47 - 48

1.6K 100 3
                                    

WARNING : MENGANDUNG KONTEN 21++

47

"Sepertinya kita harus mengakhiri sesi mandi kita sekarang."

"Apakah sudah berakhir?"

Vivian mengangkat matanya selagi ia melihat Knox.

Untuk pertama kalinya, Knox merasa senang karena penglihatannya cukup kabur. Jika bukan karena itu, Ia pasti sudah memaksanya membuka lubangnya sebelum mendorong anggota besarnya langsung ke bagian dalam tubuh wanita itu.

Knox segera menoleh ketika ia mencoba menghilangkan konsentrasinya pada Vivian, dimana napasnya sepanas air yang membakar itu.

"Benar sekali. Kau mengatakan bahwa kau merasa panas, bukan? Kalau begitu, kita harus berhenti sekarang sebelum kau pingsan nanti."

"Sungguh sia-sia untuk pergi sekarang. Betapa indahnya ini..."

Tatapan Vivian beralih ke air lagi.

Warna merah muda air entah bagaimana muncul seperti surgawi. Seiring dengan rambut merahnya yang mengalir di air kemerahan itu, ia tampak seperti seorang dewi.

Oh Sial.

Knox menelan kembali kata-kata kotor yang akan diucapkannya. Itu semua karena Vivian, ia tidak bisa menahan tubuhnya yang terangsang, yang bergoyang langsung di atas tubuhnya sendiri.

Tubuh Vivian berayun maju mundur melawan tubuh Knox, sehingga membuat sedikit gelombang air. Seolah-olah seluruh tubuh wanita itu bergetar sendiri seperti memeluk panjangnya jauh di dalam dirinya.

"Ah!"

Hanya ketika pantat Vivian menyentuh anggotanya yang mengeras, ia berhenti bergerak.

Mungkin karena alasan tipis yang entah bagaimana tertinggal padanya, benda besar milik Knox jelas terasa di pantatnya, ia dengan cepat mengembalikan matanya yang sebelumnya redup.

"Kno, Knox..."

Vivian, yang mulai putus asa atas anggota pria itu, segera menjadi goyah. Sementara Vivian terjebak dalam dua pikiran, Knox — di sisi lain — semakin keras kepala.

"Apa?"

"Itu, itu ... di pantatku."

"Ada apa dengan milikku? Bukankah itu sesuatu yang selalu kau peluk sebelumnya? Bahkan dengan tubuh mungilmu itu."

Wajah Vivian langsung diwarnai warna merah karena kata-kata Knox yang terdengar seperti lelucon kotor. Tangan Knox kemudian membelai pipinya dengan lembut ketika ia akhirnya menyadari bahwa rona merah itu bukan karena panas di kamar mandi.

"Sayangku. Izinkan aku menanyakan satu hal kepadamu."

Vivian perlahan menganggukkan kepalanya mendengar kata-kata Knox.

"Apa yang kau ingin aku lakukan? Apakah itu masih berlaku — janji dari sebelumnya? "

Vivian ragu-ragu untuk memberikan jawaban. Ia tidak tahu mengapa ia seperti itu, tetapi ia tampak bernafsu atas kesenangan itu—seolah-olah ia sedang b*rah*.

Sudah lama sejak p*t*ngnya ereksi. Terlebih lagi, sudah sejak lama sesuatu selain air membasahi kulit di sekitar intinya.

"Kau tidak bisa mengambil keputusan?"

"Aku... aku..."

Knox perlahan-lahan menyelipkan tangannya lebih rendah selagi ia mengamati Vivian yang masih ragu-ragu.

Saat tangannya turun dari bahu Vivian yang basah ke pantatnya, sama seperti ia sudah menunggunya, erangan Vivian segera mengikutinya.

Knox membelai pantatnya sebelum menggerakkan tangannya ke arah pintu masuknya. Meskipun pantatnya terendam air, Knox masih meremasnya selagi ia bergerak untuk menyikat v*g*n* wanita itu.

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang