Tetangga sebelah

271 33 39
                                    

Selamat pagi, dan selamat menjalankan ibadah puasa.

Semangat yang puasa, masih pagi ini wkwkwk

Selamat membaca❤️

***

Cuaca yang cerah untuk hari yang indah.

Setelah pagi tadi di suguhkan kenyataan yang sulit untuk di cerna, kini keadaan Amara sudah membaik dan boleh di bawa pulang.

Amara dan yang lainnya kini sedang duduk manis di mobil, dimana Rey yang sedang menyetir, Akash duduk di samping Rey, dirinya dan Ayahnya duduk di belakang.

Amara masih ingin bermanja.

"Pa...."

"Hm?" Alex sedang mengelus puncak kepala anaknya, dan Amara sedang bersandar di dada bidang papa-nya.

Amara tidak marah dengan papa nya, hanya sedikit kecewa tapi itu sudah teratasi. Semua yang terjadi juga demi dirinya.

"Boleh Amara tanya sesuatu?"

Alex menunduk. "Boleh, apapun yang masih mengusik tanyakan saja."

"Kenapa Om Rian segitunya benci, Papa? Padahal kan keluarga, atau emang dari kecil emang gitu?"

Alex terkekeh. "Iya, emang gitu. Dari dulu gak pernah akur, kalo masih kecil dulu katanya Papa punya segalanya dan selalu di sayang kakek nenek, padahal semua sama. Hanya saja Rian ingin selalu menjadi nomor satu, selalu ingin menjadi yang utama."

Amara mengangguk. "Penyakit hati memang sulit untuk di obati."

Alex juga mengangguk membenarkan. Akash dan Rey hanya diam, keduanya sama-sama cuek dan dingin, tapi tidak ketika bersama keluarga. Tapi sepertinya kali ini kedua orang ini hanya ingin diam.

"Ada lagi?"

"Ada!" jawab Amara mantap. "Kenapa Om Rian bisa meninggal? Tadi mau nanya kini keburu dokternya masuk."

"Rian melakukan korupsi besar-besaran dan di berikan untuk para pacarnya, dan itu dia kerja di perusahaan orang, soalnya perusahaan yang dia rebut itu gak bisa naik lagi. Dan dia ketahuan, dia kabur dan jadilah kejar-kejaran dengan polisi, pas ketangkep dia gak mau nyerahin diri dan tetap berusaha melepaskan diri, ia lari sampai gak sadar depannya jurang. Ya begitulah...."

Amara jadi terdiam, pikirannya langsung tertuju pada Flora. Ternyata tak hanya dirinya yang memiliki hidup suram, tetapi Flora juga.

"Kapan meninggalnya?"

"Setahun yang lalu."

"Kasian Flora ya, Pa...." lirihnya. Ia bisa merasakan apa yang di rasakan oleh Flora.

Alex mengangguk. "Makanya Papa berharap dia bisa berubah."

***

"Amara di sini dulu ya sama Rey, Papa harus ke luar negeri ngurusin perusahaan yang menurun di sana, Akash ada disini tapi dia tinggal sama Tante Sinta, Papa belom bisa bawa kamu ke rumah karena masih ada urusan pekerjaan. Pulang dari sana Papa beresin semua dan kita bisa ngumpul. Ngertikan, Nak?"

Amara masih mencabikan bibirnya, ingin menangis kencang rasanya, baru juga bertemu sudah mau di tinggal saja. "Gak bisa di undur, Pa?"

Alex tersenyum dan menggeleng. "Papa cuma sebentar, sayang. Cuma satu minggu." Mereka masih berdiri di depan apartemen Rey, di perjalanan tadi Alex mendapat panggilan mendadak, dan mengharukan dia pergi ke luar negeri besok.

ReyMara || Kita Beda✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang