12. Bingung

1K 215 64
                                    

"Mau mampir dulu gak?" Biru yang turun dari motor Braga.

Braga membuka helm yang ia pakai, "Dirumah ada siapa?" Tanya Braga.

"Gak ada siapa-siapa sih"

Pandangan Braga mengadah ke langit awan yang sudah berwarna kelabu yang menandakan akan turun hujan. "Mau hujan, lo takut gak?" Tanya Braga lagi, yang di balas oleh Biru dengan gelengan. bohong Biru, sebenarnya ia sangat takut terlebih lagi Naren tak ada dirumahnya.

Braga turun dari motornya, "Gue temenin, gue tau lo takut" Ucapnya.

Benar saja selang beberapa menit kedua remeja itu memasuki rumah, hujan pun turun.

Biru keluar dari kamarnya dengan baju kaos putih yang kebesaran dan celana denim pendek diatas lutut. "Mau minum apa?"Tawar Biru yang berjalan ke arah dapur

Braga yang sedari tadi tengah menatap layar ponselnya pun, menoleh ke arah Biru "Adanya apa?" Tanyanya.

"Air putih?" Canda Biru yang di iringi tawa kecilnya. membuat Braga terkekeh kecil.

"Awas panas" Ucap Biru yang meletakan segelas susu hangat di meja.

Pandang Braga menyisir ke setiap sudut ruang yang begitu megah terdapat banyak lukisan, bingkai foto dan tak lupa piagam dan mendeli yang tertempel di dinding berwarna putih gading itu, "Pantesan, orang tua lo ambisus" Monolog Braga yang terdengar oleh Biru.

Biru duduk di sofa yang sama dengan Braga namun sedikit berjarak, "Yah gitu lah" Sahut Biru yang kemudian menghela nafas panjang.

"Sini deketan" Titah Braga yang menepuk sofa.

"Hah?"

"Entar kalo ada pet-"

JDERRR

"BRAGAA!!" Teriak Biru yang langsung mendekat lalu memeluk Braga erat. membuat Braga tertawa lalu membalas pelukan Biru. mencoba menenangkan Biru.

"Kan udah gue bilang" Braga yang mengelus surai panjang Biru.

Biru melepaskan pelukannya, wajahnya terlihat takut sekaligus malu.

Braga menarik pundak Biru agar masuk ke dalam pelukannya lagi, "Udah gak usah so malu-malu, kalo takut peluk aja" Katanya.

Biru mengikuti titah Braga, ia menenggelamkan wajahnya dalam pundak Braga. Hangat, nyaman.

Suara petir yang menggelegar kembali, membuat Biru terlonjat kaget di pelukan Braga. Braga melirik Biru, "Coba deh, itung domba"

Biru yang akan melepaskan pelukannya, namun Braga mengertakan pelukannya, "Jangan di lepas, ngomongnya kayak gini aja" Ucap Braga.

"Ngitung domba kan buat insomnia?"

Braga tertawa kecil, "Coba dulu, siapa tau ngaruh"

Dengan situasi ini, entah dari mana datangnya rasa nyaman meski diluar sedang hujan. Iya, kedua remeja ini saling merasakan itu.

•••••••••

"Braga kemana?" Tanya Janu memasuki rumah Braga membawa gitar yang sengaja ia bawa dari rumahnya.

Rumah Braga akhir-akhir ini menjadi bescamp mereka.

Naren yang sedang menonton tv pun menoleh,"Gak tau, tadi bilangnya keluar bentaran doang" Jawab Naren.

Tadi sore Braga izin kepada Naren keluar sebentar, namun sampai saat ini belum juga kembali.

Suara motor dari luar rumah Braga membuat Naren dan Janu menoleh ke arah luar mendapati Braga yang sedang berjalan memasuki rumahnya.

PANGLIMA || Haechan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang