Jangan lupa tekan tombol bintang sebelum membaca.
Selamat membaca dan selamat bersemesta 💜
Pada dua bab ini kalian akan diajak untuk mengenal Navarendra lebih dalam. Dan akan ada beberapa flash back tentang masa lalu Ara dan Nava
Disarankan untuk menonton videonya (boleh sebelum atau setelah membaca bab ini)
Seharusnya di akhir pekan ini Ara bisa tidur dan menikmati harinya dengan tenang. Paling tidak membaca koleksi bukunya atau sekadar menonton drama Korea favoritnya. Namun manakala pagi tadi Senarai mendadak menghubungi bahwa Jingga merengek mengajak jalan-jalan yang sekalian berbelanja bahan bulanan sampai malam datang, Ara tidak bisa untuk tidak melepas lelah di atas ranjangnya. Belum lagi mengingat apa yang Sena katakan padanya.Astaga. Ara jadi malu sendiri.
Saking malasnya mengingat kejadian itu, Ara sampai melupakan eksistensi Juniar yang menjemputnya dan mengantarnya sampai rumah. Lalu mengabaikan sapaan hangat teman-teman satu kontrakannya yang mengajak makan rujak ramai-ramai. Sumpah, tenaga Ara benar-benar habis dan ia tidak tahu harus bagaimana.
Ini semua terlalu tiba-tiba dan sejujurnya saja Ara belum sepenuhnya siap. Hidupnya masih cukup kacau dan dia baru saja membenahi perlahan bersama dengan Juniar. Butuh waktu yang cukup lama dan ketika semuanya akan kembali normal, sebuah drama baru kembali hadir untuknya.
Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi pada semesta milik Araya ini?
"Kenapa harus bingung sih, Ra? Kalau kamu punya kesempatan untuk menjadi seseorang yang bisa memegang prinsip 'jalani saja dulu' dalam hidupnya, ya jalani saja. Percaya, deh. Di luar sana banyak sekali orang-orang yang ingin punya kesempatan seperti itu." Sebuah kenangan lama menghampiri Ara dan di detik yang sama, ia tersenyum getir. Wajah Navarendra dalam benaknya tergambar jelas. Sorot mata yang tampak menyedihkan itu memaksakan sebuah senyum terpahat hanya untuk menunjukkan bahwa keadaannya tengah baik-baik saja.
"Tapi bukannya orang-orang yang punya prinsip begitu mereka tergolong orang yang pasrah, ya? Menerima saja keadaan tanpa pikir panjang, tanpa ada pikiran mereka pantas nggak dapatin hal itu? Atau barangkali saja itu sesuatu yang mereka mau apa nggak?" Ara balik bertanya, ia menoleh menatap Nava dengan dua kaki yang diluruskan dan tangan yang dijadikan tumpuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redup. ✔️
Romance[COMPLETE] Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja sebuah kehilangan yang kita rasakan, cukup untuk membuat kita sadar un...