#Redup6. Sebuah Usaha yang Membingungkan

266 77 15
                                    

Jangan lupa klik vote dulu sebelum baca. Tinggalkan komentar setelahnya. Happy reading 💜

 Happy reading 💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sena bergegas mengendarai mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sena bergegas mengendarai mobilnya. Pria tersebut agaknya merasa sangat tidak tenang saat harus meninggalkan Jingga. Beberapa saat lalu ia harus turun tangan untuk mengecek persediaan makanan untuk kafenya. Bukan berarti tidak ada satupun karyawan di sana, untuk seseorang yang kerap dijuluki sebagai 'si perfeksionis', pria tersebut susah untuk menyerahkan langsung kepercayaannya untuk kasus yang satu ini. Belum lagi mengingat dua tahun lalu kafenya pernah terkena kerugian yang cukup besar karena karyawan yang Sena beri tanggung jawab, tidak melakukan tugasnya dengan cukup baik.

Jadi pria tersebut cukup sadar dan tidak mau kesalahan yang sama terulang. Mengingat ada satu buntalan menggemaskan di rumahnya yang butuh pesangon dalam jangka waktu yang tidak bisa diperkirakan.

Namun mengingat kembali bahwa ia pernah menyuarakan sebuah janji untuk langsung menjemput anaknya, Sena merasa benar-benar bersalah dan merutuk diri habis-habisan. Tahu begini, ia tidak perlu berjanji. Lagipula, kenapa dirinya harus lupa jadwal persediaan pangan yang selalu datang rutin tersebut?

Belum lagi Ara masih pengasuh baru dan Sena tahu sekali bagaimana sifat anak semata wayangnya tersebut. Jingga bukan orang yang mudah akrab dan dekat dengan orang lain. Pengasuhnya yang dulu bahkan membutuhkan waktu dua minggu untuk bisa mengambil hati si kecil. Sena hanya tidak mau anaknya merasa tidak nyaman dan berakhir menangis diam-diam seperti biasanya.

Aduh, Sena benar-benar tidak tenang sepanjang perjalanan.

Hatinya bernapas lega manakala mobil yang ia kendarai berhasil memasuki halaman rumah. Menenteng satu kantung plastik berisi satu ember kecil es krim oreo kesukaan anaknya, Sena harap Jingga bisa memaafkannya dan melupakan janji yang bisa-bisanya tidak Sena tepati.

Namun manakala langkahnya sudah sampai di dalam rumah. Lengkap dengan suara yang membahana menandakan kedatangannya. Pendengaran Sena disambut dengan suara langkah kaki yang berlarian dan sesuatu menubruknya cukup keras. Jingga tiba-tiba saja datang dan memeluk pinggang Sena kelewat erat. Bersamaan dengan itu, kepalanya terdongak sempurna dangan cengiran lebar memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

Redup. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang