Biru kini sedang berada di perpustakaan sekolah, ia memang selalu mengikuti kelas tambahan sepulang sekolah saat tidak ada jadwal bimbelnya. Terlebih lagi, beberapa hari lagi akan ada ujian."Ru gue gak paham ini kenapa bisa hasilnya gi—" Ucapan Cila terpotong saat menengok ke arah Biru. "LO MIMISAN!" Pekik Cila yang panik melihat darah segar mengalir di hidung Biru.
Biru yang sedang menulis pun dengan cepat-cepat ia mengelap hidungnya oleh sapu tangannya.
"Lo jangan terlalu paksain diri lo sendiri" Cila yang mengambil tissu untuk Biru.
Cila, perempuan yang berpenampilan tomboy, cantik, pintar. Cila berteman sudah cukup lama, dari saat masuk SMA.
"Aku cuma kecapean doang Cil" Sahut Biru yang mengambil alih tissu dari tangan Cila.
Sudah beberapa hari ini Biru selalu tidur sampai larut malam, semua waktunya ia habiskan untuk belajar dan belajar.
Cila mengusap bahu Biru, "Jangan terlalu keras sama diri lo sendiri, oke?" Ucap Cila yang tersenyum ke arah Biru. Biru membalas dengan anggukan lalu ia tertawa kecil melihat wajah cemas temannya itu
Biru selalu bersyukur ia mempunyai teman-teman yang selalu ada untuknya ketika yang sedang lelah dengan semua tuntuttan dari kedua orang tuanya.
"Biru dicariin tuh sama Braga" Seru Saka salah satu temannya.
Biru mengerutkan keningnya, kemudian ia melirik Cila. terlihat Cila yang sudah tersenyum jahil kepada Biru. "Ciee, udah sana. kalo jadian kabarin"Ucap Cila pelan. membuat Biru menatapnya jengah lalu ia berdiri dari kursinya untuk menghampiri Braga.
"Braga?" Tegur Biru. melihat Braga yang sedang menyandarkan punggungnya ke pintu perpusatakaan.
Sang empu pun menengok ke arah Biru lalu berdiri tegap.
"Nyari siapa?"Tanya Biru yang melihat penampilan Braga memakai seragam, agak aneh menurutnya pasalnya Braga masih di skors.
"Nyari lo" Jawab Braga yang memajukan wajahnya sontak membuat Biru memundurkan badannya.
"Bentar" Ucap Braga yang menahan lengan Biru. "Lo mimisan" Sambungnya yang masih memandang wajah Biru. Refleks Biru mengelapnya dengan tangannya.
"Ohh ini, cuma kecapean doang"Jawab Biru. mendapatkan deheman paham dari Braga.
"Ayok balik, kalo cape gak usah belajar" Tangan Braga menarik lengan Biru.
"Aku belum beres, Ga"
"Yaudah gue tungguin"
"Hah?"
"Naren gak bisa jemput lo"
Biru memutuskan untuk pisah dengan teman-temannya. Sebab jika ia bergabung dengan yang lain, Braga pasti berisik.
"Lo gak ngantuk belajar kayak gini?" Tanya Braga sembari menopang dagunya dengan tangan kanannya. Sedari tadi Braga terus memperhatikan Biru menyelesaikan latihan soalnya.
Pertanyaan Braga merebut fokus Biru,"Enggak, coba deh kamu isi soal yang ke dua itu"
Braga yang sedari tadi hanya memperhatikan Biru pun mengeser kursinya agar lebih dekat dengan Biru.
Braga baru saja melihat soal yang Biru kasih, ia langsung menggaruk-garuk kepala belakangnya, "Kepala gue rasanya mau pecah"
kemudian gelak tawa dari Biru pun terdengar, "Sini aku ajarin"
Alih-alih menjawab ucapan Biru, Kedua netra Braga menatap wajah Biru. entah sejak kapan Braga sedekat ini dengan perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGLIMA || Haechan✔️
Teen Fiction❝ Takut mah ke Allah dan abah, selain itu mah sikat aja ❞