Beraksi

257 34 30
                                    

Double up, pastikan baca yang atas yak!

🌼🌼🌼

Apa ini? Amara merasa kepalanya begitu pening, ia pusing, bingung dan heran. Flora mencintai Kenzo? Kenzo mantannya yang sekarang bersama Stella?

Bukankah dulu yang paling bahagia ketika ia dan Kenzo jadian adalah Flora? Kenapa dulu tidak jujur saja kalau menyukai Kenzo? Pasti Amara akan melepaskan cowok itu demi sahabatnya dan tak akan berakhir seperti ini.

"Kenapa kaget?" tanyanya tersenyum miring. Gadis itu berputar mengambil satu tempat duduk dan duduk tepat dihadapan Amara. Salah satu kakinya di angkat dan dijatuhkan di kaki satunya. Menyenderkan punggungnya dan menatap Amara datar.

Amara menatap Flora dalam diam, lalu matanya menatap lengan cewek itu yang berada di pahanya, tangan gadis itu penuh dengan darah yang timbul karena luka sayatan. Apakah itu tidak sakit?

"Ini biasa saja, tidak sakit juga," ujarnya seakan tau apa yang dipikirkan Amara. "Mau coba?"

Seketika Amara menggeleng, membuat Flora terkekeh sinis. "Ada waktunya buat lo nanti." bisiknya ketika mencondongkan wajahnya di samping wajah Amara.

Gadis itu kembali berdiri, berbalik membelakangi Amara. Berdiri tanpa pergerakan.

"Lo tau gimana rasanya perasaan gue saat itu?" tanyanya ketika memulai ceritanya kembali. "Hancur, Mar! Hancur banget!" katanya emosi dan menendang kursi yang di dudukinya tadi.

Membuat Amara kaget dan jantungnya berdetak cepat, perutnya menjadi nyeri karena reaksi yang di berikan oleh anaknya. Tapi Amara menahan untuk tidak mengeluarkan suaranya.

Flora berbalik dan memegang kuat bahu Amara, meremas membuat Amara merasakan sedikit sakit pada bahunya.

"Cowok yang gue suka dari awal masuk sekolah, yang gue ceritakan pada kalian, yang selalu gue banggakan, yang selalu gue puja, cowok yang membuat hari-hari gue bewarna, membuat gue semangat sekolah, buat gue selalu tersenyum," lirihnya. "DIA DEKETIN GUE CUMA KARENA PENGEN DAPETIN LO! DIA SUKA SAMA LO, DAN DIA NGOMONG LANGSUNG SAMA GUE. GIMANA RASANYA JADI GUE MAR!" pekiknya emosi.

Amara memejamkan matanya, dadanya sesak mendengar apa yang dikatakan oleh Flora. Hatinya ikut nyeri dengan apa yang dialami sahabatnya. Tapi dia tidak tau apa-apa Flora tak pernah mengatakan siapa cowok itu, ia hanya menceritakan bagaimana bahagianya ia bisa mengenal cowok itu.

Jadi, siapa yang salah sebenarnya?

"Untuk itu gue bertekat ngehancurin lo, dengan cara musahin lo sama Kenzo dan maksa Stella buat deketin Kenzo," ujarnya dingin tepat didepan Amara. "Bagus sekali bukan rencana gue hancurin lo?"

"Tapi kenapa harus orang tua gue yang jadi korban?" tanyanya setelah lama diam, ia sudah tidak kuat menahan diri dalam diamnya.

Ia tau ia jahat karena melakukan hal tak sengaja, merebut pemuda yang disukai sahabatnya. Tapi apakah perbuatan Flora dapat di benarkan? Tentu saja tidak.

"Itu masalah terbesarnya, karena nyokap lo rumah tangga orang tua gue berantakan sialan!" pekiknya emosi. Tapi Amara justru menjadi pusing dan bingung, ia tak paham.

Amara melotot ketika Flora mendekatkan pisau kecil itu ke wajahnya, dengan wajah tanpa dosa, dan senyum mengerikan Flora dengan santai mengarahkan benda tajam itu.

"Flo... jauhin pisaunya..." pintanya dengan nada bergetar. Ia tak ingin mati sekarang.

"Kenapa?" tanyanya tersenyum miring. "Lo takut?"

"Gue justru merasakan sakit lebih dari ini karena lo sialan!"

Flora mendekatkan pisaunya pada pipi Amara, membuat wanita hamil itu memejamkan matanya kuat, ia takut.

ReyMara || Kita Beda✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang