Selamat bersemestaa!!
Jangan lupa vote dan komentarnya yoww
Sebut saja Sena adalah lelaki yang kini tengah kehilangan keobyektifannya. Mutlak, tanpa ada tapi atau kecuali. Ia sendiri pun heran, apa penyebabnya rela bangun lebih awal. Menyiapkan sarapan terlebih dulu sebelum si kecil belum sempat terbangun. Bahkan repot-repot menuliskan sebuah note di meja makan lengkap dengan segelas susu dan beberapa potong roti panggang isi selai cokelat kesukaan anaknya di sana. Sedangkan ia sendiri meraih jaket yang tergantung di balik pintu pun kunci mobil. Melaju membelah jalanan yang masih sepi hanya demi membeli serabi yang katanya cukup ramai karena keenakan rasanya.Sejujurnya, Sena sudah pernah pergi ke sana. Menuju tempat penjual serabi hangat di pinggir jalan dan hendak membeli dua bungkus untuknya santap bersama dengan Ara. Namun, yang didapati justru ekspresi menyesal ibu-ibu penjual lengkap dengan kotak-kotak kosong yang tengah disusun dan bungkus daun pisang yang sudah menipis. Kesimpulannya, Sena terlambat.
Jadi, tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya, si Jumantara beralih bangun lebih pagi. Menyiapkan kejutan kecil untuk si kekasih agar lebih bersemangat menjalani hari. Sesuatu yang baik tentunya akan lebih baik pula jika dimulai dengan hal-hal yang manis, bukan?
Bersyukurnya, Sena datang tepat waktu. Hanya ada lima orang yang tengah mengantri. Enam ditambah Sena yang kini sudah menyebutkan pesanan. Sehingga kala gilirannya tiba, ia menahan saliva di balik mulut ketika menangkap gula merah tengah dibaluri di atas serabi yang masih mengepul panas.
Pesanan siap. Saatnya mengantarkan ke kediaman tuan putri.
"Halo?"
"Halo, Cantik. Lagi di mana?" Sena mengapit ponselnya di bahu. Seraya menaruh plastik makanannya di bangku samping seraya menyalakan mesin mobilnya.
"Mau bimbingan. Ada apa?"
"Sabtu gini mau pergi bimbingan?"
Terdengar decakan ringan di ujung sana, pun piring yang saling bersahutan, "Iya, soalnya dosen duaku mau keluar kota seminggu. Jadinya ngejar hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Redup. ✔️
Romance[COMPLETE] Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja sebuah kehilangan yang kita rasakan, cukup untuk membuat kita sadar un...