Amara duduk di pinggir ranjang menghadap jendela, ia menatap pemandangan rumah penduduk dari atas kamarnya. Ya, kamarnya berada di lantai atas.
Pikiran Amara berkelana kemana-mana, ia menunduk dan tersenyum kecil ketika melihat pesan Rey yang mengatakan padanya ia sudah memakan masakannya tadi.
Tak lama senyum itu menjadi kekehan, ia geli sendiri ketika mengingat isi surat yang ia tulis. Tapi kekehan itu tiba-tiba terhenti ketika mengingat tentang hubungannya dengan Rey.
"Amara..."
Amara tersentak dan menoleh kebelakang. "Papa,"
Alex tersenyum kecil dan berjalan menuju putrinya. Ia duduk di sebelah Amara dan mengelus pelan kepala Amara. "Bagaimana keadaan mu?"
Amara tersenyum. "Baik, seperti yang Papa lihat."
Alex terkekeh. "Sudah makan? Bagaimana dengan cucu, Papa?"
Amara menunduk dan mengelus perutnya. "Baik juga Kakek..." ucapnya menirukan suara anak kecil.
Alex tertawa mendengarnya, ia juga mengelus pelan perut putrinya. "Hallo cucu kakek..."
Duk
Alex melotot. "Nendang," lirihnya. Amara tertawa melihat ekspresi Papanya.
"Kan emang udah nendang, Pa..." beritahunya. "Udah mau tujuh bulan lo ini..."
Alex kembali tertawa. "Cucu kakek jangan keras-keras ya nendangnya, kasian mamanya..."
Amara tersenyum hangat, lalu ia kembali memandang kearah jendela. Walaupun disini ada banyak orang yang menghiburnya tapi hatinya tetap terasa risau.
Alex mengelus bahu Amara. "Ada yang mengganggu pikiranmu, Nak?"
Amara menoleh dan menggeleng pelan, diiringi dengan senyum tipis.
Alex menaikan alisnya. "Rey ya?" tanyanya. "Kamu suka dia?"
Amara melipat bibirnya. Menunduk dan menautkan tangannya. "Em..."
"Kalo suka gak papa, jujur aja. Papa gak marah,"
Anara menghembuskan nafasnya pelan. "Belum dalam kok, Pa. Masih bisa di atasi," jawabnya pelan.
Alex menaikan alisnya bingung. "Intinya tetep ada rasa kan? Dalam pun gak papa, boleh jujur kok. Jangan di pendam."
Amara menggigit bibirnya risau. "Iya ada," jujurnya. "Bahkan dia ngajak nikah, tapi Amara tolak."
"Karena kalian beda?"
Amara mendongak dengan mata melebar. "Papa tau?"
Alex mengangguk kecil. "Kan Rey teman Abang mu, dan dia terkenal. Walaupun kita gak saling mengenal Papa tau sedikit tentang dia."
Amara menghembuskan nafas berat, lalu kembali menunduk. "Itu masalah utamanya, Pa..."
Alex tersenyum, mengelus surai indah anaknya yang tergerai. "Nak, ini memang berat. Tapi Papa gak memaksa kamu dalam memilih pilihan hidup, keyakinan pun begitu, gak ada sejarahnya setiap agama memperbolehkan pemeluknya berpindah dengan mudah,"
Alex menjeda sebentar, ia menatap Amara yang juga menatapnya. "Tapi manusia berhak memilih apa yang ia yakini, Papa gak akan melarang, Papa hanya bisa memberi dukungan. Kamu udah mempelajari semua isi Alkitab kan, Nak? Kamu pasti tau apa yang harus kamu lanjutkan atau hentikan. Tapi apapun itu Papa mendukung mu. Pikirin tentang anakmu ya..."
Amara masih diam, dia kembali menunduk dan mendongak menatap jendela.
Alex tersenyum, ia mencium pelipis putrinya. "Papa tinggal, kamu istirahat ya. Jangan terlalu di pikirin nanti bayinya stres."
KAMU SEDANG MEMBACA
ReyMara || Kita Beda✓ [REVISI]
Romance(BUDIDAYAKAN FOLLOW DULU BARU BACA!) "Antara Memilih Sang Pencipta atau Ciptaan-Nya" Rank #1- Irene Rank #1- Penuhtekateki Rank #1- Redvalved Rank #3- Suho Rank #4- Surene Rank #3- Harapan Rank #3- Keajaiban Rank #7- Hampa UDAH END DAN MASIH TAHAP R...