#Redup7. Seseorang Baik di Masa Lalu

283 74 8
                                    

Kaget ya? Hehe, aku double update aja sekarang. Semoga kalian suka. Jangan lupa sebelum baca, tekan vote dulu. Dan sebelum pergi, komennya juga jangan ketinggalan.

Happy reading 💜

Happy reading 💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            Ara baru saja keluar dari ruangan dosen pembimbingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            Ara baru saja keluar dari ruangan dosen pembimbingnya. Gadis tersebut menenteng lembaran kertas berisi coretan-coretan proposal yang direvisi. Mengambil tempat sejenak di salah satu kursi panjang yang disediakan, ia melihat-lihat kembali bagian-bagian yang salah dan diberikan catatan atau coretan dengan tinta merah. Telinganya mendengar ulang ucapan dosen yang beberapa saat lalu ia rekam. Setelah mengecek dan memahami letak kesalahannya, barulah Ara mengangguk paham. Dalam hati membatin bahwa revisi kali ini tidak akan memakan banyak waktu seperti sebelumnya.

Bunyi ponsel Ara terdengar dan gadis itu melihat sebuah notifikasi masuk. Pengingat dari kalender yang akan selalu berbunyi setiap tahunnya. Di sana tertulis cukup jelas.

Navarendra Dirgantara
Pamit dan selamat tinggal.

Tersenyum miris sebelum kembali memasukkan ponsel ke dalam tote bag miliknya. Ara melangkah gontai dengan kepala mendongak dan helaan napas berat terdengar cukup kentara. Kantung matanya terlihat jelas dan wajah yang hanya dibubuhi bedak serta lip balm tersebut tampak cukup kacau. Semalam dia kurang tidur, karena setelah pulang kerja dari rumah Sena masih ada kerjaan lainnya yang harus diselesaikan.

Mencoba mengenyahkan sebuah notifikasi yang tadi dibacanya dan diabaikan olehnya. Ara agaknya tidak mudah untuk langsung mengabaikannya seperti dia langsung menghapus notifikasi tersebut dari layar ponselnya. Nyatanya, sesibuk apapun dirinya, Ara tidak akan pernah bisa melupakan kejadian di bulan Januari yang sampai detik ini masih meninggalkan sesak di dadanya.

Binar Araya Nayanika tidak pernah tahu, kapan sesak itu terangkat secara sempurna dan ia bisa bernapas dengan baik.

"Araya."

Ara menghentikan langkah gontai saat sebuah suara menyapanya. Ia menoleh dan melihat Juniar yang tengah berdiri cukup tenang sebelum berjalan menghampirinya. Di samping pemuda tersebut, seorang perempuan yang sudah Ara kenal cukup baik juga berjalan berdampingan dengan sahabatnya.

Redup. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang