13. Braga, boleh aku suka kamu?

1.1K 220 61
                                    

Sore hari ini, Setelah sepulang sekolah. Braga dan teman-temannya belajar bersama dengan Biru.  kecuali Aji dan Leo karena mereka masih duduk di bangku kelas sebelas. Naren sebenarnya yang memaksa teman-temannya itu, Braga cuma ikut aja. Ada alasan tersendiri mereka belajar bersama besok hari pertama ujian.

Dan mereka memutuskan untuk belajar di Rumah Abah, sebanarnya itu usulan dari Braga katanya biar kalo laper bisa langsung ambil di warung Abah. Duduk beralas karpet mengeliling meja ruang tengah Abah.

"Ah anjing, Gue tim pasrah aja dah mau pake sistem tembak soal aja" Umpat Marka yang tak bisa menyelesaikan latihan soalnya.

"Belum juga tempur sama soal benaran udah nyerah" Sahut Reyhan yang sedang membaca kisi-kisi yang tadi diberikan oleh guru.

Perihal Braga dan Reyhan kemarin malam,  Reyhan masih sedikit sinis kepada Braga. Kalau Braga, ia sebenarnya sudah biasa saja kepada Reyhan.

"Tuh dengerin dari kakanda Reyhan" Timpal Braga. membuat Reyhan menatap sinis kepada Braga yang di perlakukan hanya tertekekeh, "Yaelah masih marah lo sama gue?" Tanya Braga.

Biru yang sibuk dengan bindernya pun menoleh ke arah Braga, " Kalian marahan?" Biru yang menatap Braga dan reyhan bergantian.

"Biasalah cowok" Jawab Naren.

Braga yang dari tadi hanya terfokus dengan buku latihan soal sesekali ia meletakan buku tersebut diatas kepalanya.

"Lo ngapain sih, Ga?" Naren yang memperhatikan Braga

"Biar masuk semua ke otak gue" Jawab Braga yang membuat mereka tertawa renyah.

"Mana ada sejarahnya begitu anjir"

"Makanya kalo sekolah tuh di pake buat belajar bukan buat berantem terus" Jawab Biru yang di samping Braga, tangan Biru mencubit pelan penggung tangan Braga.

"Tuh denger Braga" Naren yang sembari menyomot wafer yang di sediakan oleh Abah tadi.

"Lo juga ya, Na."

"Suttt, Gue lagi fokus nih" Janu yang sedari tadi sedang khidmat dengan latihan soal.

••••••••••

"Cil,  aku lupa gak pake sabuk" Seru Biru yang panik di depan ruang leb komputer. hari ini ia bagian sesi pertama di hari pertama ujian.

"Apa aku pinjem Naren?" Biru yang melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Lima menit lagi mulai, Naren ke sini kayak gak bakal keburu deh" Jawab Cila. Biru dan Naren beda sesi.

Biru mengigit jari telunjuknya, ia cemas pasalnya jika atribut tidak lengkap tidak bisa mengikuti ujian.

"Nih" Tangan lelaki terulur memberikan sabuk. Pandangan Biru beralih ke arah lelaki itu, Braga. "Ck, malah bengong"

"Terus kamu?"

"Gampang bisa negosiasi gue mah, udah pake aja" Salah satu tangan Braga mengambil lengan Biru kemudian diberikannya sabuk itu.

"Makasih, nanti beres ujian aku balikin!" Ucapnya lalu memasuki ruang lebkom karena tangannya di tarik oleh Cila.

Ruang leb komputer cukup luas setiap meja terdepat satu komputer. Biru duduk di bangku ke dua sedangkan cila duduk di bangku ke tiga belakang setelah Biru.

Biru menghela nafas panjang sebelum mengerjakan ujian, "Okey, buat papah mamah bangga kali ini. kamu pasti bisa, Biru." setelah itu ia langsung mengerjakan soal tersebut.

Ujian hari pertama sedikit tegang bagi beberapa murid kelas 12, terkecuali Biru, ia begitu santai dalam menyelesaikan soal ke soal lainnya.

Baginya ini sebuah kompetensi, setelah hampir dua tahun ia benar-benar giat belajar agar mendapatkan finish yang cukup memuaskan baginya dan kedua orang tuanya. ya, rangking pertama pararel sekaligus menjadi siswa yang mendapatkan nilai yang tertinggi. Biru harus mendapatkan itu.

Seulas senyum di wajah Biru ketika ia selesai mengerjakan ujian walaupun ia yang paling terakhir.

"Ru liat kelapang deh, Braga  di hukum!" Seru Cila saat Biru keluar dari lebkom.

"Kok bisa?"

"Kayaknya gara-gara sabuk deh" Jawab cila. Saat itu juga Biru berlarian kecil ke arah lapangan.

Benar saja, apa yang dibilang oleh Cila, Braga di hukum memungut sampah yang di lapangan.

"Ck, tadi aku bilang gak usah" Biru menghampiri Braga.

"Yaelah, cuma suruh mungut doang ini" Dengan santainya Braga yang masih mengambil sampah plastik yang ada di sekitarnya.

Braga melirik Biru yang ikut mengambil sampah, "Lo jangan bantuin gue, ada pak lampir noh mantau gue" Braga yang menujuk dengan pergerakan mulutnya.

Pak soleh yang sedang duduk di bawah pohon Beringin yang tak jauh dari area lapang menatap Braga sambil melipat kedua tangan didada.

"Tuh anjing liat dia melotot"

"Biarin, toh aku yang seharusnya di hukum bukan kamu. terus tadi katanya mau negosiasi kok malah jadi kena hukum juga?"

"Gapapa kali-kali anak muda kan harus berkreasi" Jawab Braga. Membuat biru geleng kepala sembari tertawa renyah.

"Lo aus gak?"

"Hah?"

"Cabut aja yuk" Ucap Braga yang mencuci tangan di wastafel pinggir lapangan.

"Terus hukuman kamu?"

"Udah biarin aja, udah bosen gue"

Dan disinilah kedua remaja itu memasuki mini market yang dekat dengan sekolahnya.

"Lo mau beli apa?" Tanya Braga setelah meminta rokok kepada mbak kasir dan meletekan satu botol sprit.

"Kinderjoy mau?"Tawar Braga. Namun Biru menggeleng pelan. "Kayak nawarin anak kecil aja" Sahut Biru yang tertawa kecil.

Braga yang medengarnya langsung terkekeh pelan kemudian langsung teralihkan saat mbak kasir menyebutkan total belanjaan nya.

"Lo gak tau aja si Reyhan hobi gerogotin kinderjoy" Ucap Braga mendorong pintu minimarket itu.

Biru mengerutkan halisnya selang beberapa detik ia tertawa kembali, "Hahaha lucu juga"

"Siapa? gue?"

"Masa panglima mau di sebut lucu?"

"Ya gapapa asal sama lo doang"

"Lo diem sini ya, jangan kemana-mana" Braga yang tiba-tiba menyebrang.

Biru menuruti perintah Braga. Pandangan Biru tak teralihkan pada Braga. Lelaki itu menghampiri seorang nenek yang kesulitan menyebrang jalan yang cukup ramai. Kemudian kembali lagi dengan se ulas senyuman kecil.

Biru punya banyak sekali pertanyaan di kepalanya, tentang mengapa ia harus
menyukai si panglima ini, atau kenapa ia yang kalah dalam menepis rasa ini. Iya, Biru menyukai semua tindakan Braga. Semuanya.

"Braga, boleh aku suka kamu?"

Tatapan mereka beradu. Braga yang menatapnya sedikit membungkuk netra kedua insan itu beradu sedikit lama, seulas senyuman tipis dari Braga membuat Biru memutuskan pandangannya.

"Tentu" kemudian Braga menautkan tangannya dengan maksud menuntun Biru berjalan, "Jangan dulu cape ya Ru? tunggu gue buka hati buat lo" Bisik Braga.



~Tbc

~Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





PANGLIMA || Haechan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang