Chapter 20

2.6K 136 2
                                    


WARNING: MENGANDUNG KONTEN DEWASA 21++

Pertama hanya satu jari, lalu menjadi dua. Jari-jari Duke telah melebarkan mulut v*g*nanya, sebelum mengusap bagian dalamnya.

Jari-jarinya menjadi lebih sibuk begitu ia merasa Vivian tersentak sambil menjerit dengan suara yang merdu.

"Aahhh! Tunggu...."

Ketika akhirnya ia menyentuh tempat yang sangat sensitif, wajah Vivian langsung menegang. Bahkan sebelum matanya yang bingung bisa menanyakan apa pun padanya, Grand Duke sudah dengan gigih mengusap satu-satunya tempat itu.

"Ahhh, aaahh ......!"

Jari-jari kaki Vivian secara naluriah meringkuk sebagai tanggapan. Ia kemudian mencengkeram dan mengerutkan sprei selagi pantatnya terangkat secara bersamaan.

Saat ia menyadari bahwa Vivian sedang mencapai puncaknya, ia segera menyelipkan tangannya yang lain ke kl*t*risnya sebelum membelainya.

Tepat pada saat pinggul Vivian ditekuk sepenuhnya, ia sudah mencapai klimaksnya tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Tatapannya menjadi keruh, ia tanpa sadar memejamkan mata sambil mengarahkan kepalanya ke samping.

Vivian gemetar sampai-sampai getarannya bisa dirasakan oleh Duke yang masih menopang kaki di posisinya.

Grand Duke melepaskan tangannya dari tubuh Vivian, yang masih berdebar-debar karena pertama kali mengalami klimaks yang dipicu oleh orang lain. Duke kemudian segera melepaskan ikat pinggangnya dan mengungkapkan anggotanya.

"... Huh."

Vivian mengatupkan bibirnya selagi ia melihat benda itu.

Akankah benda itu akan masuk — begitu saja? Bukannya ia tidak peduli tentang hubungan seksual, hanya saja ia belum pernah melihatnya sebesar itu.

Seeorang monster. Sekali lagi, Vivian mengingat rumor seputar diri pria itu dan langsung sedikit gemetar.

Selagi tubuh Grand Duke beringsut mendekatinya, Vivian menolak tubuhnya bahkan tanpa menyadarinya. Ia terus tersentak selagi ia mencoba mendorong tubuh demam pria itu menjauh, tetapi pria itu menahan tangannya sepenuhnya dan menciumnya, sehingga membuat Vivian benar-benar berbaring di bawahnya.

"Yang Mulia, mohon tunggu."

"Panggil aku Knox."

Mata Vivian langsung melebar selagi mendengar itu.

Bagaimana aku bisa memanggilnya dengan namanya? Kelopak mata Vivian langsung berkedip selagi ia mendengar nama pria itu yang tak berani ia ucapkan, bahkan di ujung lidahnya.

Pria itu kemudian segera menelan bibirnya selagi ia menggosok pintu masuk Vivian dengan anggotanya sendiri.

"!"

Benda milik pria itu mendorong pintu masuknya, bukan lututnya. Meski memiliki perasaan yang sama, rasa takut telah merayapi wajah Vivian.

Tapi Grand Duke tidak tahan lagi. Ketika pada akhirnya ia bisa merasakan Vivian dengan jelas dalam pelukannya, Grand Duke akhirnya kehilangan ketenangannya selagi ia dengan paksa menembus ke dalam diri wanita itu.

"Uugh!"

Vivian segera menahan napas menanggapi hal yang intens namun tidak diketahuinya itu, yang tidak pernah bisa dibandingkan dengan jari belaka. Rasanya seolah-olah ia telah ditusuk ke dalam.

Vivian meringis kesakitan karena tiba-tiba ia lupa bagaimana caranya bernapas, yang akhirnya membuat Knox menciumnya.

"Huuu ...... Tidak apa-apa. Tarik napas, perlahan dan rileks. "

Setelah mengatakan itu, pria itu mulai menggerakkan pinggulnya. Knox sebenarnya baru saja berhasil mempertahankan ketenangannya yang akhirnya hilang pada saat yang tepat ketika tempat sempit wanita itu mengencang di sekitar anggotanya.

Bahkan di tengah isakan Vivian, pria itu masih bergerak, meski perlahan sambil menciumnya tanpa henti sampai ia benar-benar terbuka lebar.

"Eughh, haah, jangan, tidak, Yang Mulia."

"Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak memanggilku 'Yang Mulia'?"

Bibir Vivian mirip ikan — terengah-engah — mendengar kata-katanya yang keras kepala, menuntutnya untuk memanggil pria itu dengan namanya.

Pada saat yang sama, denyutan yang menusuk di dalam dirinya terus berubah menjadi kesenangan yang baru ditemukan, yang membuatnya tanpa sadar mengeluarkan jeritan bernada tinggi.

"Aahhh, ah Knox ......!"

Knox langsung tersenyum saat namanya akhirnya lepas dari bibir Vivian. Kemudian, ia membungkuk di salah satu kaki Vivian dan mencengkeramnya begitu keras sampai meninggalkan bekas pada kakinya, sebelum mendorong dirinya sendiri dengan sekuat tenaga.

"Huh!"

Selagi Vivian memaksakan diri, pinggulnya yang bergerak perlahan telah menambah kecepatannya untuk bergerak lebih cepat.

Knox tidak berhenti sama sekali sampai daerah tempat tubuh mereka bersatu telah berkilau oleh cairan mereka sendiri yang mengalir dengan suara tubuh yang terjalin satu sama lain.

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang