Chapter 11

2.3K 152 0
                                    

Vivian menjadi lebih memperhatikan artikulasinya saat ia meletakkan nampan tepat di pangkuan.

Uap mengepul padanya melalui piring serta nampan, tetapi Grand Duke tetap mempertahankan ekspresinya yang konsisten.

"Jadi. Kenapa kau sangat marah sampai tidak bisa menahan diri di depanku? "

"... itu bukanlah sesuatu yang perlu Yang Mulia khawatirkan."

Vivian tidak dapat mengakui bahwa semuanya adalah milik Grand Duke sendiri saat ia dengan cepat meraup bubur dengan sendok.

Untuk mencegah pria itu berbicara lebih jauh, Vivian dengan hati-hati mendekatinya setelah ia meniup uap dari bubur hangat itu.

"Tolong, makanlah. Para pelayan khawatir karena kondisi mu yang sakit. "

"Apa kau tidak akan memberitahuku?"

"Itu hanya lah masalah pribadi."

"Hmmm, tapi aku ingin tahu lebih banyak tentangmu. Seperti yang sudah kau ketahui, kita akan segera menikah. "

"Uhuk!"

Vivian mengeluarkan batuk keras, yang mirip dengan sakit tenggorokan karena ia tidak pernah berpikir bahwa Grand Duke akan menggunakan kata-kata yang sama seperti kemarin, untuk dirinya sendiri.

Vivian merasa malu karena batuknya yang hebat sebelum ia menyadari bahwa setetes bubur hangat telah jatuh ke dada pria itu, yang membuat Vivian bingung dan matanya terbuka lebar.

"Ah! Apa yang harus Aku lakukan!"

Tepat pada saat itu, Vivian tidak lagi memikirkan siapa dia sebenarnya. Sebaliknya, kepalanya dipenuhi dengan pemikiran mengerikan tentang bagaimana dia yang tidak sopan terhadap orang dengan peringkatnya lebih tinggi selagi tangannya dengan cepat menyentuh dada Grand Duke dengan cara yang sembrono.

Vivian bahkan tidak menyadari bahwa mata Grand Duke dipenuhi dengan keterkejutan ketika Vivian terus mengusap dadanya ke lengan bajunya.

Pada saat ini Grand Duke merasakan sentuhan Vivian merembes melalui piyama tipisnya, erangan pelan keluar dari bibir Grand Duke.

"Apakah kau baik-baik saja? Apakah kau tidak merasa panas sama sekali? "

Kenapa kau tiba-tiba mengatakan itu?!

Vivian dengan cepat memeriksa kulit Grand Duke, meskipun ia hampir tidak berusaha menahan keinginannya untuk menyalahkannya.

Jika ini adalah Nona Muda Alexia, jelas sebuah tangan akan langsung terbang ke pipinya, mendaratkan tamparan. Vivian hanya bisa berharap temperamen Grand Duke akan berbeda dari Alexia.

Saat itu adalah saat yang tepat ketika Vivian mencoba melakukan segala sesuatu yang ia bisa dengan meniup panas yang tersisa di dada Duke dengan nafasnya sendiri.

"... Apa sih yang kau pikirkan?"

Mata Vivian mengarah padanya hanya setelah ia mendengar kata-kata Grand Duke.

Saat Ia melihat wajah cemberut Grand Duke, Vivian mulai gemetar tanpa sadar. Melalui banyak pelajaran yang diulanginya, rasa takut mulai membanjiri tubuhnya bahkan tanpa ia sadari.

"Aku ... maafkan aku."

Meskipun Grand Duke tidak bermaksud menakut-nakuti, Vivian gemetar berlebihan dan mengubah ekspresi Grand Duke menjadi ekspresi yang mempertanyakan.

Di antara sikapnya yang berbeda dari hari ini dan kemarin, Grand Duke mulai mempertanyakan apakah gadis ini benar-benar Nona Muda Britton atau tidak.

Duke mengulurkan tangannya ke arah Vivian yang masih tergagap karena hati-hati.

Pipi bengkak gadis itu bisa dirasakannya di seluruh tangannya, memperdalam garis kerutannya.

"Apakah kau pernah dipukul sebelumnya?"

Vivian tidak bisa menanggapi sama sekali. Jika terungkap bahwa Alexia adalah orang di balik luka ini, identitasnya pasti akan terungkap juga, yang pada akhirnya tidak menjamin hidupnya sendiri.

"... Aku mendengar bahwa Kau dibesarkan sebagai anak yang berharga."

Aku rasa itu hanya lah omong kosong.

Grand Duke tidak benar-benar tahu bagaimana meredakan ekspresinya sendiri pada sentuhan yang dirasakan di telapak tangannya.

Bukankah mereka membual tentang bagaimana mereka memberikan putri mereka yang berharga? Aku tidak pernah berharap mereka membesarkannya dengan buruk.

Saat itulah Duke mulai memutar otak tentang apa yang akan ia lakukan terhadap mereka yang berani berbohong padanya.

"Tolong, jangan diam tentang masalah ini."

"Kenapa harus Aku?"

"... karena akulah yang melakukan kesalahan."

Itu terjadi karena kesalahannya sendiri.

Andai saja Vivian tidak menjatuhkan buburnya, ia tidak akan tertangkap dan akhirnya, ia bisa kembali lebih awal, seperti kemarin.

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang