Pagi ini Biru yang sedang berkutik dengan buku yang cukup tebal, mengisi beberapa soal. Pintu kamar terbuka, tetapi pandangan Biru masih fokus pada buku yang berisi soal-soal itu, enggan berniat untuk menoleh pada siapa yang masuk ke kamarnya.
"Kebiasaan" Ucap Naren yang menghampiri Biru lalu merampas buku-buku biru di bereskannya ke tempat asalnya oleh Naren.
Naren sudah biasa asal masuk kamar Biru, sangking deketnya mereka berdua kadang Naren suka menginap dirumah Biru hanya untuk menemani sahabatnya itu.
"Naren besok ulangan biologi" Rengek Biru yang menghampiri Naren yang akan mengambil paksa buku paketnya.
"Makan dulu, bunda bikin rendang gue bawain nih" Ucap Naren sembari mengangkat rantang berisi rendang buatan bundanya itu.
"Tau aja lagi kangen rendang bunda." Biru yang langsung mengambil rantang tersebut.
Rendang buatan bunda Naren adalah makanan favorit Biru.
"Jaket Braga? kok bisa ada di lo? " Tanya Naren yang membuka isi paperbag berwarna pink muda di atas meja belajar Biru. Biru hanya memamerkan cengerinnya.
Biru belum menceritakan apa pun pada Naren tentang Braga yang menolongnya.
Naren menatap Biru dengan menyelidik. "Ceritain semuanya."
"Hehe,yaudah sini. aku ceritain" Biru menepuk kasurnya agar Naren untuk duduk di sampingnya.
Biru menceritakan semuanya pada Naren. Tak ada yang terlewat sedikit pun. Dari mulai bertemu di minimarket hingga kejadian saat di warung sebrang itu.
Naren tertawa renyah mendengar cerita Biru.
"Braga tuh kalau udah deket orangnya seru" Ujar Naren.
"Berarti harus deket dulu?"
"Jangan deket sama dia"
"Kenapa?"
"Jangan deket-deket sama anak tongkrongan gue, buaya semua"
"Cih, buaya kok ngomong buaya."
"Gue enggak ya? Gue type cowok setia buktinya masih sama lo terus."
Naren memang selalu melarang Biru dekat laki-laki, Sahabat yang posesif menurut Biru.
"Posesif banget, kalo gitu gimana kamu punya pacar"
"Ngapain punya pacar, orang gue udah punya lo"
Biru mendengus kesal. "Na, aku udah gede. kapan temen kamu ini punya pacar kalo gini terus"
"Terakhir gue diemin lo, lo malah jadi babu ngerjain tugas cowok lo"
Naren masih ingat kejadian itu, Biru yang baru saja pacaran tiga hari, Naren mengahajar lelaki itu hingga berusan dengan guru BK. kebanyakan lelaki yang dekat dengan Biru hanya untuk memanfaatkannya.
Naren menghela nafas pelan. kedua tangannya memegang kedua bahu perempuan di hadapannya.
"Gue gak mau cewek cengeng ini, nangis karna cowok brengsek lagi" jemarinya mengusak lembut surai hitam Biru. kemudian biru menghambur kepelukan Naren.
"Tetep jadi Naren yang selalu ada di garis terdepan yah na?"
Nareng membalas dengan anggukan.
"Gue bakal selalu jagain lo, sampe ada cowok yang tulus sayang sama lo" Ucap Naren di sela dekapannya."Karna gue sayang sama lo Biru" Batinnya.
"Jaket Braga kapan mau dibalikin? apa mau sama gue?" Ucap Naren yang melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGLIMA || Haechan✔️
Novela Juvenil❝ Takut mah ke Allah dan abah, selain itu mah sikat aja ❞