16. Apresiasi

969 193 74
                                    

Entahlah. Naren tidak benar-benar paham dengan perasaannya sendiri yang entah condong kemana.

Kadang kala menurutnya menyenangkan. Benar-benar menyenangkan, Naren tidak berbohong ia benar-benar menyayangi Biru bahkan lebih dari sekedar teman.

Like loving she best friend. Nothing more, and it shouldn't be more.

Iya, Tidak lebih.

Namun, Fakta yang tak bisa Naren kesampingkan. Hubungannya hanya sekedar teman.

Naren sedang berada di sebuah caffe di daerahan dekat rumahnya, duduk dibangku bagian outdoor dengan rokok terselip dijemarinya. "Gue boleh egois kan?" monolognya dengan tatapan ke arah pejalan kaki yang lainnya.

Pletak!

"Anjing nyeri!" Umpat Naren yang menengok ke arah belakang yang melempar kunci motor, itu Braga.

Tadi Braga tak sengaja saat berjalan pulang melihat motor Naren terpakir di depan caffe, membuat Braga melipir untuk mampir ke caffe itu.

"Ngelamunin apaan dah? kalo nongkrong ajak anak yang lain lah kasian gue liat lo sendirian" Ujar Braga yang pandangannya ikut melihat pejalan kaki.

"Hemm"

"Gue nanya, gak lo jawab?"

"Nanya apaan?"

"Tadi gue nanya"

"Nanya naon?"

"jadi tolol gini? abis mabok lo?" Tuduh Braga yang mengambil korek di atas meja.

Naren menoyor kepala Braga, yang di perlakukan hanya tertawa renyah. "Dih, apaan anjing banget maneh?"

Naren menatap Braga yang sedang khusyu menyalakan puntung rokok. "Sumpah Na, gue takut liat lo liatin gue kayak gitu" Braga yang mengedik ngeri melihat Naren menatapnya. tetapi sesudahnya Naren kembali menatap jalanan objek yang menurut Braga biasa saja.

"Ga, lo suka sama Biru pan?"

Braga berdehem pelan, "Lo juga suka kan?"

"Hah? ai maneh lier?"

"Gak usah ngelak lo, gue udah tau dari awal" Braga memang dari awal dekat dengan Biru, ia sudah tau Naren menyukai Biru.

Naren terkekeh, Jika Braga tau tentang ia menyukai Biru, lantas harus kah bersaing dengan Braga?

"Bagus dah, jadi gue beraniin diri buat saingan sama lo secara sehat"Ucapan Naren membuat Braga tertawa renyah.

"Kita gak lagi kompetisi, kalo lo sayang sama dia, ya berjuang."

Dan di malam hari ini diakhiri dengan umpatan dan candaan Naren serta dihadiahi geplakan dari Braga.

••••••••

"Lo udah liat nilai hasil ujian belum?" Tanya Cila yang di duduk di samping Biru.

"Belum, emang sekarang hasilnya keluar?" Biru tidak tau sekarang nilai ujian keluar. Bahkan dari sebelum-belumnya tidak ada pengumumam kapan hasil ujian keluar.

"Tadi gue ke toilet, liat anak-anak pada nimbrung di mading"

"Kok gak ada pengumuman sih?" Biru yang membereskan bindernya ke dalam tasnya yang kemudian berdiri dari tempat duduknya. "Yaudah ayo kita liat mading juga" Ajak Biru yang menerik lengan Cila.

Benar saja apa yang Cila bilang, Manding yang dekat dengan ruang Osis cukup ramai oleh murid kelas 12. Biru sedikit menjijit tetapi sama saja yang ia lihat hanya kepala-kepala murid.

PANGLIMA || Haechan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang