"Katakan dokter, ada apa dengan Adam?"
Raga kini ikut buka bicara, memasang sorot mata menunggu jawaban dari dokter sembari menenangkan Hana yang kini sudah menangis, berderai air mata. Tanpa dokter mangatakan apa yang terjadi pada Adam, kini Hana tau apa yang telah terjadi. Hana mengusap ait matanya kasar sambil membuka pintu ruangan ICU brutal, ia tidak peduli kepada perawat yang menahan tubuh Hana agar tidak masuk ke ruangan ICU tanpa mengenakan pakaian medis.
Hana berteriak histeris sambil menangis, kala tidak lagi melihat tubuh Adam di atas brangkar. Dua perawat yang ada di ruangan ICU langsung memegang Hana agar tidak mendekat ke brangkar. Dengan segala kekuatannya, Hana mendorong kedua perawat tersebut sampai ke lantai. Hana dengan langkah pelan dipenuhi isakan, mendekat kepada brangkar yang sedikit ada gundukan seperti tubuh manusia ditutupi selimut yang selama empat hari ini dipakai oleh Adam dalam masa-masa kritisnya. Hana ingat betul, selimut yang ada di depannya kali ini—selimut yang selama ini Hana benarkan agar menutupi separuh tubuh Adam dalam empat hari masa kritisnya.
Dengan tangan yang bergetar, Hana membuka selimut tersebut. Mata sembab Hana itu langsung mendapati wajah Adam yang pucat pasi, bibir tipisnya yang selalu berwarna merah itu kini pucat, bibir Adam sedikit mengeluarkan senyuman tipis dalam keadaan matanya yang masih tertutup rapat. Hana memeluk kepala Adam dengan tangisannya yang deras, sampai wajah Adam pun basah akibat air mata Hana. Hana memegang pergelangan tangan Adam, mengecek masih ada tanda-tanda kehidupan atau tidak.
Nihil, sama sekali tak berdenyut. Hana menoleh kepada alat pendeteksi detak jantung yang ada di dekat brangkar, di sana hanya ada garis lurus yang menimbulkan bunyi yang nyaring. Alat pendeteksi detak jantung yang selama ini menampilkan garis yang bergerak naik turun, kini hanya garis lurus tidak ada mobilitas.
"Innalillahi ....," lirih Hana kemudian meraih tangan Adam, menciuminya dengan tangisan yang hebat derasnya. Hana tidak siap dengan semua ini, kenapa Adam pergi begitu cepat, tolonglah apakah ini hanya mimpi belaka.
Hana memeluk Adam, menumpahkan air mata Hana di dada Adam yang memang Hana sama sekali tidak mendengar detak jantung di sana. Dulu, dada Adam selalu menimbulkan detak jantung yang tak beraturan ketika Hana memeluknya. Sekarang? Ke mana perginya detak jantung itu. Hana memukul lengan Adam keras, tidak berhenti menangis di dekapan yang kink serasa dingin itu.
"Bangun ... Kak Adam janji bukan? Akan tetap ada buat Hana. Kak Adam bercandanya keterlaluan. Ayo bangun ... Kak Adam masih ada tanggungan di sini, Kak Adam masih ada tanggungan untuk membesarkan anak yang ada di perut Hana bersama-sama dengan Hana." Hana mencium kening Adam selepas itu, lumayan lama sampai kening Adam basah.
"Di perut Hana, ada nyawa Kakak. Ya Allah ... Ini mimpi, kah? Han tidak sanggup jika memang ini kenyataan. Jangan ambil orang yang hamba sayang sekarang juga, setelah Bunda, Ayah dan Kakak meninggalkan Hamba." Hana mengusap wajahnya gusar sambil luruh di lantai. Raga dan Gibran yang mendengar Hana menangis pun segera masuk.
Raga dan Gibran langsung mengucapkan kalimat tarji'. Gibran langsung menutupi wajah Rafa dengan selimut dan Raga menenangkan Hana dan membantunya berdiri. Hana semakin menangis hebat, kala Fadilah dan Rafa yang baru saja menembus obat untuk Adam masuk ke ruangan. Kantong plastik berisikan obat pun Fadilah buang sembarangan ke lantai, langsung berjalan dan memeluk Adam.
"Bangun, Nak ... Jangan tinggalkan Ummah." Hana langsung memeluk Fadilah ketika Fadilah berkata sedemikian rupa. Hana tidak siap, jika ditinggal oleh Adam yang selalu menjadi pengisi hati Hana sejak zaman SMA dulu.
Hana menatap Fadilah yang kini memeluk Adam dengan erat sambil merapalkan berbagai doa. Berharap, Allah memberikan sebuah keajaiban sekarang. Hana menatap orang-orang yang ada di sekelilingnya yang menangis, semakin membuat Hana untuk terus berdoa dan berdoa.
"Lihat, benda itu." Semua orang menoleh atas perintah Hana, benda tersebut menjadi pusat perhatian sekarang.
To Be Continued
LANSUNG GESER/SCROL AJA GUYS. HOLLA TRIPLE UPDATE! SUPAYA NDAK NGANTUNGIN LAMA-LAMA EX JEMURAN, EHH! HAHAHA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me to Jannah (END)
Acak📒Spiritual - Romance "Tapi, seenggaknya luka-luka kecil ini, jadi saksi bisu perjuangan Hana buat ngemilikin Kak Adam seutuhnya." Hana memasang senyuman manis, menatap Desi yang wajahnya sinis itu. "Han, dengerin Desi dulu. Kak Adam itu enggak akan...