19. Karna Abah dunianya Braga.

973 181 24
                                    

Braga berlari kesetanan menerobos siapapun yang menghalangi jalannya. Tanpa peduli orang-orang yang berada disini punya ke cemasan yang sama, punya ketakutan yang sama, tanpa perduli Biru di belakangnya yang tengah berlarian kecil mengikutinya.

"Abah gimana?!" suaranya serak, lidah lelaki itu kelu. Sebenarnya apa yang terjadi?

Aji dan Naren menoleh saat suara milik Braga mengisi lorong rumah sakit.

Terlihat jelas wajah Braga dipenuhi rasa kekhwatiran terhadap Abah. ia tidak ingin Abah kenapa-kenapa walau pun itu hanya sedikit luka goresan, bagi Braga cukup membuat cemas. Nafas yang masih memburu rambutnya yang kini sudah tak beraturan cukup membuatnya terlihat kalut.

Karna baginya, Abah adalah dunianya. jika dunianya telah tiada, Braga hilang arah lagi. Abah yang menggantikan peran kedua orang tuanya, Abah juga yang selalu memberi petuah hebat untuk Braga.

"Kata dokter Abah Hipertensi, abah belum sadar" Jawab Naren yang pandangannya kemudian beralih kepada Biru.

"Gue gak tau kejadian awalnya gimana, pas gue ke sana abah udah gak sadarkan diri" Timpal Aji.

Tadi Aji sempat ke rumah abah, pasalnya memang hari ini mereka tidak ada yang ke warung abah, karna kesibukan masing-masing.

Aji niatnya tadi ingin kerumah abah hanya untuk memakan soto lamongan khas Abah. tetapi saat ia memasuki rumah abah, abah sudah tergeletak di ruang tengah. saat itu juga Aji menghubungi Naren.

"Tapi bang, gue nemu ini" Aji mengambil sesuatu dari saku nya, "gelang ini, yang pake cuma lo kan bang? sama.." Ucapan Aji sedikit bergumam di akhir.

"Lukas"Jawab Braga sedikit serak.

Gelang yang dinamakan gelang persabahatan dengan lukas dan Alaska, itu dulu.

Braga sedikit bergeming pelan, apa semuanya ini perbuatan Lukas? Apa ia setega itu kepada Abah yang sudah menganggap Lukas bagian keluarganya

"Na, lo balik aja sekalian anter Biru." Ujar Braga yang melirik jam dilengannya, kemudian menatap Biru. "Sorry Ru, gue gak bisa anterin lo balik"

Biru mengangguk paham dengan senyum tipisnya. melihat dari netra lelaki itu pun Biru paham betul, Braga sedang dilanda kecemasan. "Gapapa, aku pulang ya? " Ucap Biru yang akan berpamitan.

Naren mengambil jaketnya yang tadi ia letakan di kursi tunggu, "Gue pamitnya, lo berdua kalo ada apa-apa kontek gue sama yg lain aja" Pamit Naren seraya menepuk pundak Braga dan Aji.

Braga membuka pintu ruang inap Abah, langkah kakinya sama sekali tidak bergerak dari depan pintu, Abah yang tak berambut hitam lagi, wajahnya kini menua namun tetap gagah.

Braga hanya tersenyum tipis melihat Abah tertidur tenang.

"Braga janji Bah, bakalan beresin semuanya"

•••••••••

Naren membuka helmnya, saat mereka berdua telah sampai. Biru tidak banyak berbicara saat dari turun dari motor Naren pun sahabatnya itu enggan bersuara.

Naren menatap punggung Biru saat  itu akan meraih kenop pintu, "Biru!" Tegurnya, Biru menoleh.

"Braga bakal baik-baik aja tenang, gak usah khawatir" Ujar Naren di akhiri dengan seulas senyuman yang hampir menyentuh telinganya.

Biru mengangguk, "Naren langsung tidur, jangan kemana-mana lagi ya?" Naren menjawab dengan anggukan.

"Lo suka kan, sama Braga?"

Alih-alih menjawab, Biru mengerutkan kedua halis dengan satu kalimat pertanyaan. "Kenapa?" Naren menggeleng menundukan wajahnya seperkian detik menyembunyikan senyuman kecut, Yang Naren harapkan bukan pertanyaan, tetapi pernyataan yang membuatnya mantap akan keputusannya. untuk tidak selalu mengharapkan bahwa persahabatan mereka tetap akan menjadi teman tidak berubah menjadi sepasang kekasih.

Tapi, Biru sepertinya enggan membagi rasa pada Naren. Dan rasa bahagianya dengan Braga di hari libur ini pun tak kunjung diceritakannya. Tak apa bagi Naren menjadi telinga dan pundak untuk Biru sudah membuatnya merasa di cinta oleh Biru, iya dicintai sebagai sahabat, tak lebih.

"Gapapa, Gue masuk duluannya. good night, Ru" Naren saat itu juga memasuki halaman rumahnya tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya itu.

•••••••••

Braga memasuki warung tempat tongkrongan Lukas dan teman-temannya.
Sapaan dari teman-teman Lukas yang ia hiraukan.

"Eh Braga" Ucap teman tongkrongan Lukas yang baru saja keluar. Braga hanya meliriknya enggan berniat untuk menyapa balik.

Braga jika sedang emosi tak ada yang berani, teman-teman Lukas pun tau, Braga dan Lukas memang punya masalah pribadi yang sampai hari ini belum selesai.

BUGH

Braga membogem Lukas tanpa aba-aba. Semua yang ada disana tidak ada yang melerai atau pun membantu Lukas. Mereka semua tidak ada yang berani dengan Braga.

"Lo maunya apasih hah?!" Braga mencengkram kerah baju Lukas.

Semuanya yang disana menoleh ka arah Braga dan Lukas. hening, tak ada yang menyanggah atau melerai mereka berdua.

Lukas menyugingkan senyum mengejeknya, "Gue? maunya apa?" Lukas berpikir sejenak. "Cewek lo"

Braga menautkan kedua halisnya, sedikit bingung, "Gelang lo ada dirumah Abah!" Sarkas Braga yang memperlihatkan gelang itu tepat di wajah Lukas.

Lukas melirik lengan kirinya, benar itu gelangnya. ia baru sadar gelanganya tidak ada di dirinya.

"Abah masuk rumah sakit" Ujar Braga saat Lukas akan mengambil gelangnya namun dengan cekatan Braga memasukan ke sakunya kembali.

"Gara-gara lo. abah kena hipertensi."

Lukas sedikit terkejut, "Gara-gara gue?" Telunjuknya mengarah ke arah dadanya sendiri.

Seingat Lukas, tadi siang ia hanya berbincang sedikit dengan Abah.

Braga terkekeh, "Gak usah munafik lo! Bang Theo, Alaska, terus selanjutnya Abah? Hah?!"

"GAK CUKUP LO BIKIN HIDUP GUE HILANG ARAH?!" Teriakan dari Braga membuat Lukas mengepalkan tanganya diam-diam.

Selama ini hidup Braga memang hilang arah, karna itulah Braga selalu melindungi semua orang terdekatnya. karna ia tidak ingin kembali hilang arah.

"ALASKA ITU SALAH LO!" Sarkas Lukas, lidahnya kelu pertanda ia masih mengingat bagiamana kematian Alaska tepat di depannya.

Masalah yang tak ada ujungnya membuat Braga muak. Braga sudah banyak penyesalan yang ia tanggung sendiri, kematian kedua orang tuanya, Abangnya dan Alaska sudah cukup bagianya membenci dirinya sendiri.

Braga menyisiri rambutnya dengan kasar, Matanya menyalang ke arah Lukas, "Gue tunggu, sekarang di ring."


~Tbc

PANGLIMA || Haechan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang