Chapter 19

2.5K 127 0
                                    

WARNING : MENGANDUNG KONTEN DEWASA 21++

Tubuh Vivian tersentak, ketika bibir yang basah dengan air liurnya itu menyentuh payudaranya. Nafas panasnya menggelitik dadanya dengan setiap endusan, Vivian segera merasakan kesemutan tepat di perut bagian bawahnya.

"Tanganmu cukup kasar jika dibandingkan dengan dadamu yang lembut dan halus."

Begitu Vivian mendengar kata-kata seperti itu, pikirannya kembali dalam sekejap. Ia bahkan bukan Nona Muda sebenarnya yang akan menikah dengan Grand Duke.

Faktanya, Ia tidak memiliki tangan semirip Alexia sendiri, yang jelas terdiri dari jari-jari lembut nan panjang.

Vivian adalah seseorang yang telah melakukan beberapa pekerjaan kasar dan karena itu, jarinya sudah cukup kasar dan pecah-pecah.

"... Tolong lepaskan aku sekarang."

"Aku yakin aku sudah memberitahumu sebelumnya."

Kepala Grand Duke terus menunduk meskipun ia mendengar Vivian. Ketika p*t*ngnya yang benar-benar tegak menghilang ke mulutnya, Vivian secara bersamaan tersentak selagi ia menarik napas dalam-dalam.

"Sekarang kau sudah di sini, aku tidak akan berhenti sama sekali.

"Ta, tapi... Hnng!"

Tangan Grand Duke, yang selama ini menggoda perut bagian bawahnya, akhirnya memasuki bagian dalam roknya.

Kemudian, tangannya mengembara tepat di luar celana dalamnya sebelum mengutak-atik ujung gundukannya yang berada di bawah kain yang sangat tipis.

Vivian menoleh ke samping. Merasakan malu karena ulah seseorang yang membelai tempat yang sebelumnya hanya disentuh oleh dirinya sendiri, ditambah kenikmatan yang mendominasi tubuhnya, membuat bibir Vivian tertutup rapat.

Grand Duke menyeringai ketika ia menyadari bahwa celana dalam Vivian sudah basah, meskipun ia hanya menggosoknya sedikit.

"Kau memintaku untuk melepaskanmu, tapi kau sudah basah kuyup di sini."

Vivian langsung menutup matanya dengan tegas atas kata-kata pria itu yang memalukan. Ia melakukan itu untuk menghindari rasa sentuhannya yang jelas. Ternyata itu jauh lebih menggugah dari sebelumnya, yang membuat kepala Vivian semakin pusing.

Ia mencoba menutup kakinya, tetapi sayangnya ia bahkan tidak bisa bergerak, mengingat fakta bahwa kaki Grand Duke sudah menghalangi kakinya.

Duke mengusap permukaan celana dalamnya sebelum mendorong kain itu ke samping dan langsung menenggelamkan bagian dalamnya.

Jarinya yang telah menembus daging yang empuk kemudian menjentikkan bagian paling menonjol dari tubuhnya dengan menggunakan jari telunjuknya.

"Tunggu......!"

Grand Duke segera menelan bibir Vivian yang mencoba untuk berbicara kembali dengan tergesa-gesa karena ia dikejutkan oleh kesenangan yang tiba-tiba.

Duke kemudian mengisap bibirnya yang bergumam sebelum menjalin lidah mereka bersama-sama sehingga ia tidak bisa lagi membiarkan suara lain keluar kecuali erangannya.

Satu-satunya hal yang bisa dilakukan Vivian sekarang adalah tersentak karena ia sudah menelan segalanya, termasuk napasnya sendiri.

Selagi jari Grand Duke bergerak lebih cepat, pantat Vivian juga menggeliat. Pria itu melepaskan bibirnya hanya karena gelombang napas yang tiba-tiba tetapi menangkapnya sekali lagi, hanya sedetik kemudian. Satu-satunya suara yang bisa didengar adalah erangan tertahan, yang sesekali keluar dari bibir mereka.

Kalau terus begini, aku pasti akan dimakan oleh monster ini.

Itu adalah pemikiran yang tiba-tiba, tapi tidak ada yang bisa dilakukan Vivian kecuali menguasai pikirannya yang semakin didominasi oleh semua kesenangan itu.

Tangan Grand Duke, mengotori kenikmatan dengan mendorong kl*t*risnya mulai meluncur ke pintu masuknya. Berbeda dengan napasnya yang cepat, jarinya dengan santai menjelajahi pintu masuk Vivian yang basah kuyup.

"Aahhh, ah ......"

Vivian sedikit gemetar karena ketakutan yang tiba-tiba dari sensasi yang tidak dikenalnya. Namun demikian, Grand Duke dengan lembut mencium pipinya selagi ia menyapu rambutnya yang cukup basah dengan keringat.

Kelembutannya benar-benar tak ada habisnya, meskipun ia terus menggeram — seperti binatang buas — di telinga Vivian.

"Hhh, aahh."

Saat salah satu jarinya yang tebal masuk, pinggul Vivian langsung menekuk secara alami. Pria itu mengerang pelan saat ia meremas dirinya di dalam seseorang yang sedang menghadapi benda yang tak dikenal di tubuhnya untuk pertama kalinya.

"Kau tidak perlu terlalu gugup."

Ia mulai bergerak begitu ia berbisik di telinga Vivian dengan suara rendah. Jari yang terus menerus bergerak masuk dan keluar dari pintu masuknya segera menjadi basah oleh cairannya dan pada saat yang sama, Grand Duke mulai meningkatkan kecepatannya lebih jauh.

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang