[COMPLETE]
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja sebuah kehilangan yang kita rasakan, cukup untuk membuat kita sadar un...
Jangan lupa follow instagramku @bintangsarla untuk konten-konten menarik dan update-an cerita-ceritaku di sana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bunyi perputaran kunci menemani sepi Sena malam itu. Suara kenop pintu dan deritan pintu menyambangi setelahnya. Dua tungkai jenjangnya melangkah masuk. Menyalakan penerang dan mengambil tempat di pinggir ranjang seraya meluaskan pandangan memenuhi penjuru ruangan.
Dua netra cokelat itu memaku pada lemari kayu yang tak jauh berada darinya. Dengan berat hati, langkah gontai itu memangkas jarak demi jarak sampai pada akhirnya bunyi derit pintu lemari terbuka dan Sena bisa melihat lipatan-lipatan baju rapi di dalamnya.
Aroma khas pewangi pakaian langsung merebak dan seketika mengingatkan Sena pada seseorang yang kerap ia rindukan sewaktu-waktu. Narajengga, si bungsu yang sejak lama pergi membumi. Meninggalkan sisa-sisa kenangan tentang dirinya yang sesekali menyiksa batin Sena.
Satu kaos kebesaran berwarna hitam ditariknya. Salah satu baju kesukaan Jengga yang seringkali digunakan lelaki tersebut. Di dekap erat pakaian itu oleh Sena dan dihirup dalam-dalam aromanya. Seluruh rindunya tertumpah di sana dan Sena hanya membayangkan ia sedang merengkuh si bungsu yang sejak dulu sering kali bergantung padanya.
Ingatan Sena mendadak berputar kepada waktu-waktu lalu. Tidak bisa ditampik bahwa kejadian beberapa jam lalu sanggup membuat seluruh pertahanan Sena runtuh seketika hanya karena memandangi wajah si wanita. Bohong jika sebuah rindu itu tidak singgah sesaat. Bohong jika rasa cinta yang pernah ada itu sudah sepenuhnya pergi. Bohong jika rasa sesal itu tidak hadir manakala melihat seseorang yang dulu ia kasihi menangis karenanya. Bohong jika Sena tidak juga merasa sakit saat di detik yang sama ia juga menyakiti gadis tersebut. Belum lagi melihat bagaimana cincin yang tersemat di jari lentiknya dan tangan yang merengkuh si kekasih membuat Sena kembali patah hati untuk yang kedua kalinya.
Dada Sena masih berdetak kencang. Semakin lama terasa semakin sakit sampai-sampai ia melenguh dan menekan keras di sana.
Tidak boleh, Sena. Tidak boleh menangis lagi. Cukup ditahan saja semua sakitnya. Kamu anak pertama. Kamu punya tanggung jawab yang paling besar dan kamu tidak boleh lemah. Kamu harus kuat.