Chapter 17

2.3K 143 0
                                    

Kepala pelayan menghentikan Vivian dengan tergesa-gesa karena ia tidak tahu bagaimana menanggapi sikap tegas wanita itu dan akhirnya menundukkan kepalanya sesaat.

"...Saya mengerti. Nona Muda kita akan segera menjadi Nyonya di rumah ini, jadi tentu saja Anda perlu mengetahuinya."

Kepala pelayan dengan hati-hati menyingkir dan menundukkan kepalanya sekali lagi.

"Sebagai imbalannya, Anda harus merahasiakan apa pun yang telah Anda lihat di dalam hari ini sebagai rahasia mutlak."

Sebuah rahasia?

Meskipun Vivian agak bingung dengan kata-kata kepala pelayan, ia dengan cepat menganggukkan kepalanya.

Seberapa sakitnya dia sampai para pelayannya enggan mendekatinya?

Selagi Vivian bergegas ke kamar pria itu, ia merasakan gelombang simpati terhadap Duke yang sepertinya memiliki segalanya.

Namun, kondisi interior ruangan tampak berbeda dari sebelumnya.

"Yang mulia...?"

Vivian tidak menyadari dan tak bisa membedakan objek di dalam ruangan itu yang juga sama sulitnya dengan menemukan dirinya sendiri.

Ia meraba-raba ke dinding karena hampir tidak terbiasa dengan kamar tidur yang luar biasa gelap begitu ia memasukinya

Tirai yang menutupi jendela tetap sama, tapi entah mengapa ruangan itu lebih gelap dari biasanya. Karena itu, niscaya tak ada yang terlihat di dalam tirai yang menyelimuti tempat tidur dan karenanya, membuat Vivian lebih berhati-hati dengan langkahnya sendiri.

"Erggh ......"

Selagi ia semakin dekat ke tempat tidur, erangan pria itu bisa terdengar lebih keras. Kemudian, ia mendeteksi beberapa panas yang merembes dari balik tirai, yang segera membuat Vivian mengabaikan semua ketakutannya saat ia membuka tirai.

"Apakah kau baik-baik saja?"

"Kau......"

Pria itu kaget saat mendengar suara Vivian yang tiba-tiba, tapi tetap saja pria itu berhasil menoleh dan menatap lurus ke arahnya.

"Kenapa kau datang... ke sini? Aku sudah menyuruhmu untuk kembali."

"Jika penyakitmu masih sama seperti kemarin, maka aku akan baik-baik saja."

"Ini berbeda!"

Grand Duke menggeram sambil mengatupkan giginya yang terdengar sangat mirip dengan geraman binatang buas, tapi di saat yang sama, suara itu tampak seperti pria yang mati-matian menahan nafas.

Ketakutan naluriah langsung menyerang Vivian selagi ia tiba-tiba menarik napas.

Seperti monster.

Vivian kemudian secara tidak sadar mengingat salah satu dari banyak rumor yang mengelilingi pria itu. Monster yang memakan orang.

"Tidakkah terpikir olehmu alasan mengapa mereka harus memblokir pintu masuk hari ini, justru karena keadaan ini benar-benar berbeda dari kemarin?"

"... Hanya saja, Aku sangat mengkhawatirkan Yang Mulia."

Meski begitu, Vivian tetap mengulurkan tangan dan mengusap pipi Grand Duke. Tangan dingin wanita itu terbakar seketika selagi menyentuh suhu panas pria itu.

Mata pria itu gemetar saat disentuh, tangan itu membelainya. Terlepas dari kenyataan bahwa jelas sulit baginya untuk memiliki tampilan yang layak dalam kegelapan ini, anehnya tatapannya tertuju pada Vivian.

"... Haa. Kaulah yang menyebabkan ini atas dirimu sendiri. "

"Iya? maksudnya--"

Vivian tidak bisa menyelesaikan kata-katanya sama sekali. Ia diseret oleh cengkeraman Grand Duke yang kuat dan dengan paksa menangkapnya selagi ia menjatuhkan buket bunga dan ia menyeretnya begitu saja ke tempat tidur.

"Yang Mulia — eungh!"

Vivian bergidik kaget karena bibir pria itu buru-buru menemukan bibirnya dan ia tetap menolak melepaskan Vivian dengan mudah.

Pria itu menginjak-injak bibirnya sebelum buru-buru menyerbu ke dalam dirinya. Lidah lembutnya yang menyengat karena demamnya telah mendominasi seluruh mulut Vivian.

Vivian tidak bisa menahan diri karena lidah pria itu telah menembusnya dalam-dalam. Aroma bunga yang bertebaran di lantai sepertinya telah masuk.

Vivian mencoba untuk keluar dari cengkeraman yang menggigit pundaknya itu, tapi sayangnya itu tidak berguna.

Grand Duke segera menangkap lidah kecilnya, yang dimaksudkan untuk melarikan diri. Lidahnya yang menyapu telah membujuk dan menenangkan lidah pemalu Vivian, yang benar-benar kehilangan karena tidak dapat melarikan diri dengan cara apa pun.

Setelah menerobos setiap sudut, ia mulai mengeluarkan sifat posesifnya sesuka hatinya.

"Huughhh..."

Selagi ciuman itu berlangsung lama, tubuh Vivian mulai mereda. Itu karena; satu, ia perlahan-lahan meleleh oleh ciuman panasnya, tetapi juga fakta bahwa ia sudah menyadari bahwa ia tidak akan pernah bisa melarikan diri, tidak peduli seberapa keras ia mencoba untuk berjuang.

Akhirnya, Vivian membiarkan dirinya dengan patuh dikurung dalam pelukan pria itu serta menerima ciuman panjangnya.

Grand Duke kemudian perlahan membuka matanya yang tertutup sepenuhnya. Terlepas dari kenyataan bahwa ia tidak bisa benar-benar melihat seperti biasanya, kegelapan yang menyelimuti matanya bahkan lebih gelap dari darahnya sendiri.

"Yang Mulia... hentikan... Ah!"

The Monstrous Grand Duke's Fake LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang