Simpati

435 80 22
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak ya!
Vote, komen, dan bagikan oke❤️

Tandai Typo ya!

🌼🌼🌼

Berdamai dengan keadaan itu lebih menyenangkan. Di bandingkan menyimpan dendam yang membawa petaka.

***

Hari ini hari senin, di mana pekerjaan sangatlah padat. Seperti biasa juga, Rey selaku CEO perusahaan, ia di sibukan oleh tumpukan kertas yang ada di mejanya. Kepalanya terasa pening seketika. Ia jadi malas mengerjakannya. Sudah pernah bilang kan jika dia benci hari senin.

Berulang kali Rey menghembuskan nafas, dirinya ingin rebahan saja hari ini. Badannya terasa begitu lelah sekali, entahlah akhir-akhir ini dirinya banyak pikiran. Jam tidur pun juga berkurang. Apalagi jika teringat tentang malam itu, dirinya seperti orang gila saja jika memikirkan nya.

Rey tak tau, ada apa dalam diri Amara. Sehingga Rey menjadi begitu dalam merasa bersalah. Amara Cheryl Alexzandra, wanita itu benar-benar sukses menarik rasa simpatinya. Iya merasa sangat bersalah.

Saat ini rasa simpati, tidak tau dengan nanti.

"Permisi Pak!"

Rey terkejut mendengar suara orang yang sudah duduk santai dihadapannya. Dengan alis yang di naikan. Dia adalah Akash Pradipta, tak perlu dijelaskan bukan Akash itu siapa. Akash adalah sekretaris dan juga sahabatnya. Kedua orang ini memiliki sifat yang sama-sama cuek dan datar, tapi Akash tidak separah Rey, jika Rey hanya bicara seperlunya dengan orang diluar keluarga. Maka berbeda dengan Akash, walaupun datar dia lumayan banyak bicara.

"Kenapa lo disini?" Rey bingung kenapa Akash keruangan nya sedangkan dia tak merasa memanggil Akash.

"Main aja." Jawab Akash dengan santai, dengan mata yang menatap Rey dalam. "Lo ada masalah?" Lanjutnya bertanya. Ia tau, dan ia adalah orang yang peka. Termasuk dengan sifat sahabatnya ini. Dirinya sudah menganggap Rey saudara, jadi dirinya sudah hafal betul dengan sifat orang satu ini.

"Gak ada." Rey berusaha menjawab dengan tenang, jujur ia sedikit terkejut dengan pertanyaan Akash. Tapi ia buru-buru menetralkan wajahnya.

"Lo ngelamun tadi." Perkataan Akash membuatnya bungkam seketika, sekuat apapun dirinya menutupi. Pasti Akash akan mengetahuinya. Rey menghembuskan nafas pelan, lalu menegakan badannya dan menatap Akash sebentar. Kemudian menundukan kepalanya.

"Gue ngambil masa depan cewek lagi." Katanya pelan, memejamkan mata sejenak dan membukanya lagi.

Sedangkan Akash, dia mengerutkan kan kening bertanda bingung. "Terus apa masalahnya? Bukan kah sudah biasaa?"

Pertanyaan Akash membuat Rey mendengus kesal, seakan hal tersebut adalah biasa. Segitu brengsek kah dia? "Gue serius!"

"Ya terus apa salahnya sama pertanyaan gue? Gue juga serius."

"Ck. Iya juga sih. Tapi ini masalahnya beda Akash." Keluhnya dengan kesal.

"Ya beda gimana?"

"Masalahnya cewek itu pegawai kantor ini!" Rey menjawab dengan nada sebal. Bagaimana tidak sebal, Akash saja menanggapi nya begitu santai. Sedangkan dirinya, sudah pusing sendiri.

Akash yang mendengar pun terkejut, bagaimana bisa Rey melakukan itu. Sebejat-bejatnya Rey, ia tau Rey tak pernah bermain dengan karyawan kantornya.

"Kok bisa?!"

"Ya bisa lah." Nada bicara Rey pun begitu sewot. "Gue jadi kepikiran."

Akash menghembuskan nafas kesal. Tak habis pikir dengan kelakuan Rey. "Terus cewek itu gimana. Lo tetep main aman kan?"

ReyMara || Kita Beda✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang