63 - 64

1.2K 68 3
                                    

---63---

"Apakah kau masih marah sekarang?"

"Hmm, tidak..."

Knox menepuk punggung Vivian, yang masih di dalam pelukannya sambil melirik ke luar—diam-diam. Meskipun ia agak cemas saat berada di dalam, namun, sama sekali tidak ada kehadiran apa pun dari luar.

Tapi tentu saja, itu sudah sangat jelas. Sebenarnya, area ini telah disiapkan khusus untuk Grand Duke, yang matanya tidak sehat. Oleh karena itu, kecuali mereka adalah ksatrianya sendiri, tidak ada cara bagi orang lain untuk benar-benar menentukan lokasi yang tepat ini.

Lebih jauh lagi, sudah jelas bahwa para ksatrianya akan benar-benar berburu lebih giat dari sebelumnya untuk menghindari menodai martabat Tuan mereka sendiri.

Aku merasa sedikit kasihan pada pemilik tempat berburu ini, tetapi aku benar-benar berpikir bahwa mereka akan berburu sampai-sampai hewan pun akan kehilangan asal mereka sendiri.

Knox tersenyum diam-diam sambil mencium sisi rambut indah Vivian.

Knox menganggap wanita itu menggemaskan selagi tetap diam di dalam pelukannya yang sementara tidak mengetahui pikiran licik yang menyelimuti pikiran pria itu, sebelum mengerahkan sedikit kekuatan ke tangannya.

Setelah beberapa saat, Knox segera mengalihkan pandangannya dan masih melirik ke luar ketika ia merasa bahwa Vivian sudah menggeliat dalam pelukannya.

Hanya sampai beberapa saat yang lalu, Vivian terengah-engah agak cepat dengan pipinya yang memerah.

Seolah akhirnya sadar kembali, Vivian yang lupa bahwa dadanya masih terbuka dengan ujungnya yang naik-turun—seperti sedang mencoba menggoda—langsung berusaha melepaskan diri dari pelukan Knox.

Knox akhirnya mengendurkan tangannya yang memegang Vivian dengan ekspresi sedih di wajahnya.

"Aku yakin kau tidak akan memiliki kekuatan lagi jika kau tidak tetap seperti ini untuk beberapa waktu."

"Aku... tidak bisa. Bagaimana Aku bisa—ketika mengetahui bahwa orang-orang pada akhirnya akan datang ke sini?"

Menemukan Vivian yang masih waspada akan sekelilingnya membuat wanita itu sedikit menawan, Knox segera menyingkirkan sehelai rambut merahnya selagi ia mencium dahinya.

Tangannya yang menepuk bahu Vivian, perlahan merayap ke bawah. Begitu roknya terangkat sepenuhnya, ia membelai pantat Vivian yang lentur sebelum menurunkan pandangannya.

Bintik-bintik merah yang mengaburkan penglihatannya tampaknya telah menyalakan kembali nafsunya yang kuat.

"Jika itu masalahnya, jangan khawatir. Masih belum ada tanda-tanda orang di sekitar sini sama sekali. "

Sambil berkata begitu, ia langsung mencium bibir Vivian yang masih berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Selagi ia membelai pipinya, ia juga menerkam ujung payudaranya yang tampak semerah pipinya yang kemerahan, dengan ibu jarinya.

"Hmmm.... tidak. Meski begitu, ini masih di luar. "

"Bukankah kita sudah melakukannya sekali—sebelumnya?"

"Yang itu dan yang ini—benar-benar berbeda."

"Apa sebenarnya yang berbeda? Kenyataannya tetap tidak berubah bahwa kau dan aku telah bercinta, kita —"

Vivian akhirnya mengulurkan tangannya ketika Knox mengatakan sesuatu yang sangat dekat dengan beberapa komentar cabul. Ia menutupi mulut Knox dengan tangan mungilnya sebelum bergumam sedikit.

"...Aku mengerti. Jadi kumohon, berhentilah bicara."

Mata Knox dengan lembut, melengkung ke wajahnya yang merah. Ia mengerucutkan bibirnya dan mencium telapak tangan Vivian—wanita itu melakukan sesuatu yang benar-benar menggemaskan.

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang