Adam menyunggingkan senyuman, memasukkan beberapa benda batangan ke dalam tas, ya itu adalah cokelat untuk Hana. Adam sengaja membelikan lima buah cokelat sebagai permintaan maaf atas perilaku Adam yang membuat Hana akhir-akhir ini menjadi keluar masuk UKS.
Sebenarnya, Adam tidak mau apabila acara minta maafnya kepada Hana dengan membawa beberapa cokelat, Adam hanya ingin mengutarakan kata maaf itu saja.
Pagi ini, Adam berangkat ke sekolah bersama Ibrahim yang memberi saran untuk memberikan Hana cokelat. Ya, membawa cokelat atas saran dan ide Ibrahim.
"Aku yakin, Dam. Hana bakal maafin kamu, apalagi ya cokelat yang kamu beli barusan, cokelat mahal bukan cokelat pasaran dan ya cokelat itu harganya gak main-main," kata Ibrahim, berjalan di samping Adam yang pandangannya lurus ke depan.
"Ibra kira, Adam mau nyogok Hana buat maafin Adam dengan cokelat itu?" timpal Adam, masih dengan tatapan ke depan.
Ibrahim terkekeh pelan, mengusap wajahnya lalu menatap Adam dari samping, "ya, asal Adam tau. Cewek tuh paling suka sama cokelat. Cokelat bukan buat nyogok atau apa, ya itu sebagai simbol maaf aja, Dam."
Adam tersenyum terpaksa, berjalan lebih cepat meninggalkan Ibrahim karena gerbang SMK sudah dekat. Adam membuka gerbang, berjalan ke arah kelasnya. Ibrahim membuntuti langkah Adam dengan berlari mengejar Adam.
"Kemarin alhamdulillah, ya. Kita bisa nyelesaiin kegiatan MOS tepat waktu. Jadi rindu Fahsya, Han sama Mas guru SMA sebelah pengisi acara out door kemarin, di Danau Lagundi," kata Fahsya, berjalan berdampingan bersama Hana yang membawa buku-buku tebal, begitu pula dengan Fahsya.
"Maksut kamu, Kak Jawa itu, Sya? Cie-cie lagi mabuk Kak Jawa nih." Hana terkekeh, senyumannya begitu manis dan meneduhkan. Fahsya hanya senyum-senyum kecil, memukul pelan pundak Hana.
Adam yang berpapasan dengan Hana dan Fahsya pun, terkesima dengan senyuman bahagia Hana. Adam tak memberhentikan langkahnya, hanya saja ia melirik Hana sebentar.
"Dam! Tunggu, deh. Berhenti." Fashya menghadang tubuh Adam. Adam menaik turunkan alisnya, lalu memutar bola matanya menuju jam tangan yang ada di tangan kirinya.
"Soal kemarin di ruangan OSIS. Maafin Fahsya, ya? Fahsya udah maksa kamu buat duduk lagi, dan terjadi lah hal yang gak sama sekali kita inginkan. Fahysa minta maaf sekali lagi, kalau Fahsya lancang ke urusan kamu sama Hana," kata Fahsya panjang lebar, Hana masih setia menghadap ke depan, memeluk buku-buku tebal itu. Sama sekali Hana tak menoleh, entahlah untuk pagi ini Hana tak ada keinginan berbicara, bertatap mata dengan Adam. Yang Hana inginkan adalah suara Adam.
Ya ... Hana masih sedikit jengkel dengan Adam yang meninggalkan Hana di UKS. Letak kejengkelan Hana adalah, ketika Hana membuka mata Hana tak mendapati Adam, malahan yang ia dapati adalah Tania.
"Iya, gak apa-apa." Adam melenggang pergi, disusul dengan Ibrahim yang berlari ngos-ngosan. Ibrahim berhenti berlari di hadapan Fahsya, ia menoleh kepada Fahsya lalu Hana. Kemudian berlari lagi.
Fahsya geleng-geleng kepala, menyusul Hana yang berdiri menatap ke depan. Hana tersenyum tipis, kala Desi menyenggol lengannya.
"Makasi lho, Sya. Kamu udah bikin Hana denger suara Kak Adam, tanpa Hana ajak Kak Adam bicara," terang Hana. Mengacungkan jempol kepada Fahsya.
Fahsya menghela napas, setelah itu Fahsya melambai-lambaikan tangannya kepada Hana sambil masuk ke kelasnya. Hana ikut melambai-lambaikan tangannya, lalu berjalan menuju kelas.
"Oh, udah lupa ya sama Desi." Hana menoleh kepada pohon beringin di teras kelas Fahsya. Hana tersenyum, mendapati Desi di bawah pohon tersebut, sambil berkacak pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me to Jannah (END)
Diversos📒Spiritual - Romance "Tapi, seenggaknya luka-luka kecil ini, jadi saksi bisu perjuangan Hana buat ngemilikin Kak Adam seutuhnya." Hana memasang senyuman manis, menatap Desi yang wajahnya sinis itu. "Han, dengerin Desi dulu. Kak Adam itu enggak akan...