“Ndhiiisss!” Clary langsung mewek menyongsong kedatangan Gendhis.
Begitu Gendhis meloncat dari boncengan Albert, Clary memeluk erat Gendhis.
"Cla, ada apa? Anak haram gimana?" Gendhis memberondong dengan pertanyaan, melupakan masalahnya sendiri.
“Aku ... aku ... Ndhiiiisss!” Clary menangis tidak karuan sampai susah berkata-kata.
Gendhis mengusap punggung Cla, sambil menuntun masuk.
"Tenang dulu. Habis itu kamu ceritain ada apa?"
Clary lalu menyeret Gendhis ke kamar, tak menghiraukan Albert yang masih ada di depan.
Begitu sampai di kamar, Clary duduk di bibir pembaringan. Gendhis pun mengikuti, dengan pandangan tak lepas dari Clary.
“Ndhis, ternyata mamaku dulu diperkosa lalu lahir aku ....” Cla menutup wajah dengan kedua tangan. Suara teredam, tapi Gendhis masih mampu menangkap maksudnya dengan jelas.
Mata Gendhis membeliak. "Dari mana kamu dengar kabar itu?" Gendhis berusaha tidak langsung percaya. Tapi melihat wajah Clary yang berbeda dari Claudy dan Clara, Gendhis menebak bapak kandung Clary orang luar negeri karena wajah yang kebule-bulean itu sangat dominan
Cla menunjukkan surat-surat mamanya. “Ini, mamaku nulis surat ke papaku waktu dia kabur karena malu.”
Gendhis mengambil tumpukan kertas itu dan membacanya. Gadis itu hanya bisa menelan ludah kasar saat mencerna tulisan tangan mamanya Clary. Ternyata benar omongan Mama Suwi, Clary bukan anak papanya.
Gendhis lalu memeluk erat. Dia tidak tahu harus memberi penghiburan seperti apa. "Sabar ya, Cla. Katanya orang sabar disayang Tuhan." Perkataan Mbah Roto akhirnya dipakai oleh Gendhis untuk menghibur Clary.
"Makasih Ndhis. Tapi harus harus gimana sekarang? Malu banget sama Mas Damai."
"Nggak usah malu. Kamu tetap anak Papa dan Mamamu. Mereka kan yang membesarkan kamu. Lagian Mas Damai udah cinta mati kayanya sama kamu. Pasti nggak bakal peduli."
Clary mewek lagi. Ia tidak yakin Damai bisa menerima. “Tapi ... tapi kalau mama papanya Mas Damai tahu apa nggak jadi masalah?”
Gendhis tak bisa memungkiri, kadang 3B alias bobot, bibit, dan bebet juga berpengaruh pada restu orang tua. "Asal Mas Damai mau memperjuangkan kamu, pasti kalian akan direstui."
"Tapi aku nggak yakin. Kata Mbak Clara, mereka itu keluarga terpandang di Berau," kata Clary lirih.
"Cla, aku tidur di sini ya. Nemenin kamu." Gendhis tidak tega membiarkan Clary sendiri.
"Boleh. Tapi jangan kaget kalau mamaku sungat sungut, ya. Dia badmood terus akhir-akhir ini."
Bertemu Ndhis memang membuat Clary lebih tenang. Otaknya mulai bisa diajak berpikir. “Cowok yang boncengin kamu tadi siapa, Ndhis?
"Oh iya. Aku temuin Abe dulu. Dia temen kampusku. Mau aku kenalin?" Gendhis menepuk dahi melupakan Albert yang menunggu dengan setia di luar.
Clary mengangguk, sembari mengusap air mata.
"Tapi jangan bilang-bilang soal aku sama dia ya?"
"Beres."
Gendhis akhirnya memperkenalkan Abe dengan Clary. Entah kenapa Gendhis merasa mereka mirip karena sama-sama kebule-bulean dan Gendhis menjadi yang buluk di antara mereka.
Setelah berkenalan, Clary meninggalkan Gendhis bersama Albert karena panggilan Tante Suwi.
"Be, makasih ya dianterin ke sini. Motorku gimana kabarnya nanti?" tanya Gendhis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gendhis "Sang Jomlo Legend"
ChickLit"Ah, kamu ini suka yang gratisan mulu. Sekali-sekali pesen napa? Nglarisin punya temen pahalanya banyak. Kali habis itu dapat lepas status jomlo legend-mu." - Clary. "Clary, kayanya aku harus makan nasi rendangmu biar jodoh sama belud!!" Gendhis Ar...