61 - 62

1.2K 79 4
                                    

---61---

WARNING : MENGANDUNG KONTEN 21++

Sama seperti apa yang Vivian katakan sebelumnya, belum lama sejak terakhir kali Knox benar-benar memeluknya, seolah-olah itu benar-benar bisa mematahkan bagian depannya, menyebabkan Knox mengerutkan alisnya sendiri.

"Longgarkan sedikit, sayang."

"Hhh—tapi kalau aku..."

Tidak pasti kapan suara bernada tingginya bisa mengalir melalui bibirnya sendiri.

Vivian tidak ingin suaranya terdengar di luar kereta itu. Demikian juga, ia hanya tidak ingin yang lain menjadi penasaran dengan kereta tersebut.

Ketika erangannya yang tertahan— lebih tertahan dari biasanya—akhirnya keluar dari bibirnya, tangan Knox menghentikan gerakannya.

Pria itu kemudian menarik jarinya keluar dari Vivian sebelum menjilatnya dengan ringan dan langsung mengarahkan tangannya sebagai balasannya.

Knox mengangkat roknya ke atas yang ia pegang sampai sekarang, sebelum menarik kain yang menutupi dada Vivian.

Saat dada Vivian yang berada di bawah kain terbuka, Knox segera menundukkan kepalanya setelah merentangkan paha Vivian lebih lebar.

"Tunggu. Knox, apa kau... eunghh, ah!"

Ketika Knox menggigit besar payudaranya sambil menginvasi jari-jarinya lagi, pinggul Vivian segera menggeliat sepenuhnya.

Ia bersandar di kursi kereta yang tidak terlalu empuk selagi melemparkan kepalanya ke belakang. Namun sayangnya, itu memberi Knox lebih banyak akses untuk menjilat p*y*d*ranya lebih jauh.

Suara 'squelching' terdengar dari tubuh bagian bawah Vivian bercampur dengan suara jilatan Knox, telah memenuhi seluruh gerbong pada saat yang bersamaan.

Lidahnya berulang kali menjentik dan meremas p*tingnya yang sepenuhnya tegak. Kuncup kecil milik wanita itu terus menonjol karena kegembiraannya — dan bahkan itu tampak seperti segalanya bagi Knox — selagi ia langsung menyapunya dengan lidahnya.

Vivian segera menutupi bibirnya dengan tangannya yang lain.

Meskipun tangannya gemetar selagi mencengkeram roknya, ia masih berhasil mendorong dadanya menjauh meski dengan lemah. Tapi tentu saja, itu tidak ada gunanya sama sekali. Dua jari Knox baru saja menggosok dindingnya sebelum mereka terus mendorong keluar masuk darinya.

"Hhh, eunggg, haa, engghh......!"

Pinggul Vivian terus menggeliat sensual. Meskipun ia menggeser tubuhnya sejauh yang ia bisa, ia masih tidak punya tempat untuk bersembunyi karena berada di kursi kereta yang sempit.

Oleh karena itu, ia hanya bisa memantulkan tubuhnya ke atas dan ke bawah selagi dikubur di bawah tubuh pria itu sendiri.

Knox tiba-tiba berhenti bergerak tepat sebelum Vivian mencapai klimaksnya. Ketika Vivian mengangkat matanya yang memerah sambil masih menahan erangannya sendiri, Knox langsung membuka sabuknya dan mengeluarkan anggotanya yang sudah berdiri.

"Kemarilah."

Tidak peduli kapan, itu tidak pernah cocok untuk Knox yang berbicara manis sambil mengungkapkan hal jahat.

Vivian mengulurkan tangannya yang sebelumnya menutupi mulutnya dan ia mulai menempel di leher pria itu.

Tangan Knox akhirnya membawa Vivian ke pangkuannya.

Vivian ragu-ragu sejenak karena sepertinya ia yang akan memimpin di posisi saat ini. Jadi, Knox mencium tangannya dan kemudian pipinya yang indah.

"Turunkan saja pinggulmu—perlahan."

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang