Redup#3. Pesan Berujung Canda

395 85 10
                                    

Jangan lupa drop vote sebelum bacaa.
Anyway, happy reading, Dear

            KANTIN AGAKNYA bisa menjadi tempat untuk melepas lelah setelah seharian bergulat dengan pekerjaan yang tiada habisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KANTIN AGAKNYA bisa menjadi tempat untuk melepas lelah setelah seharian bergulat dengan pekerjaan yang tiada habisnya. Sebuah ungkapan yang barangkali secara turun-temurun sejak dulu barangkali mengatakan : tugas jika sudah selesai satu, maka akan tumbuh seribu. Maka, tak heran saat Ara sudah menapakkan dua tungkai jenjangnya memasuki wilayah segala umat tersebut, ia sudah dihadapkan dengan ramainya pengunjung yang memenuhi tempat duduk terutama jika mengingat ini adalah jam makan siang.

"Ara!"

Namun, sesaat manakala rungunya itu mendengar panggilan dari suara yang tak lagi asing. Lengkap saat kepalanya menoleh, ia disuguhkan dengan seorang lelaki yang menampilkan senyum lebar sampai membentuk dua garis melengkung dari netra cokelatnya, Ara membalas tak kalah hangat. Melangkah pasti dan menghampiri sahabatnya tersebut sekaligus bersyukur karena ia tak perlu lagi mencari tempat duduk dengan susah payah.

"Sudah nunggu lama?" tanyanya basa-basi.

Lelaki bersurai hitam tersebut menggeleng pelan, "Nggak begitu lama. Kamu mau pesan makan siang? Biar sekalian sama aku saja."

Ara berpikir sejenak untuk beberapa saat. Jemarinya menggaruk pelipis sebelum mengungkap ringan, "Boleh, deh. Aku hari ini mau makan soto saja."

Pemuda di hadapan Ara masih menunggu tanpa sekalipun melepas pandang. Sedang Ara setia melihat daftar makanan dari buku menu di hadapannya, "Minumannya es jeruk saja, deh," putus Ara.

Pemuda tersebut mengangguk patuh, "Satu soto sama satu es jeruk, ya?" tanyanya memastikan.

Ara mengangguk membenarkan. Namun, tatkala sahabatnya tersebut sudah beranjak dan baru berjalan dua langkah. Seruan Ara kembali menghentikannya.

"Juniar!"

"Apa?"

"Es jeruknya diganti saja, deh. Pakai jeruk hangat."

Mata Juniar memincing, "Kenapa? Tumben."

"Tenggorokanku agak serak."

"Habis minum es pasti semalam."

Ara tersenyum tanpa dosa. Sedang Juniar justru merotasikan matanya jengah, "Kebiasaan. Ya sudah, aku ganti."

Menunggu Juniar memesankan makanan sampai ia benar-benar kembali. Ara memilih untuk menatap sekitar dibanding harus memainkan ponsel seperti kebanyakan orang. Tidak. Ara bukanlah orang yang tak suka bermain dengan benda pipih kotak tersebut. Hanya saja, menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar laptop dan ponselnya untuk menuntaskan tugas agar dia bisa cepat-cepat lulus, tentunya perempuan tersebut butuh hiburan segar untuk menenangkan mata.

"Jun," Ara memanggil saat sejak tadi bosan karena Juniar yang masih asyik berkutat dengan ponselnya.

"Hm."

Redup. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang