raga yang memohon agar diberi berkas pdf presentasi yang belum Raga kerjakan. Hana membiarkan Raga memohon, pasalnya Hana masih kesal kepada Raga yang membuat instastory tersebut.
"Ayolah, Han. Tega banget sih sama sepupu sendiri. Gak kasihan apa? Kalau besok Raga dihukum lagi." Raga duduk di bangku yang sudah tersedia, lalu memasang wajah memelas.
"Ya siapa suruh bikin instastory itu, Ga. Bikin naik darah aja tau gak? Udah Hana bilangin, kan kalau jangan nyebarin soal pernikahan ini dulu. Dan kamu udah sepakat buat gak nyebarin. Ini, malah disebarin." Hana memutar bola matanya malas, lalu duduk di bangku yang lain sambil mengecek handphonenya.
"Emangnya kenapa sih? Apa ruginya coba, Han. Raga bikin instastory itu biar semua tau, kalau bahan bucinan Hana selama empat tahun ini udah jadi milik Hana seutuhnya. Biar mereka semua tau, kalau kamu wanita hebat. Biar semua orang jadiin kamu bahan motivasi. Secara, kan followers Raga banyak yang tau kalau kamu itu mencintai Adam sejak lama."
"Sekarang hal yang Hana damba, nyata. Mereka harus tau." Raga mengakhiri penuturannya dengam membuang napas.
"Dan, mereka juga tau kalau Hana dan Kak Adam nikah atas pondasi fitnah. Asumsi mereka berpendapat kalau Hana manfaatin fitnah sebagai jalur instan menuju pernikahan." Hana menghela napas lirih, kemudian menunduk. Meratapi apa yang kini sedang hangat diperbincangkan di media sosial tentang pernikahnnya dengan Adam. Secara, kan Adam barista terpopuler dan terkenal di cafe termegah di Jakarta.
"Hana, ini hidup kamu. Jangan dengarkan mereka. Jalani saja, gak akan selamanya kamu sama Adam ada di fase ini. Semua berputar."
"Take me to jannah, Kak. Hana enggak bisa ngejalanin ini semua sendirian," kta Hana penuh penekanan.
To Be Continued
📝Jangan copas! Allah Maha Melihat.
📝Jangan lupa vote, gratis kok! Tinggal pencet doang, sksks.
📝Cwiw ya guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me to Jannah (END)
Acak📒Spiritual - Romance "Tapi, seenggaknya luka-luka kecil ini, jadi saksi bisu perjuangan Hana buat ngemilikin Kak Adam seutuhnya." Hana memasang senyuman manis, menatap Desi yang wajahnya sinis itu. "Han, dengerin Desi dulu. Kak Adam itu enggak akan...