🦄2. Bejo, Nama Tengahku🦄

854 103 7
                                    

Dicari vote n komen, biar yang nulis semangat.
Jangan lupa masukin library n reading list ya temans...

💕Happy reading💕

Dan jadilah, Gendhis akan datang lagi ke area rumah Clary pukul empat untuk ketemu ibu pemilik rumah. Gendhis terlihat bersemangat saat akan berangkat. Dengan bergegas, setelah mandi sore dan memoles bibir kebanggaan dengan lipstik yang dia beli dari hasil prihatin mengurangi jatah makan karena harga yang tidak nalar untuk anak kuliahan, akhirnya Gendhis menyambar jaket denimnya dan segera menghampiri si Ducky Duck alias bebek matic yang sangat dia sayangi.

Gendhis dengan segera memasukkan kunci ke dalam lubang kunci dan meletakkan pantatnya di atas sadle. Setelah menaikkan standar motor, Gendhis menekan tombol start.

Bret ... bret ... bret ...

Alis Gendhis mengerut. Dia sempat melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 15.30. Bibir Gendhis menyembulkan udara keras saat menyadari jarum bensin berada di garis merah.

"Ya Tuhan, aku lupa isi bensin tadi!" Gendhis menepuk keras dahi, mengingat kecerobohannya menunda pekerjaan penting. Gadis itu mengembuskan napas kasar, seraya menurunkan kembali standard dan turun dari jok motor.

Gendhis menggigit bibir berpikir caranya pergi ke rumah kontrakan Clary untuk bertemu ibu pemilik rumah.

"Aha ... Naik ojek online saja!!" Gendhis menjentikkan jari, "Ck, ck, ck ... nggak sia-sia orang tuamu menyekolahkan kamu tinggi-tinggi, Ndhis. Otakmu yang bisa berpikir cepat itu adalah salah satu keberuntungan yang kamu punyai dalam hidupmu."

Sambil memuji dirinya sendiri, dia merogoh gawai dalam kantung tas. Dengan gesit, jarinya menari lincah, menggeser-geser permukaan layar gadget untuk memesan ojek online. Tak berapa lama, gawainya bergetar.

[Lud K]
Siap, Kak. Otw, ya!

Gendhis memicingkan mata, melihat profil picture si tukang ojek yang kelihatan hanya seupil.

"Uik, gantengnyaa!! Ya Tuhan, Mamaku ngidam apa, ya? Aku kok beruntung banget diboncengin cowok ganteng!" Gendhis terkikik sendiri sambil berjalan menuju ke depan gerbang depan kosnya.

Gendhis masih sibuk menerima panggilan Clary yang sudah menanyainya kenapa belum juga datang.

"Sabar, Otw!! Ojo Takon Wae!!" seru Gendhis dengan nada sengit karena diburu-buru.

"Kak Gendhis, ya?" sapa seseorang di balik helm.

Gendhis menoleh. Saat sumber suara berat itu membuka helm, dan menurunkan masker, terperangahlah gadis itu.

Mata Gendhis mengerjap, memindai sosok tinggi yang duduk di atas motor. Saking panjang kakinya, lelaki itu sampai memosisikan pantat di tengah sadel. Walau masih memakai helm, Gendhis bisa memindai mata sipit yang setajam elang dengan bibir merah merona dihiasi hidung yang menonjol runcing.

Ah, gantengnya. Gendhis senyum-senyum tak jelas dengan mulut yang masih menganga lebar.

Sialan! Dapat lagi penumpang lebay! Woiii, biasa aja Mbak! Awas kemasukan lalat! Lelaki yang menjadi sopir ojek online itu menggerutu dalam hati.

"Jadi nggak, Mbak?" tanya sopir ojol itu dengan nada datar. Wajah masam dengan kerutan alis, membuat matanya semakin menyipit.

Kelopak mata Gendhis mengerjap, memastikan sosok yang menyilaukan di depannya itu nyata. Tak bisa menelan ludahnya sendiri, Gendhis hanya bisa mengangguk berulang dan mengambil helm yang disodorkan lelaki itu.

Gendhis bergerak seperti robot, seolah terprogram untuk segera menempatkan diri di jok belakang, dan tangannya memegang paha sendiri.

"Siap?" Tak terdengar jawaban dari mulut Gendhis, membuat lelaki yang bernama Lud Keandra menyimpulkan sendiri bahwa gadis di belakangnya sudah dalam posisi nyaman. Lud menarik gasnya membuat badan Gendhis nyaris terpelanting ke belakang.

Gendhis "Sang Jomlo Legend"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang