Lud melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Baru kali ini ia dipusingkan urusan wanita lain selain mami dan dua cecenya—Ruth dan Ester. Ini yang selalu ia benci dari hubungan percintaan. Bukan ia tidak menyukai perempuan, Lud hanya belum siap dengan segala macam kerepotan yang ditimbulkan.
Bersama Gendhis ia direpotkan dengan antar jemput. Mendapat teror WA absurd yang kini ia rindukan. Jangan lupakan semalam suntuk ia mencari cincin berlian yang dibuang Gendhis hingga pinggangnya encok karena menunduk. Beruntung cincin itu menggelinding di rumput sehingga tidak ditemukan orang.
Lud mendengkus. Ia yakin bila mengabari maminya perihal putusnya pertunangan mereka, lelaki itu akan dimarahi habis-habisan. Tapi, Lud juga tidak tega memaksakan Gendhis menjadi menantu keluarga Keandra, karena gadis itu pasti akan menjadi alat untuk melahirkan keturunan Keandra sebanyak-banyaknya.
Laju motor Lud semakin kencang. Ia menerobos keramaian jalan ringroad menuju ke apartemennya yang terletak di dekat fly over Janti. Tak memedulikan kendaraan yang padat merayap, motornya meliuk-liuk mencari jalan. Seperti hatinya yang tertekuk-tekuk karena keputusan Gendhis.
Dua puluh menit kemudian, Lud masuk di apartemennya. Ia melempar begitu saja kunci motornya hingga bunyi gemerincing memenuhi ruangan. Diambrukkannya raga jangkung itu di sofa. Ia mengembuskan napas kasar. Sepertinya Lud harus segera memberitahu maminya agar membatalkan segala persiapan. Apalagi setahu Lud, maminya sudah bercakap-cakap dengan Mama Gempi dalam rangka mempersiapkan pernikahan anak-anak mereka.
Rupanya ikatan batin Lud dan sang mami sangat kuat Tak sampai lima menit, gawai dengan notifikasi khusus terdengar. Mami Bella menelepon. Lud mendesah. Ia menegakkan tubuh seraya mengacak rambutnya. Lelaki itu menebak maminya akan bertanya kabar dan menceritakan persiapan mereka.
Pekikan gawai pun terhenti bersamaan dengan jari Lud yang menyentuh tanda menerima panggilan.
"Iya, Mi." Nada Lud terdengar malas.
"Apa kabarnya, Nyo? Kok lemes? Awas jangan ngapa-ngapain Gendhis dulu ya!"
Lud mendengkus keras. "Mi, Lud capek. Pikirannya gitu banget, sih?"
Mami Bella terkikik. "Emang mikir apa? Idih, anak Mami tuh mikir yang iya-iya. Mami sih sebenarnya udah nggak sabar nimang cucu dari kamu Lud." Suara Mami Bella terdengar bersemangat.
"Mi, gimana punya cucu orang kami putus," terang Lud.
"Putus?"
"Gendhis mengembalikan cincinnya, Mi. Kami putus!" tandas Lud dengan keras. Entah kenapa nadanya meninggi, padahal selama ini ia tidak pernah berkata keras pada maminya.
"Apa??"
Seperti dugaan Lud, Mami Bella setelahnya menceramahi Lud panjang lebar.
"Nyo, kamu ini nggak bisa jaga Gendhis? Mami nggak mau tahu, Mami maunya Gendhis yang jadi mantu Mami. Titik! " Kalimat itu diucapkan oleh Mami Bella dalam satu tarikan napas.
"Tapi, Mi." Suara Lud memelas.
"Nggak ada tapi-tapian. Mengerti, Sinyo?" seru Mami Bella hingga Lud harus menjauhkan gawainya dari telinga.
Namun, beberapa saat kemudian terdengar teriakan Papi Victor.
"Mi, Akong kenapa?" Suara papi Lud terdengar kalut di speaker gawainya
"Akong!" Kini teriakan melengking Mami Bella yang menyeruak di pendengarannya.
Beberapa detik kemudian, panggilan yang masih terhubung terputus percakapannya. Lud tidak bisa menduga apa yang terjadi di sana. Ia mematikan begitu saja gawainya, lalu bangkit untuk memasak nasi sebelum mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gendhis "Sang Jomlo Legend"
ChickLit"Ah, kamu ini suka yang gratisan mulu. Sekali-sekali pesen napa? Nglarisin punya temen pahalanya banyak. Kali habis itu dapat lepas status jomlo legend-mu." - Clary. "Clary, kayanya aku harus makan nasi rendangmu biar jodoh sama belud!!" Gendhis Ar...