"Braga belum masuk juga?" Tanya Marka saat mendudukan dirinya di kantin bersama ke lima kawan-kawannya itu. Braga sudah tiga hari tak masuk sekolah, tidak ikut berkumpul dengan mereka.
"Tuh anak masih butuh waktu sendirian, apalagi Braga yang paling deket sama Abah." Jawab Reyhan duduk di samping Marka.
Mereka paham betul, betapa kehilangannya Braga, Braga tak pernah memperlihatakan kesedihannya di depan mereka. Saat dirumah Abah, Braga tak menunjukan sisi rapuhnya. Ia merangkul teman-temannya. Padahal Braga lah yang paling kehilangan.
"Masalahnya, anak osis pada nanyain Braga buat acara promnight euy." Karena Braga ketua angkatan tahun ini. Jelas terlibat.
"Eh iya promnight kapan bro?" Tanya Janu pada marka. Marka tau kegiatan sekolah karna kekasihnya osis.
"Satu minggu lagi, paginya kelulusan, malamnya langsung promnight." Jawabnya.
Leo dan Aji hanya menyimak sambil memakan batagornya. Menurut mereka berdua, ini topik kelas dua belas.
"Eh terus harus bawa cewek dong?!" Timpal Reyhan. yang di angguka oleh mereka.
"Gak usah aja, nanti pas dansa milih cewe random aja." dengan Santainya Janu menjawab di hadiahi geplakan oleh Naren.
"Goblok!" umpat Naren yang di tujukan untuk Janu. Lalu tawa tercipta begitu saja di kantin membuat beberapa murid menoleh ke arah meja mereka.
"Marka, anter gue ke pak Soleh." Ucap Braga yang tiba-tiba datang dengan santai mendudukan dirinya di sebelah Reyhan.
Dengan begitu semua mata di sana tertuju pada Braga. Bahkan Aji dan Leo rela memutus fokus dari batagornya hanya untuk menatap Braga.
"Sehat, Ga?"
"Sehat." Jawabnya dengan tatapan bingung melihat kawan-kawannya itu. "Ai maraneh kunaon Bro? Iya tau gue ganteng!"
"Pekok!" Umpat Naren.
"Lo udah gapapa?" Tanya Marka. Braga menautkan ke dua halisnya. Ia bingung repson kawan-kawannya itu.
Selang beberapa detik ia paham, mereka mencemaskan dirinya. "Gue gapapa, lo semua kenapa pada aneh sih? gue gak masuk dua hari gara-gara perusahaan bokap gue ada problem." Jelas Braga diangguki paham oleh ke enam kawan-kawannya itu.
"Eh berarti semua ikutan Promnight kan?" Tanya janu menatap mereka.
"Gue sama Aji gak ikut, bang."
"Ahh iya ya, kalo gitu gimana kita ngadain acara sebelum promnight?" Saran Marka yang di angguki oleh Braga.
Karena Marka akan berkuliah di Canada. Setidaknya sebelum ia pergi, membuat beberapa kenangan bersama kawan-kawannya itu. walaupun hampir tiga tahun bersama mereka, belum cukup baginya.
"Gass aja gue mah."
"Ck, marka gue kesini minta anter ke pak soleh, anjing malah di ajak ngobrol!" sedari tadi mungkin oleh pak soleh menunggunya diruangnya. Jika telat, bisa-bisa di gantung di pohon beringin.
•••••••
Kini Braga di tempat tanah kusir. Sore hari ini Lukas mengajak Braga untuk mengunjungi makam Alaska. Setelah tiga hari yang lalu mimpi itu selalu menghantui pikiran Braga.
Ia pun sedikit membuka hatinya agar bisa berdamai dengan semuanya. Hidup hanya sekali, jika bukan sekarang, kapan lagi ia harus berdamai dengan semuanya?
Braga menyalakan benda nakotin yang baru saja ia keluarkan dari saku sekolahnya, dinyalakannya lalu ia hisap pelan mengebulkan asap ke udara. Seakan masalah yang di kepalanya kian membaik.
"Hai" Sapa Lukas saat membuka helmnya, senyum yang memamerkan deretan giginya. Agak canggung bagi Lukas, ini pertama kalinya lagi, ia bertemu dengan Braga tanpa pertempuran berencana.
Braga menoleh mengedik ngeri, "Geli, jancok!" Umpatnya di iringi kekehan.
"Gue nyapa baik-baik. Ayok dah langsung aja." Ajak Lukas yang kemudian mengambil bunga mawar dan satu botol air mawar yang sengaja ia beli tadi.
Braga pun tak ingin kalah, dari pagi sudah ia siapkan bunga matahari ke sukaan Alaska.
Mereka berdua berlutut di samping makam Alaska. Di tatatpnya makam itu yang penuh dengan beberapa ikat bunga. Makam Alaska selalu ramai di datangi oleh teman-teman Alaska.
Alaska gadis yang cantik, tutur katanya lembut, membuat semua orang tertarik dan menyayanginya.
"Bohong kalo gue bilang udah ikhlas, Ga." Kata pertama yang Lukas ucapkan setelah beberapa menit dalam hening mereka berdua ber do'a.
Braga melirik Lukas, tanganya yang bergerak mencabut rumput panjang yang menganggu ke indahan makam Alaska.
"Iya tau banget gue, tapi dengan lo gitu terus, emang bisa balikin Alaska?"
Lukas menghela nafas panjangnya. "Tapi tetap aja sakit, Ga."
"Biasanya, kalo ada apa-apa kita selalu cerita ke Alaska."
Setelah itu hening, Braga paham betul apa yang Lukas rasakan. "Itu memang udah jadi bagian proses hidup, Kas. Sampai nantinya lo terbiasa."
Braga tau sesusah apa ia meraba makna ikhlas. Braga tak bohong saat ini memang masih menyayangi Alaska, tapi kini Alaska mempunyai tempat tersendiri dihatinya.
Baginya mengikhlaskan sama hal berproses, kita tidak bisa saat itu juga bisa mengikhlaskan, seperti sekali duduk membaca koran di pagi hari di temani kopi hitam langsung selesai. semuanya butuh waktu, dan itu dengan cara kerjanya masing-masing. Karna kepergian pasti akan ada saatnya, yang hilang akan diganti.
"Ini hari terakhir gue." Ujar Lukas pada Braga yang akan pamitan.
"Maksud lo?"
"Besok gue berangkat ke Newyork, sekolah musik disana." Lukas yang merangkul Braga. "Sorry kalo gue selalu bikin onar di sekolah lo."
"Dan, jaga baik-baik cewek baru lo itu. jangan sampe kejadian Alaska jadi boomerang di kehidupan lo."
Braga tak menjawabnya, sengaja ia memberi waktu untuk Lukas mengucapkan semuanya.
"Gue belajar tentang kehidupan dari lo dan Abah. thanks udah jadi bagian di hidup gue yang absrud ini." Ujar Lukas yang menatap langit sore ini.
Braga mengalungkan lengannya di pundak Lukas, "Sukses deh disana. Baek-baek jangan ngajak bule tawuran," Gelak tawa Lukas sore hari itu membuat Braga bisa melupakan apa yang terjadi diantaranya dan Lukas. Ia memaafkan semua, dan mencoba untuk berdamai.
"Dipikir-pikir, emosinya dapet, hikmahnya juga dapet, Ya Ga?"
Braga tersenyum miring, "Memang banyak variasi hidup ini. dasar anak remaja."
Haloo haloooo! hszksjsj liat kalian se wurr wurrr seneng dengan cerita ini aku terharuu terimakasih yaa<3. anw jaga kesehatan kalian semuaa<3333 hehehehehe siderss hehehe kali kali untuk votmen aku pengem lihatt kaliannn T_____T
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGLIMA || Haechan✔️
Novela Juvenil❝ Takut mah ke Allah dan abah, selain itu mah sikat aja ❞