108 - 111

967 102 9
                                    

--108--

"Akan lebih baik jika dia datang ke sini, maka itu perawatan terbaik ..."

Tanpa menyadarinya, Knox mengeluarkan suara dari bibirnya, tetapi kemudian, ia segera menghentikannya.

Jika dia datang ke sini?

Agak tidak logis baginya, memikirkan kembali bagaimana ia memperlakukan wanita itu dengan kasar beberapa hari yang lalu. Knox tiba-tiba menyapu rambut depannya ke belakang seolah-olah ia merasa canggung.

Knox perlahan memutar kepalanya. Ia tidak bisa lagi mengingat bagaimana ia menghabiskan waktunya bahkan sebelum Vivian datang dan rasanya seperti waktu tiba-tiba berhenti.

Hal-hal yang bisa ia lakukan sambil duduk di tempat tidur sangat sedikit. Ia tidak bisa benar-benar membaca buku atau melakukan pekerjaannya dengan benar.

Bahkan jika Knox harus memanggil seseorang, hanya sedikit orang bisa berbicara bebas dengannya.

Orang-orang yang tidak takut padanya seperti Cedric dan Vivian sangat sedikit sehingga itu hanya bisa dihitung dengan lima jarinya sendiri.

"Aku dengar ini sebenarnya bunga palsu."

"Palsu?"

"Ya. Meskipun palsu, dikatakan cocok dibawa untuk menjenguk orang sakit karena mengeluarkan aroma tertentu. Bukankah itu menarik? Ada hal-hal yang bisa membuktikan nilai sebenarnya hanya karena itu palsu sejak awal. "

Aroma yang sempat menyentuh hidung Knox akhirnya membuatnya teringat pada Vivian. Seolah-olah ia bisa dengan jelas mendengar suaranya mengoceh saat berbicara tentang hal itu dengan sangat bangga.

Ia meninggalkan bunga itu di samping tempat tidurnya, tetapi karena bunga itu ditutupi dengan aroma Vivian, baru sekarang aroma yang sama dirasakannya ketika Vivian tidak ada lagi di sana.

Suaranya yang dengan manis menceritakan tentang bunga itu masih belum hilang sama sekali. Bukan hanya bunga itu. Vivian sudah lama tidak berada di sana, tetapi masih ada banyak tempat yang terkubur dengan jejaknya—lebih dari yang Knox kira.

Kursi yang selalu Vivian duduki. Gantungan tempat Vivian akan meninggalkan topinya. Bahkan sprei yang telah ia taruh sebelumnya. Hal-hal yang dekat dengannya akan selalu meninggalkan jejaknya.

"Ah........."

Baru saat itulah penyesalan mulai memenuhi hati Knox.

Tidak peduli seberapa marahnya ia karena fakta bahwa ia telah ditipu dengan kata-katanya, ia seharusnya mendengarkan wanita itu terlebih dahulu. Bahkan jika benar Vivian telah menipunya, ia seharusnya menanyakan alasannya lagi sambil memberinya cukup waktu untuk menjelaskan dengan jelas.

Knox perlahan mulai menggosok wajahnya. Ia tidak berani membayangkan bagaimana ia akan menghadapinya.

Begitu ia menyadari perasaan itu, hal-hal yang selama ini tidak ia sadari mulai melonjak seolah-olah mereka mengkritiknya.

Knox dengan cepat mengangkat tubuhnya sebelum menjatuhkan dirinya sekali lagi. Ia mulai merasa sangat kosong—tanpa wanita itu—tapi ia tidak sopan mengunjungi Rumah Count ketika matanya belum normal dan juga masih tidak enak badan. Selain itu, ia bertanya pada dirinya sendiri apakah ia bahkan bisa menghadapinya dengan baik karena rasa bersalah jika ia melihat wajahnya.

Dengan ketidaksabaran Count, Knox yakin bahwa ia pada akhirnya akan datang ke kediaman Count sendiri suatu hari nanti. Knox berpikir begitu. Jika bukan itu masalahnya, maka akan sulit bagi Count untuk memahami tindakannya ketika Countess Muda rajin mengunjunginya.

Knox berusaha sangat keras untuk menelan hatinya yang resah selagi ia membuka tirai. Ia tidak bisa mengabaikan kata-kata yang Vivian ucapkan sampai saat ia akhirnya akan kembali.

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang