Pastikan sudah tekan vote sebelum membaca.
Jangan lupa follow instagramku @bintangsarla untuk konten-konten menarik dan update-an cerita-ceritaku di sana.
Hari Sabtu Ara masih harus menyibukkan diri untuk mendatangi tempat kerjanya. Di mana lagi kalau bukan menuju rumah Bapak Sena yang terhormat. Pagi tadi, dia baru saja dikabari bahwa lelaki itu akan ada di rumah menemani si kesayangan Jingga. Ara mau tidak mau merasa gelisah. Mendadak panik entah sebab apa.
Dia bahkan dengan sulit memilih baju yang hendak ia kenakan. Padahal pekerjaannya hanya mengasuh anak kecil. Dan biasanya hanya sebatas kaos dan celana kain saja itu sudah lebih dari cukup. Namun kali ini, manakala informasi Sena akan tetap di rumah, mendadak ia menjadi orang tolol yang memilih baju saja tidak bisa.
"Pakai baju warna pink itu, Ra. Habis itu bawahnya pakai rok. Terus rambutmu dilerai. Jangan lupa pakai make up tipis-tipis."
Ara merotasikan matanya. Ia memandang ganas Juniar yang kini tengah menempati pinggir ranjang, berkata asal tanpa melepas pandang dari game di ponselnya.
"Aku mau kerja, Jun. Bukan malam mingguan."
"Tapi rupa-rupamu sudah macam cewek yang mau diajak malam mingguan." Juniar berkata acuh. Mendadak ia mengumpat yang Ara bisa menyimpulkan bahwa lelaki itu sudah kalah.
Melempar asal ponselnya, Juniar merebahkan diri di ranjang milik Ara. Tampak luar biasa bosan, "Lagipula, kenapa aku harus ikut-ikutan, sih? Kalau bukan atas dasar titah Bapak Andri yang terhormat, aku ogah mau antar-jemput kamu."
"Ya mau gimana lagi, Jun? Kita sudah terikat. Ini takdir, dan kita harus menerimanya." Ara berucap dramatis yang mengundang lagak geli Juniar yang menatap Ara jijik.
"Ikatan kita cuma teman yang nggak sengaja merangkap jadi keluarga."
"Keluarga jauh, Jun," koreksi Ara. Ya, Ara sendiri sampai sekarang tidak begitu menyangka bahwa teman yang dulu ia ajak bermain semenjak SMP ternyata keluarga jauh yang diperkenalkan Papanya dulu saat acara kumpul keluarga besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redup. ✔️
عاطفية[COMPLETE] Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja sebuah kehilangan yang kita rasakan, cukup untuk membuat kita sadar un...