Bercerita

313 44 69
                                    

Hallo gays balik lagi sama guee wkwkwk
Maaf banget gue ngaret lama banget, tapi gue juga gak tau minta maaf ke siapa ini, karena gue gak tau siapa yang nungguin cerita ini wkwkwk

Yuukkkk cek lapak gue sebelah berjudul 'SENJA' jangan lupa baca ya!

Jangan lupa vote, komen, and share.
Bintang di pojokan⭐

Tandai typo!
Part ini rada panjang.

Selamat membaca❤️

🌼🌼🌼

Jangan di pendam, jika tak tahan luapkan. Manusia tak selamanya akan kuat untuk memendam sebuah masalah yang besar. Mungkin bercerita bisa mengurangi beban yang ada di pikiran.

***

Matahari pagi sudah muncul dan menyorot semesta, cahayanya sudah bersinar dimana-mana, menyinari tumbuhan, dan sebagainya. Kini sinar matahari pagi sedang mengusik tidur seorang wanita cantik yang sedang hamil.

Mata indah itu terbuka perlahan. Rey yang sedang duduk di samping kasur Amara pun menatap wanita itu dengan intens, tak teralihkan sama sekali. Menurutnya Amara begitu lucu saat ini, tapi pria datar itu tak menunjukan tawa sama sekali. Hanya datar dan selalu datar.

Amara membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah Rey yang ada di sampingnya membuatnya melotot kaget.

"Rey!"

Rey hanya menatap Amara biasa, tak memperdulikan juga teriakan Amara.

"Ngapain disini?!"

"Gak papa," jawab Rey. Kemudian pria itu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. "Buruan bangun, sarapan."

Amara menatap Rey dengan alis menyatu, ia bingung. "Gak jelas!"

Tangan wanita itu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu turun berjalan ke kamar mandi guna akan mencuci wajah.

"Tumben gue gak mual."

Memang benar biasanya Amara akan mual di pagi hari, tapi ini tumben sekali ia tak mual. Namun, wanita itu bersyukur, karena ia benci muntah.

Wanita hamil itu berdiri di depan wastafel menyorot dirinya lewat cermin di depan sana. Menekan pipinya yang kian membesar tiap harinya. "Makin gemuk deh gue."

Amara menatap pantulan dirinya lebih intens, ia sedang mengamati dirinya sendiri. Sepertinya ada yang aneh, tapi apa?

Tangannya bergerak dari pipi turun ke baju yang di kenakan. Mata bulat itu membola sempurna. Kenapa bajunya ganti? Siapa yang menggantikan ia baju? Yang ia ingat semalam bajunya basah karena hujan, dan ini bukan baju yang ia kenakan semalam.

Lalu siapa yang mengganti bajunya?

Otaknya berfikir keras, sampai ia berfikir yang tidak-tidak. Apakah Rey yang menggantikannya? Jika ia pasti pria itu macam-macam padanya, reflek Amara menyilangkan tangannya di depan dada.

Dadanya mulai naik-turun, emosinya mulai naik, wajahnya merah padam, amarahnya akan meledak saat ini juga.

"REY MESUUMMM!!!!!"

Sedangkan di dapur Rey berlonjak kaget mendengar teriakan Amara yang menggelegar, ia yang sedang mengaduk susu hamil untuk Amara pun jadi hampir tumpah.

Rey menoleh pada kamar Amara, lalu berlari menuju wanita hamil itu.

"Iya kenapa? Ada apa? Ada yang sakit? Bayinya nakal? Atau buat ulah? Apa lo kepeleset?" tanya Rey beruntun, sungguh pria ini begitu panik. Tangannya sibuk memeriksa keadaan Amara, memutar tubuh itu ke kanan dan ke kiri. "Gak ada yang lecet," gumannya pelan.

ReyMara || Kita Beda✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang