Ingat jangan lupa kasih vote sama komentarnyaaa. Yuk sama-sama biar REDUP bisa capai 1k votes segera.
Selamat bersemesta 🌌🌌


Tepat pukul 1, Sena dan Ara menjemput putri kesayangan mereka. Keduanya berjalan dengan lengan yang saling berkait tepat dimana Kaluna tengah mensejajarkan tingginya dengan Jingga dan memeluknya kelewat erat. Wanita tersebut bahkan membubuhkan ciuman di dahi, pipi, dan hidung anaknya tanpa henti. Enggan melepas Jingga tentu saja.
"Mama, Papa!" Jingga tidak bisa menyembunyikan rona bahagia miliknya mendapati presensi Ara dan Sena yang tidak jauh dari mereka.
Sena yang lega mendapati putri kecilnya baik-baik saja segera merentangkan tangan. Menyambut pelukan Jingga yang tengah berlari menghampiri keduanya. Lekas mengangkat Jingga tinggi-tinggi sebelum dibawa ke dalam gendongannya.
"Putri Papa nggak nakal kan dari tadi?"
Jingga menggeleng, "Nggak, dong! Tadi jalan-jalan ke banyaaaak tempat sama Tante Luna sama On Juna. Jingga dibelikan banyak baju juga! Sama dibelikan es krim!"
Juna memberikan beberapa tas belanjaan mereka pada Ara, sontak mengundang gelengan kepala dari Sena, "Bangkrut nih Tante Luna-nya," Ara bercanda seraya menjawil ujung hidung Jingga, "Bilang apa?"
"Makasih Om Juna, Makasih Tante Luna."
Kaluna mengangguk mengusap pipi gembil Jingga, "Sama-sama, Sayang. Oh, ya!" wanita itu kemudian beralih untuk menatap Sena, "Terimakasih juga, Kak, untuk hari ini."
Mengangguk satu kali sebelum menjawab singkat, "Urusan kita sudah selesai sampai di sini," pria tersebut menghela napas sesaat sebelum melanjut, "Sekarang mari lanjutkan hidup kita masing-masing sampai di sini. Hal yang lalu ... biarkan saja tetap menjadi masa lalu."
Lagipula semarah apapun Sena pada Kaluna, biar bagaimana pun dulu wanita tersebut pernah menempati setiap celah hatinya. Pernah menjadi seorang gadis yang sangat dicintai Sena yang sukarela memberikan seluruh afeksi tanpa batas untuk Kaluna. Pun gadis tersebut pula pernah menjadi salah satu orang terdekatnya, seseorang yang senantiasa mengerti apa isi kepala dan perasaan Sena selama ini. Belum lagi bagaimana dicintainya Kaluna oleh Narajengga bahkan sampai akhir hidupnya.
Cukup sampai di sini saja seluruh drama semesta yang terjadi di antara mereka dan Sena tidak ingin menambah lagi masalah lain di saat hidupnya sudah mulai tertata. Jadi, biarkanlah semuanya tetap menjadi masa lalu dan berdamai serta menerima kenyataan tentu bukan ide buruk untuk dilakukan.
Menganggukkan kepala dan menurut, Kaluna tersenyum tipis, "Iya. Mari lanjutkan hidup kita masing-masing," katanya. Namun selepas itu, Kaluna mendadak buru-buru mengeluarkan dompetnya, mengeluarkan beberapa lembar uang dan segera menempatkan itu di kantung gaun Jingga, "Buat beli es krim."
"Luna, nggak perlu repot-repot. Ini saja sudah banyak." Sena seketika menolak, mencegah Kaluna yang tengah memasukkan kembali uang yang sudah dikeluarkan Sena.
"Nggak perlu, Kak. Buat sangu Jingga."
"Nggak usah repot-repot."
"Siapa yang direpotkan? Aku serius. Nggak masalah. Uangku masih banyak."
Sena berdecak, "Kaluna,"
"Sudah nggak apa-apa."
"Tapi―"
Brak
Perdebatan mereka terjeda sesaat manakala dompet milik Kaluna jatuh dan terbuka lebar. Barangkali itu bukanlah sebuah perkara besar, atau setidaknya sesuatu yang mengundang atensi menghebohkan bagi orang di sekitar. Karena selepas dompet tersebut jatuh tepat di kaki Ara. Kaluna nyaris saja mengambil dompet tersebut jika saja tangan Ara tidak dulu mengambilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Redup. ✔️
Romance[COMPLETE] Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja sebuah kehilangan yang kita rasakan, cukup untuk membuat kita sadar un...