🦄8. Belud Yang Terjebak🦄

504 69 3
                                    

Mami Bella menyongsong Gendhis untuk maju mendekat ke seorang lelaki tua yang Gendhis perkirakan berumur 70 tahunan. Lelaki di atas kursi roda itu sepintas senyumnya mirip seperti senyuman cucunya. Dan Gendhis menduga bahwa sewaktu masih muda pasti kakek tua itu sama rupawannya dengan sang cucu.

Mami Bella membungkukkan badan dan berbisik. Sementara Gendhis berdiri dengan canggung karena orang-orang yang ada di meja bundar itu melihat ke arahnya.

"Ayo, sini Gendhis," titah Mami Bella. Gendhis melangkah ragu, dengan memberikan tarikan bibir aneh yang justru menyerupai seringaian.

Mami Bella memutar kursi roda dan menghadapkan ke arah Gendhis. 

"Oh, ini pacarnya Sinyo, cucuku?" Suara berat yang bergetar itu terdengar.

Langkah Gendhis sangat lambat. Namun mengetahui lambaian tangan Akong, membuat Gendhis memberanikan untuk maju dan menurunkan posisi badannya sehingga setara dengan lelaki tua itu.

Akong membelai pipi Gendhis dan tersenyum ramah. Matanya semakin menyipit membentuk garis kala Akong menarik bibirnya.

"Siapa namamu?" tanya Akong dengan suara bergetar khas seorang kakek.

"Gendhis, Yang."

"Panggil Akong." Mami Bella menyela, dan dijawab anggukan Gendhis tanda mengerti.

"Saya, Gendhis, Kong." Gendhis mengulangi perkenalannya.

"Gendhis ...." Akong bergumam dan mengangguk-angguk. "Persis seperti namanya, kamu gadis yang manis. Sinyo pintar sekali memilih gadis."

Gendhis tersenyum kaku, tak tahu apakah dia harus senang dengan pujian itu. Sementara Lud yang sekarang sudah berada di belakang Mami Bella, memberikan pelototan tajam pada gadis itu.

"Kamu suka dengan Sinyo, kan?" tanya Akong menarik kedua alisnya ke atas.

Gendhis bingung menjawab. Semua mata mengarah kepadanya seperti seorang terdakwa. "Bagaimana Ndhis nggak menyukai Mas Lud, kalau Mas Lud gantengnya kaya oppa Korea?" 

Gelak tawa dari mulut Akong mengudara diikuti suara kekehan dari yang lain. 

"Aduhhh, anak Mami ini ternyata ada yang ngefans." Mami Bella menggoda Lud membuat pipi Lud memerah. Gendhis melirik dari ekor matanya sikap salah tingkah Lud.

"Bagaimana, Kong? Apa Akong setuju dengan Gendhis untuk jadi istri Lud?" tanya Mami Bella.

"Iya, dalam waktu dekat kita akan langsungkan lamaran."

Lud membelalak bersama dengan Gendhis. Mereka saling pandang dengan wajah yang memucat. Kalau Lud terkejut karena rencananya menjadi bumerang untuk dirinya, sedang Gendhis tak menyangka keinginannya menikah muda terkabul.

Lamaran? Berarti sebentar lagi aku akan menikah? Dengan Lud??

Rasanya kalau bisa, Gendhis akan berdiri, dan menari atau bahkan berlari mengitari ruangan itu seraya berseru, "Aku akan menjadi istri Lud Keandra!!!". Namun saat itu Gendhis hanya bisa berdeham, mengatur ekspresinya seolah ia bersikap bijak menghadapi hal ini dan terkesan tak mau terburu-buru.

"Akong, Gendhis kan sedang kuliah. Bagaimana bisa Gendhis cepat-cepat menikah," kata Gendhis dengan senyuman aneh di mata Lud.

"Tidak apa-apa. Kamu tetap kuliah."

"Kamu kuliah di mana Gendhis?" tanya Papi Viktor.

"Di Kedokteran Gigi, Om," jawab Gendhis.

"Panggil Papi. Papi Viktor, Ok?" Papi Viktor menyatukan ujung jari telunjuk dan jempolnya membentuk huruf 'o' sedang satu matanya mengedip ke arah Gendhis.

Gendhis "Sang Jomlo Legend"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang