30. Suara Biru dituju pada panglima

969 160 32
                                    

Jerman, 2026.

Kadang kala perasaan yang ternyata selalu jadi perkara berat bagi saya. tentang rindu membuat paling sengsara di hidup saya.  menahan agar tak menderita oleh keadaan.

Setelah saya resmi lulus dengan nilai yang cukup, kehidupan saya sudah benar-benar berubah. Dari saya yang selalu ingin memenuhi ekspetasi semua orang, ternyata itu hanya lah sebuah penderitaan, kini paham hidup bahwasannya yang sebenarnya adalah sebagaimana kita mampu membahagiakan kita dengan cukup. Dan akhirnya saya bisa berdamai dengan kehidupan sesak ini. Bangga dengan diri saya dikehidupan ini, bangga atas pencapain yang saya dapat tanpa mendengar tuntutan dari manusia di bumi ini.

Berdamai dengan isi kepala sendiri memang membahagiakan ya? Tahun ke tahun saya disiksa habis-habisan oleh isi kepala sendiri yang ternyata kuncinya hanya satu, hidup dengan apa yang kita mau, apa yang kita suka, itu cukup buat kita bahagia.

Tinggal di jerman dan bekerja menjadi sulit untuk kembali kesana. Kalo dipikir-pikir saya selalu pindah rumah kerumah ya? Dari Bandung ke USA dan berlabuh disini, Jerman. Tapi tenang panglima, kamu tetap rumah yang saya tuju.

Ternyata saya sudah melewati enam tahun. Sudah lama bukan? sudah lama saya tidak bercengkrama dengan sang panglima. Sudah lama saya tidak mencicipi kopi tubruk dihadiahi mantra yang katanya siapa saja yang menyesap kopi tubruknya akan menjadi remaja dililit kasmaran.

Merutuki diri saya sendiri kala saya berhasil membuka folder yang saya simpan baik-baik. Ralat, bukan di simpan baik-baik tetapi saya sengaja untuk tidak membuka folder di tahun 2021 itu. Folder yang berisi tentangnya.

Braga abimanyu.

Darah saya berdesir memacu degup jantung yang berdebar ketika saya menatap foto yang saya ambil dengan susah payah sejak itu menjadi pembukanya. Saat itu saya harus bersuit kertas gunting batu hanya untuk memotretnya. Katanya, 'Gue demam camera, Biru!' saya tergelak kala itu, bisa-bisanya wajah tampannya tidak diperlihatkan disosial medianya! yang saat itu juga dia menyambar, 'Gue gak mau dijadiin konsumsi publik! nanti lo banyak saingan kan bahaya!'  Lagi-lagi saya dibuat tertawa.

Saya sekarang paham Braga, setelah kamu mulai mempublikasikan wajah tampanmu di salah satu sosial media— benar, apa yang kamu katakan. kamu menjadi pusat manusia di bumi ini. Saya melihat kolom komentar sosial mediamu diserbu oleh para gadis-gadis bahkan sampai ibu-ibu yang mungkin saja menyukai salah satu karya tuhan, yaitu kamu. Saya tak akan mengelak, bahwasannya saya selalu melihat sosial medianya karena hanya itu satu-satu sumber informasi yang bisa didapat walau kebanyakan saya dibuat penasaran— sebab dia jarang sekali memperlihatkan kegiatannya secara gamblang.

Sejak saya putuskan untuk tinggal di negara ini, saya tidak pernah membalas pesan-pesannya enam tahun ini. Jujur saya tenang karena dari sana lah, saya tau dia tak akan menyerah untuk membuat saya percaya padanya, bahwasannya hanya saya yang dia tuju. Saya senang membaca pesan-pesannya yang tidak saya balas.

Tapi saya lupa, manusia bisa menyerah.

Sudah genap satu tahun kamu tidak mengirim pesan atau panggilan untuk saya. semua pesan, panggilan yang selalu saya abaikan berhenti tiba-tiba. hanya ada pesan terakhirnya di tahun lalu.

Ting!

Suara notifikasi ponsel yang saya letakan diatas nakas buru-buru saya ambil dengan mengembang senyuman.

Pesan yang saya harap memang kamu, tapi saya tak mengharapkan kabar itu panglima... kabar dimana kamu menyerah kepada semesta.

'Biru tahun keenam, i have gf... sorry:)'

Saya betah menjadi pencundang, saya meraung kepada semesta kenapa saya harus mengabaikannya, kenapa..

Pesan singkat itu sukses membuat saya meraung ampun pada semesta. seolah saya manusia yang paling menyedihkan dibumi ini dengan tangisan kencang mengisi kekosongan apartement ini. Meremas dada, tak sampai sedetik remasan berubah jadi pukulan kencang yang diharap meredakan sesak.

Saya tau, panglima hanyalah manusia mudah menyerah juga, saya tau penantian yang tak kunjung ini membuatnya untuk berlabuh dirumah lain. Saya mengabaikannya.. maaf sepertinya tidak cukup atas enam tahun yang membuatmu sesak, ayo kembali.. saya akan balas pesan dan angkat telefon darimu. Saya kira kamu tidak akan mudah menyerah panglima, tapi saya salah. Saya kira kamu akan selalu memintaku untuk membalas pesanmu, saya kira kamu akan meminta untuk saya kembali ke kotamu.

ternyata saya mengacuhkan kesempatan dari semesta. ternyata hidupmu bukan selalu tentang saya.

Saya terisak kencang sembari menelungkupkan wajah pada ceruk lutut, Teriakan itu betulan sarat akan putus asa. karena panglima sudah melabuhkan hatinya sudah menemukan rumahnya kembali.

Saya ingin hidup bersamanya, saya ingin lima tahun, sepuluh tahun bahkan saya ingin seratus tahun hidup bersamanya.

Tapi ketika saya sadar bahwasannya saya kehilangan kamu. habis perasaan saya ketika kamu sudah menemukan teman ceritamu. Saya hancur dan memang beginilah kenyataannya. tapi tenang saja saya akan baik-baik saja saat kamu pun bahagia disana.

Sekarang Panglima saya kini sudah menemukan objek mantra kopi tubruknya baru, dia pasti perempuan yang beruntung. dia pasti perempuan yang jauh lebih bisa dijadikan tempat pulang paling nyaman.

hal yang saya takuti benar-benar kejadian, merelakan kamu dibahagiakan oleh perempuan lain.

Tapi tenang Braga, kebahagian kamu saat ini adalah kebahagian saya juga sebab kamu sudah mendapatkan yang kamu cari selama ini. Saya akan tetap disini Braga, tempat yang tak akan bisa kamu temui. karena di tempat ini, saya mengulang cerita baru masa depan yang saya pilih, tanpa adanya kamu. Saya benar-benar kehilangan sosok yang belum sempat saya miliki seutuhnya. Kita belum sempat memulai, tapi mengapa begitu sesak saat kamu sudah menemukan tokoh pengganti utama hidupmu?

Saya benar-benar hilang kendali, tangisan saya terdengar kencang gedoran dari luar saya hiraukan panggilan dari luar suara laki-laki yang amat khawatir.

"BIRU?! KAMU GAPAPA? BUKA PINTU AKU MOHON."

"Hariss..." Lirih saya.

"Iya ini aku, haris. buka pintu!" Dengan cepat saya berlari ke arah pintu dengan isakan tangis menghambur kepelukan laki-laki bernama Haris buana. Laki-laki yang saya temui ditahun yang sama di salah satu supermatket bumi pasundan, Laki-laki yang selama ini meminjamkan pelukannya untuk saya.

Lapak untuk menyambat dipersilahkan.

Sedikit lagi! dan untuk selanjutkan aku akan bawa kalian meloncat ke beberapa tahun kemudian lagi🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sedikit lagi! dan untuk selanjutkan aku akan bawa kalian meloncat ke beberapa tahun kemudian lagi🤭

Kalian masih inget di chapter 23 haris? yap orangnya masih sama.

Kalian masih inget di chapter 23 haris? yap orangnya masih sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haris buana

Btw kalian yang baca ceritaku terus kayak mau ngobrol santai sama aku ayo gas aja gak usah malu-malu😶 seneng kalau readers sering interact malahan:)




PANGLIMA || Haechan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang