Chapter 26

2K 110 0
                                    

WARNING : MENGANDUNG KONTEN 21++

Knox membaringkannya di tempat tidur sebelum menanggalkan pakaiannya yang akhirnya memperlihatkan dada wanita itu.

Untuk pertama kalinya, Vivian merasa lega berada di ruangan gelap meski di luar masih siang hari yang cerah.

Untuk alasan ini, akan sedikit sulit bagi Knox untuk melihat warna, yang mana telah mewarnai wajah Vivian secara menyeluruh di ruangan yang gelap itu. Meskipun Vivian tahu bahwa dirinya sendiri, ia seharusnya tidak begitu senang karena masih terus diyakinkan didalam pikirannya.

Knox melanjutkan untuk membelai dan membungkus payudara Vivian dengan telapak tangannya sebelum menerkam payudara lembut miliknya.

Jari telunjuknya yang telah menjentikkan p*t*ngnya, terasa jauh lebih lembut daripada kemarin.

Begitu Vivian mengerang sedikit, jari-jari Knox mulai bergerak satu demi satu dengan sangat berhati-hati, menyebabkan pelukan itu menjadi lebih lembut dibandingkan dengan pelukan kemarin.

Vivian gemetar selagi jari-jari Knox yang sudah meluncur ke bawah, terus turun saat menerobos roknya dan segera mencapai bagian tengahnya.

Melihat bahwa Vivian sudah mengerang seolah insiden kemarin masih segar dalam pikirannya, tubuh bagian bawah Grand Duke segera dipenuhi dengan banyak kekuatan.

"Betapa sensitifnya dirimu."

Jari-jarinya menyingkirkan celana dalam tipis wanita itu dan masuk ke dalam. Sama seperti ia dengan sengaja menggodanya, jarinya yang berkeliaran akhirnya menyenggol daging tebal itu dan akhirnya bermain-main dengannya.

"Apakah kau akhirnya ingat apa yang terjadi kemarin?"

"Haah, tidak seperti itu."

Knox yang menganggap protes kecil Vivian itu begitu menawan, segera menyentuh dadanya dengan bibirnya. Pada saat yang sama, jari-jarinya juga mendorong dagingnya yang lembut sambil menggosok klitorisnya.

"Tapi ini sudah terlalu basah."

"Eungghh, haaah ......"

"Apakah kau akan mengatakan tidak untuk ini juga?"

Mata pria itu dengan gigih menuntut jawaban dari Vivian. Meskipun ia menguleni daging yang bengkak di antara jari telunjuk dan jari tengahnya selagi memainkannya, Knox tetap mempertahankan suaranya yang lurus, yang kemudian sampai ke telinga Vivian.

"Dimana kau begitu bersemangat?"

"Aaah, ah!"

Jari pria itu yang telah meluncur ke bawah, akhirnya menembus bagian dalam tubuhnya.

Vivian melengkungkan punggungnya karena gangguan yang tiba-tiba, tetapi Knox terus menekan punggungnya dengan melahap seluruh payudaranya di mulutnya.

Tangannya yang menahannya sepenuhnya di bawahnya, membuat Vivian semakin terjerat.

"Jawab aku. Apakah kau benar-benar melupakan semuanya? "

Wajah Vivian diwarnai oleh rasa malu ketika Grand Duke terus mendesak tanpa henti untuk sebuah jawaban.

Bagaimana aku bisa melupakan sesuatu yang terjadi kurang dari sehari yang lalu?

Vivian menggigit bibirnya dengan kesal, tapi ia tidak bisa menahan erangan yang keluar; semuanya karena sentuhan pria itu.

"Mau bagaimana lagi, melihat kau tidak menjawab."

Knox berkata pelan sebelum menarik bibirnya. Vivian mengangkat kepalanya selagi ia berpikir bahwa semuanya akhirnya berakhir.

Namun, tatapannya dikunci oleh pandangan monster yang berkilauan dalam kegelapan, Vivian sudah membeku di tempatnya.

"Aku hanya perlu mengukirnya sekali lagi. Sehingga kau tidak bisa tidak memikirkannya saja."

Knox menyeringai meski sedikit.

Wajah Vivian memerah mendengar kata-kata memalukan yang diucapkan Knox dengan santai.

Ia mencoba memprotes, tetapi tangan pria itu bahkan lebih cepat. Tangannya yang telah menusuknya sebelumnya, mulai bergerak secepat mungkin sambil menggiling di dalam.

"Aaah, ughh....!"

Vivian menggigit bibirnya karena malu, ia masih tidak bisa menahan erangan yang keluar dari bibirnya. Semakin dalam jari-jarinya didorong, semakin tinggi erangannya.

Vivian bahkan tidak menyadari bahwa ia semakin melebarkan kakinya karena rangsangan yang terus menerus selagi ia mengangkat jari kakinya

Kaki Vivian akhirnya mendorong seprai lembut itu sejauh mungkin karena sensasi yang secara bertahap semakin tinggi.

"Aahhhh"

Jari Knox sudah bertambah menjadi dua selagi ia mendorong dan mengusapnya dalam-dalam.

Ini telah membuat Vivian yang baru saja mencapai puncaknya, terkesiap dengan erangan keras sekaligus di tempat tidur.

Pinggangnya menggeliat selagi ia menutupi wajahnya dengan tangannya, tapi Knox segera meraihnya sambil menciumnya dengan lembut.

"Jangan tutupi dirimu. Aku ingin melihat wajahmu."

"Tapi itu terlalu memalukan, aduh!"

Selagi Vivian hampir tidak bisa mengeluarkan kata-katanya, Knox secara bersamaan mendorong tangannya kembali ke dalam.

V*g*n*nya — masih sensitif karena sisa-sisa klimaksnya — telah mengepal erat sebagai respons, tetapi tidak berhasil. Jari-jari pria itu yang menyerang mengabaikannya sama sekali.

"Hngghh, ah Knox... ..!"

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang